Anda di halaman 1dari 43

1

NASKAH
FESTIVAL TOPENG
Karya : Budi Ros

1
2

PEMBUKA

JALANAN DESA. PAGI


IRING-IRINGAN PESERTA VESTIVAL TOPENG BERGERAK MENUJU TANAH
LAPANG, TEMPAT FESTIVAL TAHUNAN KHAS DESA ITU BIASA DIGELAR. MERIAH
BETUL SUASANANYA. TERDENGAR TETABUHAN PENUH GEREGET. DIPINGGIR
JALAN ITU, TAMPAK ORANG-ORANG SEDANG BERGEROMBOL MENONTON DAN
MENAMBAH MERIAH SUASANA. MEREKA SALING BERBISIK, MENGOMENTARI,
DAN MENGOLOK JUGA. MENGUMPAT DAN MEMEAKI. SUUA UCAPAN SERBA
SEPONTAN DAN JUJUR SEHUNGGA TAK SEORANGPUN SAKIT HATI.
KASMUN, BAWOR, GUBIL, DAN TUJI, PEMUDA DESA YANG PALING VOKAL
SEDANG MENGOMENTARI PARA CALON PESERTAFESTIVAL TOPENG YANG
MENURUT MEREKA “ANEH-ANEH” DAN “LUCU-LUCU”.

Kasmun : Wah ini baru festival. Hebat....hebat, pesertanya benyak betul.


Bawur : Ya. Belum pernah sebanyak ini.
Tuji : Kalau tidak, percuma dong. Sumbangan kiuta tahun ini juga paling besar.
Bawor : Betul, paling besar.
Kasmun : Buset!!! Topeng apaan itu, Parjan? Serem amat. Kayak memedi sawah.
Parjan : Diam kamu. Tahu apa kamu selain cangkul dan combornya Jamilah? Ini
seru, monyong!
Orang-orang : (TERTAWA)
Gubil : Apanya yang seni? Berani bertaruh, nggak bakalan menang, Parjan. Jauh....
Jauh.........
Parjan : Menang kalah urusan belakangan, yang penting partisipasi. Dari pada
kalian, sawah melulu yang diurus. Sekali-kali ikut festival dong kayak
saya. Ini hiburan sehat, rekreasi, sekaligus melestarikan tradisi leluhur.
Kasmun : Leluhur siapa? Leluhur kita sudah lama mati, Parjan. Tradisi ini sudah lama
sekarat, tinggal nunggu koit. Kalau Sri Lestari masih ada. Di Jakarta dia
jadi babu.
Orang-orang : (TERTAWA)
Panitia : Saudara-saudara, mohon tenang!
Gubil : Wah, lihat itu! Ada lagi yang aneh. Siapa itu? Rada bagus kelihatannya.
Kasmun : Yang mana?
Gubil : Itu! Yang warna ijo.
Taji : O, ya itu, bagus itu.
Kasmun : (MENGAMATI) Itu? Apanya yang bagus, kayak genderuwo begitu? Heh
topeng ijo, siapa kamu?
Orang-orang : Kastubi.... Kastubi....
Pono : (MENGGODA) Mana bisa tahu siapa saya. Salau bisa nebak, jago.
Tuji : Dari suaranya sih bukan Kastubi, saya hafal betul suara dia.
Gubil : Buka saja topengnya, buka!
Tuji : Jangan! Panitianya melihat kita. Bisa marah dia.
Kasmun : (TIDAK SABAR, MENYIBAK IRING-IRINGAN, LALU MEMBUKA
TOPENG IJO) O, kamu Pono? Lagaknya ikut-ikutan Festival Topeng.
Bikin tanggul aja belum lurus, banyak polah.

2
3

Pono : Biar saja, yang penting topengnya bagus.


Kasmun : Apanya yang bagus? Topeng kayak genderuwo begitu dibilang bagus.
Bawur : Genderuwo masih lebih bagus. Itu mirip buto ijo kecebur sawah, nggak
jelas mana jidat mana tengkuk.
Orang-orang : (TERTAWA)
Panitia : Mohon tenag saudara-saudara. Tenang! Tertib!

SETELAH ORANG-ORANG TENANG

Panitia : Harap jangan mengganggu para peserta. Ini bukan acara guyonan. Ini
serius. Sacral. Tanpa festival ini, desa bisa gawat. Para leluhur bisa marah
dan desa keta terancam bahaya. Jadi, mohon tenang dan tertib. Dan lagi
belum waktunya saudara-saudara memberikan penilaian. Festival baru
dimulai. Nanti ada gilirannya. Sabar.

IRNG-IRINGAN TERUS BERGERAK MENUJU TANAH LPANG DISUDUT DESA.


CELETUKAN TERUS BERLANGSUNG WALAU TIDAK SERIUH SEBELUMNYA.
TETABUHAN YANG MENGIRINGI JUGA TETAP BERSEMANGAT.

Bawor : Wah, siapa lagi itu? Satu bawa banyak topeng. Edan, edan.....
Tuji : Pasti dia penggemar Dasamuaka.
Gubil : Ya, betul Dasamuka. Si muka sepuluh, alias si boros muka. Eit, tunggu
dulu. Itu mbah Joyo, bukan?
Bawor : Mana?
Gubil : Itu! Yng dibelakang muka sepuluh.
Bawor : Ah, ya betul, itu Mbah Joyo. Kenapa?
Gubil : Ya, kenapa? Kenapa dia tidak memakai topeng?
Kasmun : Apa? Mbah Joyo tidak pakai topeng? Mana? (SETELAH MELIHAT) Ah,
ya betul, Mbah Joyo tidak memakai topeng. Kenapa bisa begitu? (KEPADA
ORANG-ORANG) Liaht, lihat Saudara-saudara! Mbah Joyo tidak pakai
topeng. (MENDEKATI MBAH JOYO) Mbah, Mbah Joyo, kenapa tidak
memakai topeng? Mana topeng-topeng termashur itu, mbah? Mbah Joyo....
Mbah.........

MBAH JOYO DIAM SAJA. WAJAHNYA DINGIN

Kasmun : Lihat saudara-saudara, lihat. Mbah Joyo tanpa topeng.

SEMUA ORANG HERAN MEMANDANG MBAH JOYO. MEREKA TIDAK


MENGERTI MENGAPA ORANG TUA ITU TIDAK MEMAKAI TOPENG SEPERTI YANG
LAIN.
SEMENTARA ITU, IRING-IRINGAN TERUS BERJALAN DAN HILANG DI
TIKUNGAN JALAN.

LAMPU BERUBAH

3
4

ADEGAN SATU

LADANG MILIK BLENTUNG DI PINGGIR DESA. PAGI, BLENTUNG SEDANG


BEKERJA DILADANG. MITRO, TETANGGA DEKATNYA BERGEGAS LEWAT.

Blentung : Lo?
Mitro : Lo? Tidak salah lihat ini?
Blentung : Apanya yang salah?
Mitro : Kok situ di lading?
Blentung : Kok sutu juga di pinggir ladang? Kalau saya kan petani, apa salahnya petani
di ladang?
Mitro : Saya juga tengkulak hasil ladang, apa salahnya saya di pinggir ladang.
Memang itu kerja saya, mengawasi orang-orang panen sayuran dan
palawija, lalu membelinya kemudian menjualnya ke kota. La, tidak
salahkan?
Blentung : Jadi
Mitro : Jadi?
Blentung : (TERTAWA) Ya, memang tidak salah. Cuma kalau para tetangga melihat
keberadaan situ di pinggir ladang sekarang ini, bisa.....
Mitro : .... bisa menyulitkan kita.
Blentung : Betul, menyulitkan kita. Eh, kok kita. Meyulitkan kamu. Jangan bawa saya
dong.
Mitro : (TERTAWA) Sebetulnya ada apa kita ini, Blentung?
Blentung : Lo, kok kita lagi. Situ dong yang ada apa. Saya tidak ada apa-apa.
Mitro : Ada, Blentung. Kita ada apa-apa. Maksud saya bukan kita. Tapi, kita
dengan orang kebanyakan, dengan masyarakat desa ini. Kita lain. Coba,
semua orang ada di sana, mengikuti Festival Topeng. Atau, setidaknya
datang menonton. Tapi, kita? Apa pun alasannya, kita ini melarikan diri
dari mereka, dari festival itu. Padalah situ kan anak Mbah Joyo, rajanya
festival ssejak sepuluh tahun lalu?
Bletung : Dan situ... situ adalah keluarga keluarga donatur festival topeng terbesar
turun temurun, sejak puluhan tahun yang lalu juga.
Mitro : Ya, itulah kenapa saya bilang ‘kita’. Situ dan saya. Ayolah Bletung, duduk
dan ceritakan. Kita kan kawan sejak masa kanak-kanak. Apa salahnya
saling membuka hati?
Bletung : (TERPAKSA DUDUK) Ini kenapa jadi terbalik ya? Ladang ini ladang saya.
Jadi, sayalah tuan ladang. Tapi sutu yang menyilakan saya duduk. Yang
bilang ada masalah juga situ, tapi saya yang disuruh cerita. Bagaimana
bisa? Aneh. Situ dulu dong, kan tadi situ dulu yang pertama bilang ada
masalah.
Mitro : Sama-sama Bletung, sama-sama. Kita saling cerita, saling membuka hati.
Bletung : Saling membuka hati? Wah, indah sekali kedengarannya. (TERTAWA) Apa
mungkin itu? Sejak kapan kita mempunyai kebiasaan saling membuka
hati? Tapi baik, kalau memang bisa. Baik, silakan situ duluan.
Mitro : Lo?

4
5

KEBUANYA TERTAWA. LAMPU BERUBAH


ADEGAN DUA

TANAH LAPANG TEMPAT FESTIVAL TOPENG BERLANGSUNG PAGI.


FESTIVAL SEGERA DIMULAI, RUPANYA KETUA PANITIA SEDANG
MEMBERIKAN SAMBUTAN AN PENGARAHAN KEPADA SELURUH PESERTA. SEMUA
TAMPAK BERSEMANGAT, MERIAH NAMUN TERTIB.

Ketua panitia : Nah, saudara sekalian, seluruh Desa Mosokambang yang saya cintai,
demikianlah tadi pengarahan saya selaku ketua panitia. Saya tidak akan
berpanjang lebar sebab segala sesuatunya sesungguhnya sudah jelas. Tugas
kami yang paling utama adalah mambuka dan menutup festival ini. Kami
hanya berpesan agar acara ini berlangsung see....meriah mungkin,
see.....khidmad mungkin, namun tetap aman dan tertib. Kita sebaiknya
menanamkan prinsip bahwa keamanan dan ketertiban adalah see...gala-
galanya.
Tanpa keamanan dan ketertiban, hidup kita akan bahagia. Apalah artinya
sawah ladang kita yang subur, panen melimpah, dan ternak kita yang
gemuk jika perasaan kita kidak aman dan bahagia? Dan, untuk itulah
diperlukan upaya-upaya.
Dibentuknya tim juri, hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya,
adalah bentuk upaya itu. Tim juri bukanlah kepompok tandingan bagi
penilaian masyarakat terhadap festival ini, tetapi dimaksudkan hanya
sebagai “partner” kerja saudara-saudara. Agar dalam memberikan
penilaian nanti, saudara-saudara bisa lebih terarah, lebih bijaksana, lebih
fair, dan memuaskan semua pihak.
Kami tahu, kemenangan pukanlah tujuan utama para peserta festival.
Mereka adalah pribadi-pribadi yang menghormati tradisi leluhur dan ingin
melestarikannya. Tetapi bagaimana pun, penilaian yang objektif dari
masyarakat adalah fktor penting. Tanpa iobjektivitas, para peserta akan
marah. Ketentraman dan kebahagiaan hidup masyarakat kita pun bia
terganggu. Betul tidak, saudara-saudara?
Orang-orang : Betulll.............
Ketua Panitia : Lo, mana tepuk tangannya?

SEMUA BERTEPUK TANGAN, TAPI TAMPAK OGAH-OGAHAN, KETUA


PANITIA TAMPAK KURANG SENANG. JARKONI, LURAH DESA ITU MEMBERI ABA-
ABA SUPAYA ORANG-ORANG BETEPUK TANGAN LEBIH KERAS. ORANG-ORANG
MENURUT. KETUA PANITIA TAMPAK LEGA.

Ketua Panitia : (TERSENYUM) Terima kasih, terima kasih. Jadi sekali lagi saudaara-
saudara, tepuk tangan itu –maaf maksud saya- objektivitas itu penting.
Petugas : Juga ketertiban dan keamanan, Pak.
Ketua Panitia : Ya, betul! Ketertiban dan keamanan!

LAMPU BERUBAH

5
6

ADEGAN TIGA

DI BUKIT TIDAK JAUH DARI TEMPAT FESIVAL BERLANGSUNG. PAGI


BEBERAPA ORANG DI TENGAH MENGAWASI JALANNYA FESTIVAL. MEREKA
ADALAH WARGA DESA ITU JUGA. TAPI TIDAK TERTARIK UNTUK IKUT MAUPUN
HADIR. MEREKA CUMA BERKOMENTAR DARI JAUH.
KIRNO, PEANG, DAN PANJUL ADA DI ANTARA MEREKA.

Orang-orang : ( BERSAMA-SAMA) Mmm...ck...ck... Luar biasa, luar biasa. Hebat, hebat...


Top... Top... Oke... Oke... Yahud, Tahud...
Panjul : Jadi bagaimana? Kita ini gembira, kagum, atau sedih?
Kirno : Kok Tanya? Perasaan kamu sendiri bagaimana?
Panjul : (BERPIKIR AGAK LAMA) Tidak tahu.
Peang : Tidak tahu saja pakai mikir. (SOK TAHU) Kalau perasaan saya sih macam-
macam, kang.
Kirno : Macam-macam boleh saja, tapi apa?
Panjul : Ya, apa? Jelasnya apa?
Peang : Bisa saja kamu. Kamu sendiri tidak tahu, ngomong........
Panjul : Tapi saya kan sudah bilang terus terang, tidak tahu.
Peang : Masak perasaan sendiri tidak tahu orang mati apa?
Panjul : Iya, ya? Kita ini kenapa jadi begini ya? Omong-omong perasaan sampean
sendiri bagaimana, Kang?
Peang : Ya, bagaimana Kang?
Orang-orang : Ya, bagaimana Kang?
Kirno : Sebetulnya saya sendiri tidak tahu.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN EMPAT

TANAH LAPANG TEMPAT FESTIVAL TOPENG BERLANGSUNG. PAGI


FESTIVAL RUPANYA SEDAH DIMULAI. BEBERAPA PESERTA SUDAH SELESAI
TAMPIL. ADA YANG MENDAPATKAN SAMBUTAN HANGAT, ADA JUGA YANG TIDAK.
KALI INI SAMI’UN SI MUKA SEPULUH SUDAH TAMPIL. IA LINCAH, ENERGIK,
DAN KOCAK. TOPENG-TOPENGNYA JUGA BAGUS. TAPI, APAKAH DIA DISUKAI
DAN DIANGGAP ‘MEWAKILI’ PENONTON? BELUM TENTU, BUKTINYA DIAKHIR
PENAMPILANNYA, TIDAK BANYAK BENDERA KECIL. DIACUNGKAN OLEH
PENONTON.

Sami’un : (SETELAH SELESAI TAMPIL) Terima kasih, terima kasih. Saya gembira
pada tahun ini bisa kembali tampil dihadapan saudara-saudara. Ini adalah
sebuah rahmat. Dulu, saya hanya mampu membawakan satu atau dua
topeng. Tapi tahun berganti, usia saya juga bertambah. Saya merasa,
kebijakan saya dalam memandang dan menghadapi hidup beserta
persoalannya pun harus bertambah. Itulah kenapa hari ini saya memakai

6
7

sepuluh topeng sekaligus. Ini bukan pilihan main-main, saudara-saudara.


Hidup di zaman ini, kita memang harus punya banyak wajah.
Kalauberteduh di bawah pohon jengkol, kita jangan makan apel. Kalau
memanjat pohon petai, jangan kita bawa jambu mete, repot soalnya. Jika
kita mau makan semangka, jangan di bawah pohon durian soalnya kalau
kejatuhan bisa bonyok. Maka, bersikaplah baik kalau ketemu orang baik.
Kalau bertemu preman, pakailah jurus preman. Kalau tidak, kita bisa tidak
aman. Jadi, sekali lagi ini bukan pilihan main-main.

PARA PENONTON BERTEPUK TANGAN MERIAH, TAPI TIDAK BEGITU


BANYAK BENDERA YANG DIKIBARKAN.

MC : (DENGAN WAJAH SERIUS DAN MENAHAN AIR MATA) Hadirin


sekalian, tadi penampilan saudara kita Sami’un. Saya kira tidak perlu lagi
saya memberikan komentar. Penampilan beliau dengan sepuluh topengnya
tadi sudah menjelaskan banyak hal. Peserta berikutnya, silakan.

TEPUK TANGAN KEMBALI BERGEMURUH, MC TURUN PANGGUNG DAN


MUNCUL.TIGA PESERTA YANG YANG MERUPAKAN SATU TIM. MEREKA PUN
SEGERA BERAKSI.
MEREKA MENAMPILKAN TOPENG TIGA KESATRIA UTAMA, YAITU TOPENG
PEMBELA KEADILAN DAN KEBENARAN. DARI SEGI ARTISTIK, TOPENG MEREKA
TIDAK CUKUP BAGUS. EKSPRESINYA KELEWATAN DINGIN DAN KAKU. TAPI,
PENAMPILAN MEREKA KOMPAK. MASING-MASING MEMAKAI KOSTUM YANG
BERBEDA, NAMUN ADA SATU CIRI YANG SAMA, YAKNI KETIGANYA MEMBAWA
SENJATA . MEREKA SANGAT GAGAH, SIGAP, DAN TERAMPIL. SALAH SATUDARI
MEREKA MENJADI JURU BICARA DAN MEMPERKENALKAN DIRI LEWAT
NYANYIAN.

Jubir : (MENYANYI)
Saudara sekalian
Warga Desa Mosokambang
Yang saya hormati dan saya cintai
Kami ingin bicara, dari hati ke hati
Orang-orang : (MENYANYI) Berbicaralah, asal jangan susah-susah.
Jubir : (MENYANYI)
Apakah kalaian ingin hidup bahagia
Adil, makmur ingin hidup bahagia
Kalau jawabanya “ya”, inilah rahasianya
Bergabunglah bersama kami
Pembela rakyat sejati
Tiro : (MENYANYI)
Kami adalah tiga kesatria utama
Pembela kebenaran dan keadilan
Tak peduli panas terik
Atau, musim paceklik

7
8

Kami selalu bersama kalian


Libas, libas, semua akan kami libas
Tejang, terjang semua akan kami terjang
Jika ada yang berani menggoyang
Ketertiban dan keamanan
Desa kita, Mosokambang

SELESAI MENYANYI, KETIGANYA MELAKUKAN GERAKAN-GERAKAN


BELADIRI YANG ATRAKTIF. TEPUK TANGAN RIUH, ORANG-ORANG
BERKOMENTAR, TAMPAKNYA MEREKA KURANG SUKA PADA PENAMPILAN TIGA
SEKAWAN INI.

Jubir : Maaf Saudara-Saudara, kami tidak bisa tampil lebih lama lagi. Kami
sudah terlalu lelah. Maklum, sebelumnya kami kebanyakan latihan.
Saudara tahu, ini merupakan penampilan pertama kami dalamfestiva;yang
bergengsi ini. Jadi, belum berpengalaman. Sebetulnya ada satu puisi yang
ingin kami bacakan, tapi nafas kami sudah ngos-ngosan. Maaf.

TIGA SEKAWAN PERLAHAN UNDUR DIRI. TAPI, SEBELUM MEREKA BENAR-


BENAR TURUN PANGGUNG MEREKA BERHENTI. LALU, BERSAMA-SAMA MEREKA
MENGACUNGKAN SENJATA KESATU TITIK DI LANGIT, DAN DOR ! SEBUAH BENDA
BESAR JATUH BERANTAKAN.
ORANG-ORANG TIDAK MENYAMBUTNYA DENGAN TEPUK TANGAN. TAPI,
MEREKA MELONTARKAN BERBAGAI KOMENTAR YANG TIDAK ENAK DIDENGAR.
DAN, TIDAK SATUPUN BENDERA YANG DIACUNGKAN.

Panitia : Heh, bendera! Angkat bendera!

ORANG-ORANG MASIH SIBUK DENGAN KOMENTAR MASING-MASING, DAN


MENGABAIKAN PERINTAH PANITIA. MENDADAK MBAH JOYO MUNCUL DI
PANGGUNG UNTUK TAMPIL. WAJAHNYA TETAP DINGIN. ORANG-ORANG RIUH
MENYAMBUT.

Orang-orang : mbah joyo, mbah joyo …


Hidup mbah Joyo!
Mbah joyo, mbah joyo …
Hidup mbah joyo!
Hidup mbah joyo …
Hidup mbah joyo!

PERLAHAN MBAH JOYO MENUJU TENGAH PANGGUNG. IA MENGANGKAT


TANGANNYA DENGAN ANGGUN UNTUK MENYAMBUT REAKSI PENONTON,
SEKALIGUS MEMBERIKAN ISYARAT SUPAYA PENONTON TENANG. TEPAT DI
TENGAH PANGGUNG IA BERHENTI, MENYIBAH JUBAHNYA, DAN DARI DALAMNYA
MENGELUARKAN TIGA BUNGKUSAN KAIN HITAM YANG TERNYATA BERISI TIGA

8
9

TOPENG. ITULAH RUPANYA TOPENG-TOPENG BELIAU YANG DULU SANGAT


TERKENAL.
MBAH JOYO MEMPERLIHATKAN TOPENG-TOPENG ITU PADA PARA
PENONTON, KEMUDIAN MEMBUNGKUSNYA KEMBALI, BUKAN DENGAN KAIN
HITAM MELAINKAN DENGAN KAIN PUTIH.

Mbah Joyo : (SUARANYA SERAK DAN BERAT) Saya sudah capek, capek! Kepada
kalian, para generasi muda, topeng-topeng ini saya titipkan. Capek, saya
sudah capek. Silahkan. Terserah topeng-topeng ini mau diapakan, dikubur
mungkin lebih baik. (LAMA DIAM MENATAP PARA PENONTON) topeng
saya sekarang adalah wajah saya sendiri. Maaf. Terimakasih.

GEMURUH TEPUK TENGAN MENYAMBUT. JUGA, SUITAN DAN KOMENTAR-


KOMENTAR, DAN, SEMUA MENGANGKAT BENDERA.
DALAM KERIUHAN ITU, MENDADAK PARA PETUGAS DAN PANITIA NAIK KE
PANGGUNG SENGAN SIGAP. MEREKA MENGERUMUNI MBAH JOYO DAN TERLIBAT
PEMBICARAAN SERIUS, LANTAS MEMBIMBING MBAH JOYOKELUAR PANGGUNG.
PENONTON SEMAKIN RIBUT. BEBERAPA ORANG NAIK PANGGUNG,
HISTERIS, DAN MEMUKUL APA SAJA SEHINGGA BERBAGAI BUNYI MEMBAUR JADI
SATU.MEREKA BELUM TAHU PERSIS APA YANG TERJADI, TAPI MUNGKIN DAPAT
MERASAKAN APA YANG SESUNGGUHNYA SEDANG TERJADI DI DEPAN HIDUNG
MEREKA.

Ketua Panitia : harap tenang saudara-saudara … harap tenang! Semuanya harap tertib
perhatian, mohon perhatian!. Saudara-saudara, minta perhatian …

KETUA PANITIA TERUS BERBICARA, TETAPI DAK ADA YANG SUDI


MENDENGAR. DAN, KERIBUTAN TERUS BERLANGSUNG.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN LIMA

LAPANGAN TENGAH TEMPAT FESTIVAL DISELENGGARAKAN. PAGI.


BEBERAPA SAAT SETELAH FESTIVAL BUBARAN, KIRNO, PEANG, PANJUL,DAN
KAWAN-KAWAN TURUN DARI BUKIT MENUJU TEMPAT ITU.

Peang : Apa kata saya tadi? Macam-macam kan? Tuh, betul terbukti. Macam-
macam pula kejadiannya. Masa festival jadi rebut nggak keturunan. Untung
kita tidak ada di sini tadi…
Panjul : Eh, jangan sok tahu. Kami kan tadi Cuma bilang perasaan saya macam-
macam. Bukan festival ini akan jadi macam-macam. (PADA KIRNO) Iya
nggak, Kang?
KIRNO DIAM SAJA. IA TAMPAK SEDANG BERPIKIR SERIUS.

9
10

Peang : Paling tidak itu membuktikan kalau firasat saya benar, dari pada kamu
tidak merasakan apa-apa. Kedul, tumpul.
Panjul : Kalau punya firasat jelek, kenapa dari tadi diam saja? Kamu kan bisa usul
sama Ketua panitia supaya festival ditunda. Menunggu jatuh hari baik,
misalnya. Atau, kalau perlu supaya festival tahun ini dibubarkan saja.
Peang : Apa? Usul?libur? Oo… kamu betul-betul bodoh, Panjul. Kamu piker
perkara apa ini? Siapa saya, siapa kita, berani-beraninya kita usul. Festival
topeng perkara sacral. Mbah Joyo saja, rajanya festival dari tahun ke tahun,
tidak berani usul begitu. Apalagi kita. Mbah Joyo, bisa saja bilang sudah
capek dan ingin undur dari festival. Tapi, selama ini dia cuma omong di
depan kita. Di depan panitia, hem… kamu lihat tadi apa akibatnya? Tapi,
sebetulnya saya memang ingin kasih usul.
Kirno : Sudah?
Peang : Apanya, Kang?
Kirno : Debatnya. Usulnya, sudah?
Peang : Kami tidak berdebat, Kang. Kami hanya bicara soal perasaan. Bukan hal
tabukan?
Kirno : Mana saya tahu. Yang bikin aturan tabu dan tidak tahu kan bukan kita.
Tapi, sebaliknya hati-hati bicara. Salah-salah, kamu bisa ketiban salah.
Peang : Ya, Kang. Ya, saya paham.
Panjul : Paham… paham. Paham apa?
Kirno : Itu pertanyaan penting, tapi tidak perlu dipertanyakan. Atau sebaliknya,
pertanyaanitu perlu ada, tapi tidak penting dipertanyakan.
Peang : Kenapa begitu, Kang?
Panjul : La, katanya paham.
Kirno : Karena siapa pun pemenang festival, buat kita kan sama saja. Kita ini
cuma penonton. Lagi pula sekarang ada hal yang lebih penting untuk
dipikirkan: Mbah Joyo. Kita harus cari tahu di mana beliau sekarang. Ini
menyangkut keselamatan jiwa manusia. Libih penting dari pada
meributkan siapa penentang Festival Topeng.

MITRO DAN BLENTUNG MUNCUL KARENA DATANG UNTUK MENCARI TAHU


APA YANG BARU TERJADI.

Mitro : Betul Kang Karto, Mbah Joyo… di mana dia sekarang?


Kirno : Lo, Mitro, Bletung? Kalian juga tidak tahu di mana Mbah Joyo. Apa
kalian tidak ada di sini tadi?
Bletung : Tidak. Saya datang justru untuk mencari tahu. Saya baru dengar di sini
ada keributan, dan kabarnya ayah saya dibawa pergi Panitia.
Mitro : Kalau begitu kita cari dia sekarang. Siapa mau ikut? Ayo!
Kirno : Yang lain lebih baik pulang saja, atau kemabali ke ladang masing-masing.
Biar saya saja yang ikut.
Peang : Tidak, Kang. Ini bukan hanya persoalan sampean, atau Mas Mitro dan
Mas Blentung. Ini persoalan kita semua. Saya harus ikut. Atau nggak,
Panjul?
Panjul : Sepakat. Akur….

10
11

Mitro : Baik. Ayo!


SEMUA PERGI
LAMPU BERUBAH
ADEGAN ENAM

JALANAN DESA. TIDAK JAUH DARI LOKASI FESTIVAL TOPENG. PAGI.


BEBERAPA SAAT SETELAH FESTIVAL BUBARAN …
ORANG-ORANG PULANG DARI MENONTON FESTIVAL TOPENG. MEREKA
BINGUNG KENAPA FESTUVAL BUBAR SEBELUM WAKTUNYA. JUGA, MEREKA
TIDAK TAHU APA PANGKAL DARI KERIBUTAN ITU.MUNGKIN MEREKA
TERLALU LUGU UNTUK MENGETAHUI APA YANG TERJADI.

Sualsih : Ah, dikin capek saja. Baru datang, sudah bubar.


Mijem : Iya, biasanya sehari penuh. Ini tumben, pakai rebut-ribut lagi.
Warti : Pada telat sih sampean….
Mijem : Iya, gara-gara ini anak disuruh mandi malah rewel. Jadi lama, terus telat
deh.
Sulasih : Itu kenapa tadi? Kok Mbah Joyo di bawa pergi?
Mijem : Iya, kenapa itu? Dulu zaman saya kecil, kalau ada Festival Topeng semua
orang pasti gembira. Wajah mereka sumringah. Sekarang kok jadi nggak
keruan.
Warti : Saya juga nggak tau, Yu. Denger-denger sih karena kebanyakan yang
mengatur. Jadi…
Mijem : Begitu ya? Ah, dulu sih tidak banyak yang ngatur-ngatur. Semuanya
ngrengseng saja. Jalansaja, beres… iya?

KASMUN LEWAT BERGEGAS, MENDAHULUI MEREKA MIJEM MEMANGGIL.

Mijem : Kasmun, tunggu Kasmun!

KASMUN BERHENTI

Mijem : Itu kenapa tadi cepat bubaran? Kenapa rebut-ribut? Ada apa itu?
Kasmun : Anu, Yu, belum tahu saya. Pokoknya sampean pada pulang saja dan
nggak usah banyak Tanya. Saya sendiri belum tahu. Anu… kalau ada yang
tanya, bilang saja nggak tahu. (PERGI)
Mijem : nggak tahu… nggak tahu. Biasanya kamu serbatahu. Terus, Mbah Joyo?
Eh, Kasmun, Kasmun… uh dasar…

LAMPU BERUBAH

ADEGAN TUJUH

DI SATU TEMPAT. MALAM.

11
12

KASMUN, BAWOR, TUJI, DAN GUBIL SEDANG DIBERI PENGARAHAN


OLEHSESORANG. DI KEJAHUAN, 3 ORANG CENTENG BERJAGA-JAGA.
TEMPAT ITU KELIATAN GELAP, HNYA SEDIKIT CAHAYA OBOR YANG MENERANGI.

Seseorang : apa kalian semua sudah paham apa tugas kalian?


Kasmun : (RAGU) Injih Pak, paham…
Seseorang : Lo, kok cuma Kasmun yang jawab? Yang lain?
Semua : (RAGU JUGA) Paham, Pak…
Seseorang : Bagus! Laksanakan tugas kalian dengan baik maka hidup kalian akan
terjamin dan tentram. Kasmun, berapa luas lading kamu?
Kasmun : Kurang lebih setengah hektar, Pak.
Seseorang : Jangan khawatir, tidak lama lagi bisa jadi 4 hektar. Bawor, berapa kerbau
kamu?
Bawor : Tiga, Pak.
Gubil : (MENYODOK, LALU BERBISIK) Lima juga.
Bawor : (BAWOR BERBISIK PADA GUBIL) Iya, yang dua kan masih gudel.
Seseorang : Terus pingin jadi berapa?
Bawor : Ah, bapak. Mosok itu juga ditanya. Berapa saja juga mau.
Seseorang : Bisa..bisa… semua bisa diatur. Jangan khawatir. Dan kamu Tuji, Gubil…
pingin punya apa kamu? TV colour sudah punya?
Berdua : Belum, Pak.
Seseorang : Itu lebih gampang lagi. Pokoknya, laksanakan tugas kalian dan semuanya
akan beres. Paham semua?
Semua : Paham…
Seseorang : Bagus. Sekarang kalian bubaran. Ingat ya, pembicaraan ini hanya antara
kita saja.
Gubil : Maaf, Pak. Apa boleh Tanya?
Seseorang : Boleh, boleh, asal jangan yang aneh-aneh. Apa?
Gubil : Jadi, siapa pemenang festival tadi pak? Dan di mana Mbah Joyo
sekarang?
Seseorang : Pertanyaanmu bagus sekali, Gubil. Tapi, saya tidak akan menjawab. Tahu
kenapa? Karena kalian masih terlalu hijau untuk memahami jawabannya.
Tapi suatu saat nanti, ketika usia kalian sama seperti usia saya , atau saat di
mana kaliandalam kondisi sama seperti saya, kalian akan tahu sendiri
jawabannya. Percayalah. Paham?
Semua : Pahaaammm… (SEBETULNYA TIDAK)
Gubil : Apa, soal Mbah Joyo…
Seseorang : sssttt… Cukup!(PERGI DIIKUTI 3 CENTENG)

LAMPU BERUBAH

ADEGAN DELAPAN

JALANAN DESA. BEBERAPA SAAT KEMUDIAN. MALAM

12
13

KASMUN, BAWOR, GUBIL, DAN TUJI SALING MENYALAHKAN.

Tuji : Kamu pakai tanya soal Mbah Joyo segala. Untung dia tidak marah. Kalau
marah, bisa berabe kita.
Gubil : Apasalahnya nanya, namanya juga pengen tahu.
Tuji : Tapi, lain kali hati-hati dong. Kayak nggak tahu keadaan saja.
Gubil : Terlalu hati-hati juga nggak bagus. Rezeki yang jatuh ke kita jadi hati-
hati juga. Contoh, Kasmun. Begitu di Tanya, “kalian paham apa tugas
kalian?” Dia langsung jawab, “Injih Pak, pahammm…” Dan, kamu dengar
sendiri hasilnya, 4 hektar. Bawor juga bukan main selapnya. Masa kerbau
lima di bilang tiga.
Bawor : Saya gemetaran, monyong!
Gubil : O,. pantes. Gemetaran saja bisa sulapan. Bagaimana yang enggak
gemetaran dapat 4 hektar.
Kasmun : Setan kamu, Gubil! Diam, kenapa? Nggak tahu orang lagi sumpek. Kamu
pikir aku senang dengan semua ini? Kita ini sama-sama sedang jadi korban,
tahu? Kalian bisa saya ingin lari dari semua ini. Tapi, apa daya kita?
Gubil : Apa daya saya juga cuma TV colour?
Kasmun : Heh, saya serius ini. Lagian siapa yang percaya janji-jani itu? Semua kan
serba belum jelas. Saya menyesal kenapa di sana waktu festival
berlangsung. Itu gara-gara kamu ngotot ngajak ke sana.kalau tidak, kita
tidak repot begini. Sial, kamu bikin sial!
Bawor : Tenang, Kasmun, tenang. Ini musibah. Kita sedang kena musibah. Kita
harus tetap kompak supaya kuat. Kamu diam, Gubil. Kasih waktu Kasmun
berpikir.
Tuji : (PADA GUBIL) Baru minum cap tikus saja sudah loncer. Bikin hati
orang panas.
Kasmun : (SETELAH DIAM SEBENTAR) Baik, baik sudah kepalang basah. Aku
tahu sekarang.
Bawor : Tahu bagaimana?
Kasmun : kita boleh tidak suka sama Sami’un. Tapi pada saat seperti sekarang, kita
harus belajar dari dia.
Bawor : Maksudmu kita kerumah Sami’un?
Kasmun : Buat apa kita ke sana? Itu tadi Sami’un tolol!
Tuji dan Bawor : Sami’un?
Bawor : Bisa lain begitu?
Kasmun : Itulah kelebihan dia.
Gubil : Terus, apa maksudnya belajar dari dia?
Kasmnun : Besok malam undang semua warga.
Gubil : Terus?
Kasmun : Gampang itu. Pokoknya besok kita kerjakan semuanya. Ayo, kita kita
rembukan di tempat lain.sudah malam. (KASMUN PERGI, YANG LAIN
BENGONG)
Gubil : Sami’un?

LAMPU BERUBAH

13
14

ADEGAN SEMBILAN
LADANG KOSONG DI SUDUT DESA. MALAM.
ATAS UNDANGAN KASMUN DAN KAWAN-KAWAN, WARGA DESA BERKUMPUL
DEITEMPAT ITU. MALAM INI GILIRAN KASMUN AKAN MEMBERI ‘PENGARAHAN’
KEPADA WARGA DESA SETELAH SEBELUMNYA IA MENDAPAT PENGARAHAN DARI
ORANG YANG LEBIH ‘PINTAR’.
MEREKA DATANG MENGENDAP-ENDAP, MUNCUL SATU PERSATU. MASING-
MASING TAKUT TERLIHAT OLEH YANG LAIN.

Orang ke-1 : (DARI BALIK POHON) Mana? Kok belum pada nongol?! Katanya, habis
isya…. (PADA YANG LAIN DI BELAKANG) Belum ada…
Orang ke-2 : Apa kita nggak salah dengar? Jangan-jangan bukan di sini tempatnya.
Orang ke-3 : Bener di sini. Tanah Marto Pacul lor desa, ya ini…
Orang ke-2 : Tanah Marto Pacul lor desa ka nada banyak?
Orang ke-3 : Tapi, tanah dia di lor desa yang kosong Cuma ini, ang lain sudah ditanami
jagung Bangkok.
Orang ke-1 : Semua serba Bangkok. Marto paculnya datang nggak?
Orang ke-3 : Mana tahu, belum kelihatan. Siapa sih yang kasih tau sampean supaya
kumpul di sini?
Orang ke-1 : Kasmun, siapa lagi?
Orang ke-3 : Kalau saya si Gubil. Yang diundang siapa saja?
Orang ke-2 : Kurang tahu. Sebaliknya hati-hati. Jangan sampai kelihatan orang lain
dulu. Saya curiga, jangan-jangan ini ada apa-apanya, atau malah jebakan.
Nggak biasanya ada undangan ke kebun. Aneh. Semua jadi aneh. Malam-
malamdi suruh blasukan begini. Asam kecut.

DARI SUDUT LAIN MUNCUL ORANG KE-4 DAN ORANG KE-5. JUGA MENGENDAP-
ENDAP. KEPALANYA BERKERDUNG SARUNG.

Orang ke-2 : Ssttt… ada orang, ngumpet!


Orang ke-1, ke-2 dan ke-3 bersembunyi.
Orang ke-4 : (NONGOL DARI SEMAK-SEMAK) Betul di sini tempatnya, Kek?
Orang ke-5 : kalu betul juga mana saya tau, wong mata sudah lamur begini. Mana
encok lagi kambuh. Si Bawor bikin orang tua susah saja. Mau ada apa
sebetulnya ini?
Orang ke-4 : Kakek mestu Tanya ke cucunya dong. Sama saya, mana mau dia cerita.
Orang ke-5 : Wong saya Tanya bolak-balik, jawabannya itu-tiu melulu. Nanti kakek
juga tahu. Pokoknya kakek datang saja, penting! Begitu! (BATUK-BATUK)
Orang ke-2 : (DI PERSEMBUNYIANNYA) Rasanya kenal suara betuknya. Sanwiradj
itu, kakek si Bawor.
Orang ke-3 : Berarti bukan cum kita yang diundang.

KASMUN MENDADAK MUNCUL DARI SUDUT GELAP LAIN DI SISI LAIN. GUBIL
BAWOR, DAN TUJI DI BELAKANGNYA.

14
15

Bawor : Ya betul, tidak Cuma kalian ang diundang. Kelarlah kalian semua dari
situ. Berkupul di sini dan kita bicara. Jangan kgawatir, tampat ini aman.
Saya sudah amati sejak tadi. (PADA GUBIL, BAWOR, DAN TUJI) Coba
yang sembunyi di belakang sana, panggil semua.

SETELAH SEMUA BERKUMPUL

Kasmun : (TENANG, BERWIBAWA) Saudara-saudara, sayaakan langsung saja.


Saudara tahu, saya adalah warga desa ini. Asli. Dan sama seperti saudara
semua, saya juga warga desa yang baik. Jadi, saya juga memahami apa
yang telah memahami apa yang tengah menjadi pikiran dan keprihatinan
saudara belakangan ini. Apa yang tengah saudara pikirkan adalah juga hal
yang tengah jadi pikiran saya. Apa yang tengah saudara perhatikan adalah
juga yang sedang jadi perhatian saya. Sama. Jadi saudara gembira, saya
gembira. Kalau saudara sedih, saya juga sedih. (MENAHAN TANGIS)
Saudara, apakah saudara tau apakah saudara tahu siapa pemenang festival
topeng yang baru saja berlangsung?
Orang-orang : Tidaaakkk…
Kasmun : Samaaa… apakah saudara-saudara dahu di mana Mbah Joyo sekarang
berada?
Orang-orang : Tidaaakkk…
Kasmun : Juga sama, samaaa… Kita memang digariskan untk sama-sama tidak
tahu. Tetapi saudara, sebagai insan yang berakal budi setidaknya kita harus
mengetahui satu hal. Yaitu, bagaimana caranya keluar dari masalah rumit
yang tengah menghimpit kita. Nah saudara, inilah caranya.
Pertama, kita harus berhentu memikirkan soal siapa pemenang festival
roping dan di mana Mbah Joyo berada. Kedua, kita harus kembali kepada
titah kehidupan kita sebagai petani, yaitu bekerja dan bekerja.
Saya tahu ini bukan perkara gampang. Kehilangan Mbah Joyo bukan
sekedar kehilangan warga terhormat kita. Tetapi, berarti juga kehilangan
orang tua kita. Namun demikian, saudara juga harus paham bahwa di depan
kita ada banyak tugas dan kewajiban yang menunggu untuk diselesaikan.
Kita boleh kehilangan siapa saja, tetapai kita tidak boleh kehilangan
semangat kita, cita-cita kita, dan hari depan kita. Bagaimana, apakah
saudara-saudara paham?
Orang-orang : (SEBELUMNYA TIDAK) Paham…
Orang ke-1 : Tapi, di mana Mbah Joyo, ee… maksud saya apa Mbah Joyo sehat-sehat
saja?
Orang ke-2 : Ya, dan kapan dia pulang?
Orang ke-3 ; Hari apa? Tanggal berapa?
Orang ke-4 : Ya, apa kami boleh nengok?
Orang ke-5 : Dan, bagaimana kalau keluarganya menanyakan?
Kasmun : Bagus, pertanyaan saudara-saudara bagus sekali. Tapi, saya tidak akan
menjawab. Tahu kenapa? Karena saudara-saudara masuh terlalu hijau
untuk memahami jawabannya. Tapi suatu saat nanti, di mana saudara-

15
16

saudara dalam kondisi sama seperti saya, saudara akan tahu sendiri
jawabannya. Percayalah. Paham?
Orang ke-5 : Maaf, jangan paham dulu. Ini saya mau Tanya karena sudah pasti saya
belum paham. Kasmun, saya ini sudah 70 tahun. Apa masih dianggap hijau
juga? Jadi, yang tidak hjau itu umur berapa?
Kasmun : Maaf Kakek, mungkun kakek salah terima. Yang saya maksud dengan
hijau itu bukan umurny. Tapi, pemahamannya terhadap jawaban masalah
ini. Itu, Kek. Paham, saudara-saudara?
Orang-orang : Pahaaammm…

ORANG KE-5 INGIN MELANJUTKAN PERTANYAAN KARENAMEMANG BELUM


PAHAM. TAPI, KASMUN KEMBALI MELANJUTKAN PIDATONYA.

Kasmun : Nah saudara, malam sedah larut, sebaiknya pertemuan kita akhiri. Tapi
sebelumnya pertemuan kita akhiri. Tapi sebelum pulang, saudara Bawor,
Tuji, Gubil akan membagikan sedikit bingkisan untuk oleh-ileh keluarga
dirumah. Keluarga dan anak-anak adalah masa depan kita. Maka sekali
lagi, selamat bekerja. Demi keluarga, demi anak-anak, demi masa depan
kita. Supaya tetap dan tertib, silakan saudara antre. Terima kasih dan
selamat malam.

ORANG-ORANG ANTRE MENERIMA BINGKISAN. KEMUDIAN, SEMUA PERGI.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN SEPULUH

SEBUAH GUBUK DI SAWAH PINGGIR DESA. SIANG.


BEBERAPA PERTANI SEDANG BERISTIRAHAT, SAMBIL MANUNGGU MAKAN
SIA. TAMPAK DI SANA ORANG KE-1, 2, 3, DAN 4. ADA JUGA YASMUDI YANG
TIDAK HADIR PADA MALAM ‘PENGERAHAN’DARI KASMUN.
NGAISAH, ISTRI ORANG KE-3 SEDANG MENYIAPKAN MAKANAN.

Orang ke-3 : Heran saya, tidak musm hujan tidak misim kemarau, sekarang panasnya
sama saja. Dulu rasanya tidak begini.
Orang ke-1 : Dulu, dulu. Sekarang, sekarang. Jelas tidak sama dong.
Orang ke-1 : Ya, soal apa dulu. Soal musim masa berbeda. Namanya musim hujan,
banyak air turun dari langit, masa panas juga? Yasmudi, istirahat dulu.
Nanti kulitmu gosong.
Yasmudi : Sebentar lagi, tanggung…
Orang ke-1 : Kita disini masih beruntung. Coba pikir orang-orang yang tinggal di kutub
dengan hawa yang Cuma dingin melulu, apa enaknya?
Orang ke-3 : Ya, tapi kalau gerah melulu kayak kita di sini juga repot.
Orang ke-1 : Ah, bisa saja. Yang bikin geraa itu bukan udara diluar, tapi di situ, di sini,
di hati kita. Bilang saja terus terang, pakai mutar-mutar….

16
17

Orang ke-3 : Hehe… hehe… omong mutar saja sering dianggap tidak sopan, apalagi
langsung-langsung. Eh, omong-omong dapat apa saja samalam?
Orang ke-1 : Ah, ya sama ‘kali…
Orang ke-3 : Ya, siapa tahu beda. Saya Cuma heran, orang seperti kusman bisa beruah.
Jadi aneh. Dulu, dia orang paling peduli sama kesulitan orang lain. Ingat,
waktu sawah kita diserang tikus? Diakan orang yang paling sibuk
mengumpulkan orang untuk berburu binatang sialan itu? Juga waktu sawah
kita diserang wereng, siapa coba yang bolak-balik ke kta untuk beli obet
anti wereng? Kan dia? Tapi sekarang, Mbah Joyo –orang tua kita- hilang
kok malah disuruh dilupakan. Edan! Apa pantesitu?
Orang ke-1 : Itulah musim. Dulu, dulu. Sekarang, sekarang. Beda. Sekarang zaman
berubah, sikap orang bisa berubah.
Orang ke-3 : Berubah boleh saja, tapi soal apa dulu. Kalau soal jiwa keselamatan
manusia, masa harus berubah. Apa kamu juga setuju dengan Kasmun, dan
melupakan Mbah Joyo?
Orang ke-2 :Saya mau Tanya, menurut kalian, apa betul Kasmun dan kawan-kawan
tidak tahu di mana Mbah Joyo?
Orang ke-4 : Itu juga pertanyaan saya.
Orang ke-1 : Saya tidak tahu.
Orang ke-2 : Terus dari mana Kasmun bisa membagi-bagikan bingkisan untuk orang
satu desa? Kerja untuk kepentingan siapa, dia?
Orang ke-4 : Saya tidak tahu?
Orang ke-1 : Itu juga pertanyaan saya.
Orang ke-3 : Kalau begitu, tidak ada gunakan saya bicara sama kalian. Kalian sendiri
Cuma puny pertanyan. Percuma, lebih baik kerja. Ngaisah, bawa pulang
saja nasinya. Saya tidak jadi makan.

ORANG KE-3 KEMBALI KERJA,YANG LAIN MEMANDANG HERAN.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN SEBELAS

RUMAH BLENTUHNG BEBERAPA HARI KEMUDIAN. MALAM.


BLENTUNG, MITRO, KIRNO, PEANG, DAN PANJUL TENGAH BERKUMPUL.
MEREKA TAMPAK LETIH DAN KURANG BERSEMANGAT.

Mitro : Kita tidak hanya bisa menunggu di sini. Kita harus mencari tahu.
Kirmo : Mencari tahu, betul. Tapi ke mana? Semua orang di desa ini sudah kita
Tanya, tapi tapi jawabannya selalu sama: tidak tahu! Tanya saja mereka.
(MENUNJUK PEANG DAN PANJUL) Seperti saya, mereka juga sudah
berkeliling desa, bertanya dari pintu ke pintu dan dari mulut kemulut. Toh,
tiu juga belum berhasil mengendus kemana raibnya Mbah Joyo. Konyolnya
lagi, orang-orang di desa ini sudah mulai bersikap aneh. Mereka pada tutup
pintu kalau saya lewat depan rumah mereka. Anak-anak saya bilang, orang-

17
18

orang pada takut kalu saya mampir dan Tanya-tanya soal Mbah Joyo. Gila
nggak itu? Bahkan, istri saya juga ikut-ikutan aneh. Wanita yang paling
utuh dan ngabekti sama saya itu mulai berani menasehati saya. Pak,
katanya, tugan petani itu mencangkul dan mengolah sawah, bukan mencari
orang hilang. Itu bukan pekerjaan petani, tapi tugas detektif. Gila! Soal
keselamatan jiwa manusia kok dianggap tidak penting.
Mitro : Kalau kita Tanya lagi sama ketua panitia. Dia kan orang yang seharusnya
paling bertanggung jawab.
Kirno : Sebenarnya iya. Tapi, tapi nyatakan tidak. Sebelum kemarin tadi saya
sudah mampir, tapi istrinya bilang kalau ketua panitia lagisakit. Darah
tingginya kumat. Lantas saya permisi minta izin menemuinya di kamarnya.
Tapi, istrinya malah melarang percuma, katanya. Bapak lagi gak bisa di
ajak omong. Pendngarannya juga terganggu. Apalagi oengelihatannya,
sejak rebut-ribut di festival topeng lalu, lamurnya kambuh, setres berat,
katanya.
Mitro : Pak lurah bagaimanaaa sudah jelas dari kota?
Kirman : Katanya, sore tadi sudah. Tapi mendadak dia berangkat lagi, dipanggil
Bupati. Penting, katanya.mungkin nginap, lusa baru pulang.
Mitro : Blentung, apa akalmu? Dari kemarin kamu diam saja. Omong Blentung,
omong...
Blentung : (MENARIK NAPAS PANJANG) Maaf, sudah merepotkan kalian. Gara-
gara ayah saya, semua jadi kacau begini, saya tahu kalian bingung, marah,
sedih, dan kecewa. Ini memang masalah berat. Tapi saya harap kita bisa
tenang, kepala dingin dan bepikir jernih.
Mitro : Baik, baik, setuju. Tapi, apa langkah kita? Apa yang harus kita lakukan?
Kita tidak bisa diam-diam terus di sini.
Blentung : Peang, panjul, saya mau Tanya. Waktu kalian keliling desa dari rumah ke
rumah untuk mencari tahu prihal tentang ayah saya, apa kalian juga
menanyakan persisnya petugas yang membaya ayah saya
Peang : Saya tanyakan, Mas. Tapi, tak satu pun yang memberikan jawaban yang
jelas. Saya Tanya sama Bawor, Bawor suruh Tanya sama Gubil. Saya
Tanya sama Gubil, Gubil bilang sabaiknya kamu Tanya ama Tuji. Saya
Tanya Tuji, dia bilang sebaiknya kamu Tanya Kasmun. Tapi waktu
akhirnya saya ketemu Kasmun , dia hanya kasih jawaban singkat: tidak
tahu. Pusingkan saya? Akhirnya, saya ambil kesimpulan kalau semua orang
memang tidak tahu atau tidak mau kasih tahu. Itu.
Mitro : Kamu yakun melihat Kasmun di sana waktu festival?
Peang : Yakin.
Panjul : Ya, yakin sekali. Saya hafal betul warna kaosnya. Dia tiu kemana-mana
selalu pakaikaos hitam. Mereka, Kassmun, Bawor, Tuji, dan Gubil juga
orang yang paling senang tontonan. Di man ada keremaian, di situ mereka
pasti ada.
Mitro : Kalau begitu mereka kita panggil saja ke sini. Kita Tanya supaya jelas.
Peang : Bisa, bisa. Sekarang?
Mitro : Ya, sekarang. Kapan lagi?
Peang : Panjul, ayo temani aku.

18
19

MERAKA BERDUA PERGI.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN DUA BALAS

RUMAH MAS GENGGONG (KETUA PANITIA). SORE.


MAS GENGGONG SEDANG MINUM JAMU DILADENI ISTRINYA, MBAKYU
LARAS. JARKONI, LURAH DESA ITU DATANG MEMBESUK BERSAMA SAMI’UN.

Laras : (MENYODORKAN JAMU DALAM GELAS) Ayo pak, ayo... habiskan


jamunya supaya sembuh. Tadi pagi sudah tidak habis. Kalu sekarang tidak
habis lagi, terus kapan sembuhnya? Coba pikiran ditenangkan dulu. Jangan
mikir yang berat-berat. Serahkan saja urusan pada oran lain. Bapak boleh
saja penuh perhatian pada urusan desa ini, pada semua warga, tapiu bapak
sekarang bukan lurah lagi. Buat apa ada lurah Jarkoni, kalu semua urusan
tetek-mbengek desa masih bapak yan urus? Kalau sudah sakit begini coba
yang repot? Ayo tiga sendok lagi.
Genggong : Aduhhh,.... tidak tahan aku. Pahit sekali, sudahhh, sudahhh... pahittt...
Laras : Kalau tidak mau minum jamu, jangan sakit, Pak. Kalau tidak mau sakit,
jangan banyak pikiran. Jangan banyak urusan. Orang kok dari dulu tidak
mau berubah. Sadar, pak, sadar. Usia bertambah, kesehatan berkurang.
Sadarrr!
Genggong : Sudah bu, sudah. Kalau kamu banyak ngomel, kapan saya sembuh? Yang
bikin saya sakit itu omelan kamu, bukan usia atau banyaknya urusan. Tapi,
dari dulu sampai sekarang kamu tidak sadar juga. Itu. Kapan kamu
mausadar?
Laras : Eee... malah saya yang disallahkan. Bagus kalau saya masih mau ngomel.
Kalu sara diam, repot kamu nanti, pak. Siapa yang mau ngurus kamu?
Genggong : Tapi kamu juga harus paham, urusan saya ini bukan sembarang urusan.
Soal festival toepng misalnya, bagaimana saya bisa menghindar? Orang
lain yang tidak mendapat keperayaan mengurus saja, ingin dapat
kesempatan. Apa lagi saya, yang dihormati oleh warga ini salah satu
kehormatan. Jangan main-main. Tolong pahami.
Laras : Kehormatan boleh saja, tapi jaga kesehatan. Tahu diri juga penting.
Pahami juga itu.
Genggong : bicaa itu gampang. Tapi, coba kamu jadi saya.
Laras : Coba kamu juga jadi saya, apa tidak ngomel?

TERDENGAR KETUKAN DI PINTU.

Laras : Ya, siapa? Masuk aja!

LURAH JARKONI BERGEGAS MASUK, SAMI’UN MENGIKUTINYA DARI


BELAKANG.

19
20

Jarkoni : (LANGSUNG MENCIUM TANGAN MAS GENGGONG SAMBIL


JONGKOK, SAMI’UN MENGIKUTINYA DENGAN ENGGAN) Aduh
kang mas, Mbak tu, mohon maaf baru kali ini bisa menengok. Bagaimana?
Apa kangmas sudah sehat? Aduh, aduh...
Genggong : Lo, Jarkoni? Sami’un?
Jarkoniu : Iya, Kangmas.
Sami’un : Saya, Kangmas.
Laras : Silakan duduk, Dik Sami’un, Dik Jarkoni.
Jarkoni : Terima kasih,Mbakyu. Ini obat untuk kang Mas? Sini Mabkyu, biar saya
bantu kangmas minum. Tiak tega saya melihat kangmas seperti ini. (MAU
MENGAMBIL GELAS JAMU DARI LARAS)
Genggong : Sudah, jarkoni, sudah cukup. Duduk saja, Mi’un, duduk. Kamu piker
siapa mbakyumu, sampai kamu harus repot. Sudah dari tadi saya minum
jamu itu, duduk, duduk...
Jarkoni (juga,
Sami’un) : Terima kasih...
Genggong : Bagaimana? Ada berita apa? Ah, saya sampai khawatir kalau ada apa-apa
dengan kalian.
Laras : saking khawatirnya sampai sakit, Dik Jarkoni.
Jarkoni : Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mbakyu, kangmas. Sayalah
semestinya mengkhawatirkan kangmas dan Mbakyu. Saya sampai tidak
bisa tidur berhari-hari.
Genggong : Syukur kalau semuanya baik-baik saja. Terus, bagaimana dengan orang-
orang apa kata warga desa mengenai Joyo?
Jrkoni : Tidak ada masalah. Semuanya beres. Ya, mulanya mereka memang rebut
menanyakan keberadaan Mbah Joyo. Tapi, Kang Sami’un –atas intruksi
saya- menyelesaikan semuanya.
Genggong : Bagus, bagus. Apa jawaban yang kamu berikan pada warga, Sami’un?
Sami’un : Saya memakai jawaban standar berantai, Kangmas.
Genggong : Standar berantai? Apa itu Mi’un?
Sami’un : Ya, artinya saya memberikan jawaban standar pada warga desa yang
menanyakan soal Mbah Joyo, jawaban itu tidak saya sampaikan sendiri
pada mereka, tapi lewat orang yang masuk dalam jeret rantai saya.
Genggong : (KAGUM) O, begitu?
Sami’un : Betul, Kangmas. Dan, cara itu ternyata sangat jitu dan rittu.
Sami’un : Rittu artinya irit waktu, Kangmas. Sebab saya tidak perlu menyampaikan
jawaban itu satu persatu pada para penanya, tapi cukup pada satu-dua orang
yang masuk dalam jerat rantai saya itu.
Genggong : Ah, bagun kalau begitu. Bagus. Wah, hebat kamu, Mi’un. Tidak sia-sia
aku selama ini mendidikmu. Sejak awal aku sedah menduga, kamu
memang berbakat. Bagus, bagus. Tapi omong-omong, siapa yang masuk
dalam jerat rantaimu
Sami’un : Siapa lagi kalau bukan pemuda yang paling vocal di desa ini. Kasmun dan
entek-enteknya.

20
21

Genggong : Astaga, sami’un benar-benar hebat kamu. Saya dari dulu setengah mati
mengincar dia.tapi kamu dapat? Ah, hebat, hebat!ah... lihat ini, mi’un,
jarkoni. (MENDADAK BERDIRI) Saya langsung sembuh mendenganr
laporanmu. Mana jamu tadi Bu, biar kuminum semua. (JALAN
MONDAR_MANDIR)
Laras : Hati-hati pak, jangan dibawa jalan dulu. Tenang dulu...
Jarkoni : Syukurlah, kalu kangmas sembuh. Itu memang harapan kami. Kalau
Kangmas sakit, wah rasanya saya tidak ada daya. Bukan begitu, kang,
Mi’un
Sami’un : Betul! Kangmas memang harus cepat sembuh. Tampa kangmas, kami
ibaratnya sado tanpa kusir. Tidak tahu kemana harus melangkah.
Jarkoni : Kalau kangmas sembuh, kami bisa segera konsultasi. Ada banyak hal
yang mesti kami bicarakan.
Genggong : Konsultasi? Kalau soal itu kapan saja bisa. Kapan? Mau sekarang? Bisa,
bisa. Kamu lihatkan saya sudah sembuh. Ayo, soal apa?
Jarkoni : Anu, kangmas, soal nletung dan orang-orang dekatnya. Kepada mereka,
saya belum bisa kasih jawaban soal Mbah Joyo. Sejauh ini saya terus
nerusaha menghindar untuk ketemu mereka. Beberapa kali Kirno utusan
khusus Bletung datang. Saya menghindar karena belum ahu mesti jawab
apa.
Sami’un : paeng dan panjul, orang Bletung lainnya juga sedang mencari Kasmun
dan kawan-kawan konon, Bletung bermaksud mengorek keterangan dari
mereka soal Mbah Joyo. Bletung tahu kasmun dan kawan-kawan berada di
lokasi waktu festival berlangsung. Untung saya cepat tanggap, jadi Kasmun
saya suruh menghindar. Kalau tidak repot kita. Tapi cepat atau lambat
Bletung dan orang-orangnya pasti akan datang pada kita, Kangmas.
Artinya, kita harus menyiapkan satu jawaban. Dan, jawaban untuk mereka
jelas bukan jawaban standar. Tapi, harus jawaban khusus yang cempleng.
Kita tahu, blentung tidak bisa disamakan dengan warga kebanyakan. Dia
orangnya cukup pintar.
Genggong : Aduh, aduh, betul...betul. tapi, aduhhh... kamu bilang semuanya sudah
beres tadi. Ternyata, belum. Bagaimana kalian ini? Coba kalian berpikir
dong. Apa jawaban yang tepat untuk Bletung. Jangan Tanya melulu.
Miukir, mikir! Pusing jadinya saya. Aduh, aduhhh... kumat lagi darah
tinggi saya. Buu...(KONTAN LEMAS DAN DUDUK LAGI)
Laras : (MEMIJIT_MIJIT TENGKUK GENGGONG) Sudah pak, sudah...
makanya tenang dulu, tenang...
Genggong : bagaimana bisa tenang kalau begini aduh kacau aku, pusing... mana obat
gosok, mana balsam?

GENGGONG NERJALAN SEMPOYONGAN MENUJUNKAMARNYA. JARKONI DAN


SAMI’UN MENYUSUL.

Laras : begitulah keadaan suami saya. Sakit, sembuh, sakit, sembuh, sakit lagi.
Tapi, dia juga tidak kapok. Dia selalu saja ingin terlibat banyak urusan. Dia
memang pria karier, dan saya kapirah.

21
22

LAMPU BERUBAH

ADEGAN TIGA BELAS

RUMAH LURAH JARKONI . MALAM

JARKONI SEDANG BERUNDING DENGAN SAMI’[UN. KASMUN DAN KAWAN-KAWAN


MENUNGGU DI LUAR.

Sami’un : Bagaimana? Kita panggil Kasmun?


Jarkoni : tunggu dulu, saya khawatir keputusan kita menyinggunng perasaan Mas
Genggong.
Sami’un : bagaiomana kamu ini? Beliau kan sudah menyerahkan pada kita. Kita
diminta berfikir, bagaimana jawaban yang tepat kalau Belentung
menanyakan soal Mbah Joyo. Ini kesempatan, dan kita sudah punya
jawaban itu. Apa llagi?
Jarkoni : ya, tapi alangkah baiknya kita rundingkan lagi dengan Mas Genggong.
Sami’un untuk apa?
Jarkoni : paling tidak supaya kita tiidak disalahkan kalau ada apa-apa.
Sami’un : itu resiko, kalau seseorang mau maju harus berani ambil resiko. Apa kamu
rela terus menerus tergantung dan jadi baying-bbayang Mas Genggong?
Ah, maaf seharusnya saya tidak bicara seperti ini. Tapi kamu tyahu, aku
paling tidak suka kamu gantung sama siapa pun. Maaf kalau sebagailurah,
kamu tersinggung. Anggap saja ini nasihat kakak ipar kepada adik ipar.
Maaf.
Jarkoni : tidak, tidak perlu minta maaf, kang. Mungkin sampean betul. Cepat atau
lambat kita harus mandiri. Ju8ujur saja, saya memang sudah capek jadi
baying-bayang Mas Genggong. Silahkan panggil Kasmun. Saya permisi
dulu, mau istirahat.

KASEMUN, BAWOR, GUBIL, DAN TUJI MASUK.

Sami’un : baik, kalau tidak ada sampaikan laporan mingguan resmi kalian. Cepat
karena dikejar waktu. Tugas bbaru sudah menunggu. Ini bukan saja tugas
penting, tapi juga harus segera dikerjakan.
Gubil : baik, pak. Selamat malam Bapak. Selamat malam semuanya. Laporan
mingguan resmi kali ini masih berkisar soal “iklim” dan “cuaca” dalam
masyarakat desa kita yang kian membaik. Laporan ini disusun oleh tim,
dan akan dibacakann oleh saudara Kasmun. Namun, perlu juga diketahui
yang mengetik laporan ini adalah saudara bawor dan saudara Tuji secara
bergantian selama lebih 5 jam 25 menit. Tugas saya menurut-tipp-ex
bagian yang salah ketik.(MENYODORKAN PADA KASEMUN)
silahkan, saudara Kasemun.

22
23

Kasemun : (MENERIMA BUKU LAPORAN) terimakasih. Selamat malam bapak,


selamat malam semuanya. (membaca) berdasarkan pengamatan yang kami
lakukan di lapangan, kami menyimpulkan bahwa segalanya berjalan sesuai
dengan yang kita kehendaki, yaitu aman, tertib, dan bahagia. Mulanya
warga memang bertanya-tanya mengenai keberadaan Mbah Joyo. Tapi
setelah di beri jawaban yang lugas dan logis, akhirnya mereka bisa
menerima dan tidak bertanya-tanya lagi. Kemudian, seperti yang kita
kehendaki, mereka kembali kepada titahnya sebagai petani. Bekerja dan
bekerja lagi. Kalaupun di antara mereka ada pertanyaan-pertanyaan,
tampaknya itu Cuma dalam hati. Sebab di antara mereka sendiri yang ada
ya… juga Cuma pertanyaan-pertanyaan. Mereka tidak pernah punya
jawaban.
Sekian laporan kami. Selamat malam, terimakasih.
Sami’un : bagus, bagus.laporan yang sangat bagus. Tapi, kenapalaporan dengan
pengantarnya hamper sama panjangnya ya? Dan kamu Gubil, nama juru
ketik dan berapalama laporan diketik, lain kali tidak usah dilaporkan.
Bukan berarti tidak penting. Tapi ada yang perlu disebu atau dikedepankan,
dan ada yang tidak. Juru tipp-ex pun penting, tapi dalam laporan resmi ini
tidak perlu disebutkan. Saya toh sudah hafal siapa-siapa kalian! Tanpa
disebut saya sudah tahu siapa yang pintar mengetik, dan sebagainya. Saya
juga tahu Gubil tadi bukan membacakan pengantar, tapi Cuma menghafal.
Saya tahu kamu tidak bisa baca, Gubil. Jadi, janagan sekali-kali bohong
apalagi mengkhianati saya. Saya pahamkalian. Kepala kalian kea rah mana,
waktu mbrojol dari rahim mak kalian pun saya tahu. Ingat itu!
Gubil : (KETAKUTAN) Maaf Pak, ampun…
Tuji : (JUGA, BAWOR) Maaf, Pak…
Kasemun : Maafkan Gubil, Pak. Maafkan kami semua.
Sami’un : tidak apa-apa, saya maafkan kalian. Tenanglah, sekarang ada tugas baru
untuk kalian. Kalian siap?
Gubil : (DENGAN SIGAP) Siap, Pak!
Kasmun (juga yang lain) : Siap, Pak!
Sami’un : bagus, begini. Blentung dan orang-orang dekatnya semakin sering
menanyakan keberadaan Mbah Joyo. Itu sudah saya duga sebelumnya.
Artinya, cepat atau lambat kita harus memberikan jawaban. Kita tidak
mungkin terus-menerus menghindar. Tapi, jawaban apa yang tepat buat
mereka? Jelas jawaban yang cespleng, yang membuat mereka langsung
bungkan, dan tidak bertanya lagi selamanya, kalaupun perlu kita kasih
mereka jawaban, sebelum mereka bertanya. Dan, itu tugas kalian. Paham?
Semua : Pahammm…
Sami’un : Bagus. Kalau begitu, laksanakan segera.
Kasmun : Siap,Pak. Tapi maaf, apa jawabanya, Pak?
Sami’un : lo, saya belum bilang tadi?
Semua : belum…
Sami’un :begini. Sini, sini, supaya jelas. Kabarkan pada Blentung dan semua
orangnya, Mbah Joyo hilang karena dijemput Roh Suci pelindung Festival
Topeng. Roh yang juga mbaurekso kawasan desa kita ini. Mbah Joyo

23
24

dianggap telah melanggar tata cara Festifal sebab ia tidak mau lagi
memakai topeng saat mengikuti Festival Topeng. Kesalahan fatal itu sudah
membuat roh suci marah. Mbah Joyo juga dianggap mengkhianati sesuatu
yang selama ini dianggap sacral.
Kasmun : bagaimana kalau mereka tidak percaya?
Sami’un : bikin mereka percaya. Itu tugas kalian!
Kasmun : bagaimana kalau mereka Tanya dari mana saya memperoleh kabar ini?
Sami’un : itu juga kalian yang harus cari akal. Tugas kalian juga, jangan Tanya.
(GUBIL TAMPAK MAU TANYA) Apa?
Mau Tanya apa, Gubil?
Gubil : tidak, Pak.
Sami’un : Bagus. Sekarang brangkatlah, laksanakan tugas kalian. Ingat, ini hanya
antara kita saja, dan Blentung tentu saja. Warga desa lain jangan ada yang
tahu soal ini. Paham?
Semua : pahammm…
Sami’un : selamat bertugas.

KASMUN DAN KAWAN-KAWAN TIDAK BERGERAK

Sami’un : Lo tunggu apa lagi? Ayo brangkat!

KASMUN DAN KAWAN-KAWAN BERANGKAT. MASIH DALAM KEADAAN BINGUNG


TENTU SAJA. SAMI’UN TAMPAK PUAS.
LAMPU PADAM
ADEGAN EMPAT BELAS

SEBUAH TEMPAT. MALAM.


DI BAWAH CAHAYA REMBULAN, LURAH JARKONI DAN MBAKYU LARAS
BERKENCAN.RUPANYA JARKONI SUDAH LAMA MENUNGGU SAAT MBAKYU LARAS
MUNCUL.

Jarkoni : aduh Mbakyu, saya pikir tidak datang. Saya khawatir Mbakyu tidak
menangkap isyarat saya tempo hari. Oh, kangen sekali Mbakyu…
Laras : Ah, yang betul…
Jarkoni : betul Mbakyu, mana pernah saya bohong.
Laras : kamu kan lelaki juga, Dik Jarkoni. Mana ada lelaki jujur?
Jarkoni :kepada istri saya, bisa jadi. Tapi pada Mbakyu, tidak pernah saya berlaku
seperti itu. Sungguh. Aduh Mbakyu, saya kangen bukan main. Uhhh…
Gemes saya, gemes…
Laras : terus terang Dik Jarkoni, saya sering ragu pada ucapanmu.
Jarkoni : kenapa? Apa selamanya ini saya dianggap main-main? Aduh, jangan
begitu, Mbakyu. Saya jadi tambah gemes ini.
Jarkoni : bagaimana saya tidak ragu? Di desa ini perawan mana yang tidak ingin
jadi istri keduamu?

24
25

Jarkoni : itu kan dugaan mbakyu. Tapi kalau toh betul begitu, itu urusan mereka.
Bagi saya, Mbakyu adalah segalanya. Tanpa Mbakyu, hidup saya terasa
hambar. Sungguh Mbakyu. Aduh, gemes, gemes. Kangennn… oh…
Laras : sama mas Genggong, Dik Jarkoni juga bilang seperti itu kemarin. “ kalau
kangmas sakit, saya rasanya tidak berdaya”.padahal kamu bohong kan?
Jarkoni : itu lain Mbakyu, lain. Mbakyu kan tahu, kangmas adalah orang yangselalu
merasa dirinya penting. Kalau say tidak bicara seperti itu, beliau tidak
dukung saya lagi. Itu sanjungan politis. Tapi, hubungan saya dengan
mbakyu lain. Ah, sudahlah Mbakyu. Untuk apa bicara seperti ini. Dan lagi,
saya sudah kangen betul, Mbakyu. Oh, sudah berapa hari kita tidak ketemu
berdua seperti ini? Kangen sekali rasanya…
Laras : tapi, apa yang bisa saya berikan kepadamu, Dik Jarkoni? Aku sudah terlalu
tua dan lapuk. Aku Cuma kembang kering tanpa madu. Kalau tanah, aku
tanah gersang yang lama tidak dicangkul sebab memang tidak lagi mampu
menumbuhkan tanaman apapun. Petaninya juga sudah lama ngasong
karena kehilangan minat dan semangat. Urusan syahwat sudah lama aku
tinggalkan. Maafkan aku, Dik Jarkoni…
Jarkoni : lo, Mbakyu bicara apa ini? Kapan saya pernah bicara soal syahwat dengan
Mbakyu? Saya memang mencintai Mbakyu, tapi bukan untuk urusan yang
satu itu. Saya lain mbakyu, lain. Bagi saya, bertemu Mbakyu, memandang
dan mendengarkan suara Mbakyu adalah keindahan yang jauh lebih
mengesankan daripada urusan syahwat. Saya mohon Mbakyu, jangan salah
mengartikan cinta saya.
Laras : (MALU) Oh, maafkan saya atas kebodohanku kalau begitu.
Jarkoni : lupakan, tidak perlu minta maaf. Lihat Mbakyu, bulan di atas sana. Inilah
saat yang lama aku tunggu-tunggu: menyenandungkan tembang berdua
Mbakyu di bawah cahaya rembulan. Ayo Mbakyu, ayo. Kita senadungkan
tembang apasaja. Aku pasti puas dan bahagia. Walau barangkali hanya
sekali seumur hidup melakukan ini bersama Mbakyu.
Laras : alangkah romantisnya kamu, Dik Jarkoni. Tidak kusangka. Jadi gemes
juga kangen juga.
Jarkoni : semakin dekat Mbakyu, rasanya saya semakin kuangen. Kalau saja saya
bisa setiap hari berdua Mbakyu seperti ini, alangkah indahnya hidup.
Laras : kalau begitu, kamu akan sering-sering saya temani.
Jarkoni : betul ?
Laras : betul.
Jarkoni : oh, terima kasih mbakyu. Saya merasa tersanjung. Tapi, bagaimana dengan
kangmas? Bagaimana kalau beliau tahu?
Laras : kalau kita kompak, dia tidak akan tahu.
Jarkoni : maksudnya?
Laras : kasih dia kesibukan sebanyak mungkin. Dan, sering-sering kamu datang
konsultasi supaya dia pusing. Di rumah, saya akan banyak ngomel supaya
dia gampang stress. Jadi, kita banyak kesempatan. Gampang kan?
Jarkoni : apa kita tega?

25
26

Laras : jangan munafik, ah. Saya tahu apa yang ada di hatimu. Kamu senang kan,
kalau kangmas Genggong sering sakit, tersingkir, dan kamu jadi satu-
satunya orang penting di desa ini?
Jarkoni : ah, Mbakyu. Jangan berpraduga seburuk itu.
Laras : sudahlah, tidak perlu mungkir. Saya cukup tua untuk tahu semua itu.
Jarkoni : baik-baik. Tapi kalau memang benar apa yang Mbakyu duga, apa itu
berpengaruh pada hubungan kita?
Laras : tergantung keadaan.
Jarkoni : maksudnya?
Laras : tidak perlu Tanya. Sekarang masih mau bersenandung berdua dengan saya
atau tidak? Kalau tidak, saya mau pulang.
Jarkoni : tentu.
Laras : tetapi saya mengajukan syarat.
Jarkoni : syarat? Boleh, apa persyaratanya?
Laras : kita bersenandung berdua, tapi lagunya berbeda. Itu saja.
Jarkoni : begitu? Bagaimana bisa?
Laras : jangan Tanya. Kalau tidak mau, saya pulang.
Jarkoni : baik, baik. Silahkan Mbakyu mulai.

LARAS PUN MULAI BERSENANDUNG. SUARANYA MERDU, TAPI SUNGGUH


MENYAYAT HATI. JARKONI JUGA BERSENANDUNG. SUARANYA JUGA MERDU.
TAPI, GETAR SUARA SENDU PULA. MEREKA BERSENANDUNG BERDUA, LAGUNYA
BERBEDA. TAPI, SESUNGGUHNYA MENYUARAKAN HATI YANG SAMA RASA SAKIT
ATAS HIDUP MASING-MASING.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN LIMA BELAS

RUMAH BELANTUNG MALAM


KASMUN BERSANDIWARA DI DEPAN BLENTUNG MITRO, KIRNOO, PEANG DAN
PANJUL. TAOU, MITRO MENCIUM GELAGAT SEHINGGA IA MENDAMPRAT KASMUN

Mitro : (MENDORONG KASMUN) kurang ajar kamu, Kasmun. Kamu pikir


kamu bicar5a sama siapa, ha? Apa kamu pikir saya bodoh? Sialan! Biar
mampus, aku hajar kamu.
Blentung : (MELERAI) sabar Mitro, sabar. Jangan keburu nafsu.
Mitro : tidak bisa, Blentung. Aku sudah tidak sabar lagi. Ini sudah keterlaluan.
Kasmun : ampun mas mitro, saya tidak bohong. Sungguh. Saya mendapat wangsit
dari Roh Suci untuk…
Mitro : cukup, Kasmun. Cukup. Saya tidak percaya ocehanmu. Mana ada Roh Suci
pelindung festival topeng. Saya tidak pernah dengar itu.
Kasmun : (MENANGIS) betul mas Mitro, Mas BElentung. Mana mungkin saya
membohongi sampean. Saya tahu keluarga sampean sedang berduka. Mana
tega saya bohong.

26
27

Blentung : baik coba jelaskan lebih rinci. Bagaimana mulanya kamu mendapat
wangsit dari roh suci? Wangsit itu biasanya hanya datang pada orang-orang
suci. Apalagi wangsit dari Roh Suci. Apa kamu orang suci?
Kasmun : begini. Sejak peristiwa rebut-ribut di Festival topeng dan Mbah Joyo
hilang, saya bertapa di Bukit Wono Lawas. Saya memohon kepada roh
suci, supaya desa kita tetap selamat dari segala marabahaya. Juga,
memohon supaya Mbah Joyo segera kembali dalam keadaan selamat.
Setelah 7 hari 7 malam, roh suci itu muncul dan menyuruh saya pulang.
Roh itu bilang kepada saya betapa sampai 10 tahun sekalipun Mbah Joyo
tidak akan dipulangkan, kecuali Mbah Joyo berubah sikap. Yaitu, kembali
memakai topeng pada setiap festival. Lantas saya bilang bahwa Mbah Joyo
sebetulnya sudah capek, tap, Roh Suci malah marah sama saya. Katanya,”
Capek boleh saja, tapi aturan harus tetap ditegakkan. Tanpa terkecuali!”.
Mitro : tunggu. Dari mana mulanya kamu tahu Roh Suci itu ada?
Kasmun : Mas Mitro, Mas Blentung, sampean tahu, kami orang susah. Terikat,
prihatin, dan bertapa sudah menjadi keseharian kami. Dari situ saya tahu
dan percaya roh itu ada.
Mitro : bahwa roh suci itu ada, saya juga percaya. Tapi, roh yang lain… Rohmat,
Rohali, bukan roh suci pelindung festival topeng. Yang terakhir itu, saya
baru dengar. Dan, itu yang membuat saya tidak bisa mendengarkan bualan
ini lebih jauh. Ini rumahmu, jadi usir dia atau saya pergi.
Blentung : sabar, biar disa selesaikan dulu.
Mitro : tidak bisa saya, maaf. (KELUAR)
Kirno : maaf, Blentung. (KELUAR. DISUSUL PEANG DAN PANJUL)
Blentung : Teruskan, Kasmun.
Kasmun : terimakasih.begini lebih baik. (LEBIH TENANG) setelah itu, saya
memutuskan untuk berhenti bertapa dan pamitpulang. Tapi sebelum saya
melangkah pergi, Roh Suci sempatberpesan. Katanya, kalau mas Blentung
mau mengajukan permohonan maaf dan sanggup menjamin Mbah Joyo
kembali seperti semula, maksudnya berkenan memakai topeng lagi setiap
festival, Mbah Joyo dijamin cepat pulang.
Blentung : Kasmun, kenapa saya yang harus minta maaf? Kenapa bukan ayah saya?
Ini aneh, Kasmun.
Kasmun : ya… itu saya kurang tahu. Tapi, nanti Mas Blentung bisa tanyakan pada
Rh Suci.
Blentung : Begitu ya?
Kasmun : ya, begitu
Blentung : tapi, bagaimana cara saya biar berhubungan dengan Roh Suci? Bagaimana
dia juga tahu namaku?
Kasmun : namanya juga roh, apalagi beliau pelindung desa kita. Sudah sepantasnya
beliau tahu nama warganya. Soal bagaimana cara berhubungan dengan
beliau, saya akan bantu Mas. Jangan khawatir.
Blentung : baik, nanti akan saya pikirkan.
Kasmun : ya, baik. Kalau begitu saya permisi. Selamat malam
Belentung : selamat malam.

27
28

KASMUN PERGI, TAPI BALIK LAGI.

Kasmun : maaf, hamper lupa. Roh suci juga berpesan supaya Mas Blentung
merahasiakan berita ini kepada warga desa. Demi menjaga hal-hal yang
tidak diinginkan, katanya. Itu saja. Selamat malam.
Blentun : selamat malam.

KASMUN PERGI.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN ENAM BELAS

JALAN DESA TIDAK JAUH DARI RUMAH BLENTUNG. MALAM.


KASMUN MENCARI KETIGA TEMANYA.

Kasmun : Bawor, Gubil, Tuji, di mana kalian? Bawor…

BAWOR GUBIL, DAN TUJI MUNCUL DARI BALI SEMAK.

Kasmun : setan semua. Kenapa kalian tidak menyusul?


Bawor : maaf Kasmun, kami tidak jadi masuk karena takut melihat Mas Mitro
marah-marah.
Kasmun : takut boleh saja, tapi jangan begitu caranya kamukan tahu saya tidak bisa
bersandiwara. Makanya, perlu teman. Sial!
Gubil : tapi, sukses kan?
Kasmun : sukses kepalamu benjol. Hampir babak belur saya dihajar mas mitro.
Untung dicegah Mas Blentung. Ah, baik betul dia. Saya jadi makin tidak
tega.
Tuji : tenang Kasmun, yang penting tugas beres.
Kasmun : tidak tahulah. Ayo kita pulang, capek betul rasanya.
MEREKA PERGI.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN TUJUH BELAS

JALANAN DESA MENUJU SAWAH LADANG. PAGI. SAMBIL BERANGKAT KE SAWAH-


LADANG MASING-MASING, WARGA DESA BICARA TENTANG KABAR BURUNG YANG
MEREKA DENGAR.

Parmin : ah, yang bener. Jangan guyon, Wahyu.


Wahyu : Bener, Tanya saja kalau tidak percaya. Semua orang sudah tahu.
Parmin : kamu tahu dari siapa?

28
29

Wahyu : dibilang semua orang sudah tahu, ya dari orang-orang.


Parmin : ya, tapi dari mana asal kabar itu?
Wahyu : saya sendiri tidak tahu. Yang jelas, kabarnya Mbah Joyo akan segera
pulang. Itu saja. Tuh, lihat Kamto. Tanya saja sama dia. Kamto, sini dulu.

KAMTO YANG NONGOL DARI SISI LAIN, MENDEKAT.

Parmin : (TIDAK SADAR) bener Kamto, Mbah Joyo segera pulang?


Kamto : saya dengar begitu, tapi sebaiknya jangan percaya dulu.
Parmin : kenapa begitu?
Kamto : karena kabarnya simpang siur. Dari sana lain, dari situ lain. Ada yang
bilang begini, ada yang bilang begitu, ada yang bilang begini-begitu.
Parmin : ya, tapi bagaimana jelasnya? Jangan mutar-mutar begitu.

DARI ARAH LAIN MUNCUL SANWIRADJI.

Kamto : tunggu, tunggu. Kita Tanya kakek Sanwiradji dulu, coba.


Parmin : kek, dengar kabar soal Mbah Joyo?
Sanwiradji : seneng? Ya, jelas seneng kalau Mbah Joyo pulang. Ini berita gembira. Kita
harus syukuran nanti.
Parmin : lo, jangan senang sulu, jangan syukuran dulu. Kabar itu benar atau tidak?
Sanwiradji : eh, siapa bilang saya tidak gembira? Jelas saya gembira dong.
Parmin : lo, saya tahu kakek gembira. Saya juga gembira kalau berita itu benar.
Tapi, berita itu dari mana asalnya? berita itu benar atau tidak?
Sanwiradji : apa?
Parmin : jelaskan, Kamto. Jelaskan.
Kamto : (TERIAK) kakek dengar berita dari siapa?
Sanwiradji : lo, kok dari siapa, ya dari Roh Suci pelindung festival Topeng.konon,
asalkita mau menebusnya dengan mengadakan selamatan seribu tumpeng,
Mbah Joyo bakal di pulangkan.
Parmin : tunggu, tunggu…. Aduh, ini kok tidak karuan ceritanya? (KESAL).
Sudahlah, teruskan ceritanya kek….
Sanwiradji : ya sudah, begitu saja. Kita tinggalselamatan. Parmin, jangan blang saya
tidak senang ya?

PARMIN DIAM SAJA.

Wahyu : kalau yang saya dengar begini, parmin, Mbah Joyo hilang itu diampil sama
Roh Suci pelindung Festifal Topeng. Perkaranya, Mbah Joyo bilang sudah
capek ikut festival. Itu pantangan. Bah Joyokan Rajanya festival. Konon,
Raja apa saja tidak boleh istirahat. Tidak boleh mundur. Jadi, kita semua
warga desa harus minta maaf sama Roh Suci pelindung festival. Baru Mbah
Joyo boleh pulang.
Parmin : kita? Kita bikin salah apa? Kalau yang salah Mbah Joyo kok kita yang
harus minta maaf? Bagaimana? Ah. Sudah, sudah. Tiga orang, tiga cerita.
Pusing aku.

29
30

YASMUDI, PONO, DAN PARJAN DATANG.

Yasmudi : wah, ada pertemuan penting ini?


Wahyu : langsung saja Yasmuji, punya kabar apa soal Mbah Joyo?
Yasmuji : Mbah Joyo? Wah, itu mesti Tanya sama pono dan parjan. Mereka kan yang
ikut festival.
Parjan : bagaimana Pono?
Pono : tidak, tidak dengar apa-apa. Saya ikut festival kan Cuma iseng.
Yasmuji : parjan?
Parmin : sudah, sudah. Cukup. Bagus begitu, pono. Tidak dengar apa-apa. Kalau
dengar malah pusing seperti saya. Lain kali kalau dengar berita itu cari tahu
dari mana sumbernya. Lalu Tanya pada sumber itu supaya jelas. Jangan
simpang siur begini.
Parjan : menurut Peang, sumber berita ini dari kasmun.
Parmin : kasmun? Betul? Sontoloyo memang dia itu. Dulu dia yang minta kita
jangan memikirkan Mbah Joyo. Sekarang enak saja bilang Mbah Joyoakan
pulang. Bagaimana kita tidak jadi memikirkan Mbah Joyolagi? Bagai mana
kita tidak resah? Bener-bener sontoloyo anak itu. Dimana dia sekarang?
Biar aku cabut lidahnya, tahu rasa.
Wahyu : cabut boleh saja. Tapi jangan marah-marah sama kita, parmin. Kita sama-
sama tidak tahu.
Parmin : apa yang kalian tahu? Semua serba tidak tahu. Percuma omong sama
kalian. (PERGI).
Wahyu : lo, dikasih kabar baik malah marah-marah.
Parmin : (MUNCUL LAGI) siapa bilang saya marah? Saya gembira mendengar
kabar itu karena paling tidak kita punya harapan. Buat orang kecil macam
kita, harapan itu penting walaupun belum tentu jadi kenyataan. (PERGI
LAGI)

LAMPU PADAM CEPAT

ADEGAN DELAPAN BELAS

RUMAH JARKONI. MALAM.


SAMIUN SEDANG MARAH-MARAH PADA KASMUN DAN KAWAN-KAWAN YANG
DIANGGAP SALAH DALAM MENJALANKAN TUGAS. CARA MARAH SAMIUN
MEMBUAT KASMUN DAN KAWAN-KAWAN KELIMPUNGAN. PADAHAL SAMIUN
HANYA MEMANDANGA SAJA, TANPA BICARA SATU PATAH KATA PUN.

Kasmun : (SETELAH LAMA KEBINMGUNGAN, LALU MENANGIS) ampun pak,


ampun, ampun. Saya tidak tahan dipandangin seperti ini. Mohon diberi
tahu apa kesalahan kami. Atau, kalau perlu lebih baik hukumlah kami. Tapi
mohon pak, jangan pandangi saya seperti ini. Ampun, ampun…
Samiun : celaka kamu, kasmun. Celaka kalian semua.kalau orang melakukan
kesalahan tapi menyadari dirinya berbuat salah, itu masih lumayan. Tapi,

30
31

kalau orang bikin salah dan tidak menyadari dirinya berbuat salah, itu
celaka kasmun. Dan, itulah kalian.
Kasmun : maaf pak, saya betul-betul tidak tahu apa kesalahan saya. Mohon bapak
sudi memberitahu supaya kami bisa memperbaiki.
Samiun : begini. Kalau saya umpamakan pak jarkoni dan saya sebagai sopir….
Andong misalnya, siapa keneknya?
Kamun : kami, pak.
Samiun : lantas siapa penumpangnya?
Kasmun : warga desa ini, pak.
Samiun : nah, sekarang kalau pak jarkoni dan saya sebagai supir saja tidak berani
menjanjikan apapun pada para penumpang, bagaimana bisa kamu sebagai
kenek berani menjanjikan Mbah Joyo akan pulang?
Kasmun : o, jadi itu kesalahan saya? Ampun pak, ampun….
Samiun : bukan itu saja, masin banyak.
Kasmun : iya pak, baik pak, tapi saya tidak pernah menjanjikan apa-apa pada warga
desa. Saya bilang kemungkinan Mbah Joyo akan pulang hanya pada Mas
Blentung. Dan, saya wanti-wanti pesan pada Mas Blentung supaya jangan
mengatakan pada orang lain.
Samiun : itu juga celaka, kasmun. Jadi, kamu celaka tiga kali. Apa kamu pikir
Blentung tidak cerita pada orang lain? Siapa bisa jamin, coba?
Kasmun : saya. Saya jamin, pak.
Samiun : nah, sekarang kamu celaka empat kali. Coba sekarang kamu pasang
kuping, dengan baik-baik apa kata orang-orang. Waktu mereka mau
berangkat keladang atau sawah, coba dengar. Mereka jadi berharap, Mbah
Joyo akan segera pulang. Semua orang jadi runyam, jadi resah. Dan itu
semua gara-gara omongan kalian, kesalahan kaian. Padahal tadinya semua
tenang, sudah adem ayem.
Kasmun : bagaimana bapak tahu semua itu?
Samiun : itu tidak perlu kamu tanyakan, kasmun. Pertanyaan bodoh itu. Sekarang
aku yang mau Tanya. Kenapa kamu sebut-sebut Mbah Joyo akan pulang?
Jawab, kasmun.
Kasmun : baik, pak. Sejak saya, maksud saya, sejak Mbah Joyo hilang, saya
mendengan Mas Blentung begitu menderita. Jadi, saya bermaksud
menghibur dia dengan mengatakan Mbah Joyo bisa pulang dengan syarat
tertentu. Dan, saya pikir memang begitu. Mas Blentung orang baik pak,
saya tidak tega membohongi dia. Saya… saya tidak tega.
Samiun : tidak tega? Omongan macam apa itu, kasmun? Oh, kamu benar-benar
celaka 7 kali. Kamu pikir, aduh… tolol, tolol. Kamu pikir semua yang kita
lakukan untuk apa, hah? Kok pakei tidak tega segala? Kamu tahu,
berbohong pada satu atau dua orang untuk tujuan yang tidak jelas, bolehlah
tidak tega. Tapi, kalau kita berbohong pada semua warga desa untuk tujuan
yang baik ya… kita harus tega. Lo, iya. Kenapa tidak? Apa yang kita
akukan kan demi kebaikan warga, demi kebaikan desa. Coba pikir, apa
menurutnu bak kalau kita bicara apa adanya tapi warga lantas jadi resah?
Tokoh macam apa, saya yang tega membuat warganya resah? Tolol,
tolol….

31
32

Kasmun : ampun, pak. Saya mengaku bersalah kalau memang harus dihukum,
hukumlah saya. Saya rela.
Samiun : memang harus rela. Orang bersalah masa tidak rela dihukum. Tapi, biar
Pak Lurah yang mengurus ini. (MEMANGGIL LURAH JARKONI YANG
ADA DILUAR) pak lurah, silakan masuk. Ini bagian sampeancapek juga
marah-marah.
Jarkoni : kalian tahu, saya orangnya tidak tegaan. Jadi, hukuman untuk kalian
kapan-kapan saja. Sebaiknya kalian puang, istirahat. Jangan lupa, temui
pak samiun kalau hatinya sudah lega. Lalu, minta maaf. Siapa tahu dia
berupah sikap dan tidak marah lagi pada kalian.dengan begitu tidak perlu
ada hukuman buat kalian.
Kasmun : baik pak lurah, terimakasih. Kami merasa ….
Jarkoni : sudah … sudah… sebaiknya kalian pulang, istirahat. Banyak tugas
menanti.
Kasmun : selamat malam, pak.
Jarkoni : selamat malam!

KASMUN DAN KAWAN-KAWAN PERGI. SAMIUN MASUK.

Samiun : luar biasa. Lurah yang bijaksana. Hebat, hebat….


Jarkoni : kalau mereka sakit hati dan tidak lagi berpihak pada kita, kita juga repot
kang. Maksud saya baik.
Samiun : kelewat baik juga tidak baik. Itu kelemahan, namanya. Ingat jarkoni, kamu
pemimpin. Pemimpin tidak boleh lemah. Ingat itu.

SAMIUN PERGI. JARKONI MENIMBANG-NIMBANG UCAPAN SAMIUN.LALU, PERGI.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN SEMBILAN BELAS

RUMAH KASIMUN. PAGI.


KASIMUN MULAI PUTUS ASA. KAWAN-KAWANNYA DATANG UNTUK MENGHIBUR.
TUJI MEMIJIT PUNGGUNG KASMUN, YANG LAIN MEMIJIT KAKINYA.

Kasmun : (MENANGIN) tidak tahan aku, Tuji, bawor. Tobat aku, tobat.
Tuji : tenang kasmun… sabar. Pak jarkoni kan sudah bilang, kalau samiun sudah
tidak marah kita bisa menghadap. Dan, masalah selesai.
Kasmun : ini bukan soal dimarahi, samiun. Tapi saya sudah membohongi Mas
Blentung, memboohongi semua warga desa. Saya, bahkan sudah
membohongi diri-sendiri. Sudah jadi penghianat, saya. Apa guna seorang
penghianat? Apa guna saya hidup? Malu aku, gubil, malu bawor….

32
33

Bawor : yang malu bukan Cuma kamu, kita semua malu. Tapi apa daya, kita Cuma
korban! Tapi omong-omong, kenapa kamu mesti bohong sama Mas
Blentung, kasmun?
Gubil : malah Tanya? Kan kamu sendiri yang waktu itu usul. “turuti saja apa
maunya samiun. Tunggu saat yang tepat baru kita lawan dia,” begitu
katamu.
Bawor : bukan itu. Maksudku, kenapa kasmun mengatakan pada Mas Blentung
bahwa Mbah Joyo akan pulang dengan syarat tertentu?
Tuji : kan sudah kubilang, kasmun tidak tega melihat Mas Blentung. Makanya,
dia sedikit kasih harapan.
Bawor : oo, ya, ya. Betul juga sih itu. Samiun saja yang gendeng. Semua ini gara-
gara dia. Terus, menurutmu kapan waktu yang tepat bagi kita untuk
melawan si gendeng itu?
Gubil : malah Tanya lagi. Sudah, jangan banyak omong. Lebih baik kita pulang
supaya kasmun bisa istirahat.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN DUA PULUH

RUMAH MAS GENGGONG-MBAKYU LARAS. MALAM. LURAH JAKRONI DATANG


MENGENDAP-ENDAP, LALU MENGETUK PINTU PERLAHAN. LURAH ITU TIDAK
ADA YANG INGIN MELIHAT DIRINYA BERTAMU TENGAH MALAM SEPERTI ITU.
HUJAN TURUN RINTIK-RINTIK DAN BAJU PAK LURAH TAMPAK BASAH.

Jakroni : (MENGETUK PINTU, TAPI TAK ADA JAWABAN) Mbakyu, Mbakyu… .


ini saya, tolong buka pintu.
Laras : oh, maaf sudah lama? Saya tidak dengar. Maklum, kuping tua

Jarkoni : tidak apa Mbakyu, sayalah yang minta maaf karenabertamu malam-malam
begini.
Laras : ada yang penting?
Jarkoni : tentu, Mbakyu. Kangmas?
Laras : ya sudah tidur dari tadi. Mana pernah tidur lewat jam 9. Tidak apa saya
bangunkan nanti.
Jarkoni : oh, tidak perlu. Malah kebetulan saya ada perlu sama Mbakyu.
Laras : begitu?

SETELAH BEBERAPA SAAT MEMANDANGI LARAS, MENDADAK JAKRONI


BERLUTUT DAN MEMELUK KAKI WANITA ITU, LANTAS MENGUNGKAPKAN RASA
KANGENYA.

Jarkoni : aduh mabkyu, kangen sekali rasanya, ahhh….


Laras : lo, katanya ada perlu kok malah begini ?

33
34

Jarkoni : kangen itu keperluan saya, mabkyu.


Laras : (JUGA BERLUTUT) oh, dik jarkoni… . kalau boleh saya jujur, saya juga
sangat kangen. Oalah… jagat dewa Batara. Kenepa ada rasa yang disebut
kangen? Kenapa rasa itu ada di hati dan tertuju pada dirimu, dik jarkoni?
Kenapa buka pada suamiku seorang? Ngenes75…..ngenes..(MENANGIS)
Jarkoni : (KHAWATIR) mbakyu, tenang mbakyu, tenang. Jangan keras-keras, nanti
kangmas bangun.
Laras : biar saja diadengar. Kan tidak ada salahnya dia tahu apa yang sedang
terjadi pada istrinya. Kalau perlu, biar semua tetangga dengar. Ini sebuah
keajaiban. Apa salahnya iya kan?
Jarkoni : iy,iya. Boleh saja Mbakyu merasa begitu, tapi sebaiknya jangan sampai
orang lain tahu tentang kita. Tidak baik Mbakyu, bahaya. Tenang mbakyu,
tenang.
Laras : tenang, tenang, bagaimana bisa tenang? Seumur hidup baru pernah
merasakan hal seperti ini kok disuruh tenang. Coba kamu jadi saya, apa
bisa tenang? Enak saja.
Jarkoni : maaf, Mbakyu. Saya bukanya tidak memahami perasaan Mbakyu, saya
hanya khawatir.
Laras : baik, baik. Sekarang cepat bilang, apa keperluanmu yang lain? Mumpung
aman, tidak ada yang dengar.
Jarkoni : anu Mbakyu, saya mau Tanya mengenai keadaan kangmas. Bagaimana?
Apa sudah sehat?
Laras : ya, begitulah.
Jarkoni : syukur. Kalau begitu, sekarang waktu yang tepat bagi saya untuk
konsultasi.
Laras : Ya, biar dia stress lagi. Darah tingginya kambuh lagi.
Jarkoni : tapi ini mendesak, penting, Mbakyu. Dan lagi kalau..
Laras : ya,ya. Kalau Kangmas sakit, kita makin gampang ketemu. Kamu betul,
Dik Jarkoni pintar. Ihhh…jadi gemes, gemes.
Jarkoni : jadi, saya boleh konsultasi sekarang?
Laras : sekarang? Ini jam berapa? Edan kamu.
Jarkoni : ini mendesak, mbakyu. Sya mohon mbakyu mengerti.
Laras : baik kalau begitu, tapi saya ada permintaan.
Jarkoni : boleh, apa permintaan mbakyu?
Laras : kamu yakin bisa memenuhi permintaanku?
Jarkoni : adalah suatu kebahagiaan, bisa memenuhi permintaan orang yang saya
cintai.
Laras : stt… aku tidak butuh kata-kata. Yang aku perlukan, tindakan.
Jarkoni : katakana yang mbakyu minta.
Laras : (BERBISIK)…
Jarkoni : (KAGET) ah, yang betul? Tapi, dimana?
Laras : di dapur. Ayo… (MENUJU DAPUR, MENGGANDENG TANGAN
JARKONI)

LAMPU BERUBAH

34
35

SAYUP-SAYUP TERDENGAR SENANDUNG MERDU DARI DAPUR. ITULAH RUPANYA


YANG DIMINTA LARAS KEPADA LURAH JARKONI. BERSENANDUNG BERDUA DI
DAPAUR.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN FAJARPUN DATANG. MAS GENGGONG MUNCUL. IA
BARU BANGUN TIDUR RUPANYA.

Genggong : bu, bu… mana tehnya? Bu.

TIDAK ADA JAWABAN

Genggong : bu
Laras : (DIDAPUR) ya, ya… sebentar (MUNCUL MEMBAWA THE) saya kira
belum bangun baru mau dibangunkan
Genggong : kenapa tidak coba kamu banhgunkan, tidakperlu mimpi aneh-aneh saya.
Laras : mimpi aneh-aneh bagaimana?
Genggong : ya pokoknya aneh. Belum pernah saya mimpi seperti tadi saya khawatir
ini isyarat buruk untuk desa kita. Saya mesti cerita sama jarkoni
secepatnya.
Laras : isyarat buruk bagaimana?
Genggong : nanti saja saya ceritakan kalau ada jarkoni
Laras : itu Ada Dik Jarkoni baru datang ia lagi kekamar kecil
Genggong : ada? Mana? Tumben pagi-pagi.
Laras : ada yang penting, katanya.
Jarkoni : (MUNCUL) selamat pagi, kangmas.
Genggong : ah kebetulan jarkoni. Saya baru mau suruh orang panggil kamu. Ada yang
penting untuk kamu dengar, jarkoni. Anu saya baru mimpi aneh. Belum
pernah saya mimpi seaneh ini mudah-mudahan bukan isyarat buruk untuk
desa kita.
Jarkoni : aneh bagaimana to mas?
Genggong : dalam mimpi, desa kita kebanjiran .coba, apa masuk akal desa di
pegunungan kena banjir? Banjir dari mana? Anehnya lagi seluruh
penduduk desa tidak ada yang saling menolong. Semua orang Cuma sibuk
menyelamatkan diri sendiri. Semua.bahkah kamu bu, kamupun tidak mau
menolong saya padahal saya berteriak sekuat tenaga minta tolong. Lebih-
lebih kamu, jarkoni . kamu malah tertawa keras dan sama sekali tidak
menyalurkan tangan waktu air mulai menenggelamkan saya . dan tidak
lama kemudian kamu sendiri tenggelam. Nggeri, ngeri…
Jarkoni : aduh. Jadi, jadi…(MENDADAK MENEMUKAN AKAL) kalau begitu
sama, Kangmas. Saya juga mimpi seperti itu, persis.
Genggong : (KAGET) Begitu?kapan kamu mimpi?
Jarkoni : tadi, menjelang subuh.itu sebabnya saya langsung kemari. Buru-buru
ingin cerita pada kangmas.
Genggong : ah, jadi isyarat buruk apa ini?
Laras : jangan beranggapan buruk dulu, Pak. Mimpi kan bisa saja cuma
kembangnya orang tidur.

35
36

Genggong : ini lain, Bu. Firasat saya mengatakan ini hal yang buruk. Menurutmu
bagaimana, Jarkoni?
Jarkoni : soal mimpi, Kangmas pasti lebih tau. Yang jelas, belakangan ini kalangan
warga desa memang sedang tersiar “banjir berita” yang tidak enak
didengar. Konon mereka percaya betul Mbah Joyo akan segera pulang.
Jadi, mereka sedang merencanakan semacam upacara penyambutan untuk
kedatangan Mbah Joyo.
Genggong : begitu? Bbuset. Dari mana mereka percaya kalau Mbah Joyo akan
pulang?apa mereka tahu di mana Mbah Joyo berada? Ada-ada saja. Gila.
Jangan-jangan ada diantara kita yang bocor mulut.
Jarkoni :sepanjang yang saya tahu, tidak, Kangmas.
Genggong : tapi, sebaiknya hati-hati. Bukan soal harapannya saja yang saya
khawatirkan. Tapi, juga akibatnya. Orang kalau punya harapan – apalagi
harapan yang muluk – kemudian harapan itu tidak terkabul, bisa patah hati.
Lalu, orang itu bisa aneh-aneh dan resah terus-menerus. Bisa repot. Siapa
yang repot? Ya kita-kita, para tetua desa.
Jarkoni : betul, Kangmas. Dan, memang begitulah kelihatannya.
Genggong : terus, apa upayamu?
Jarkoni : saya belum tahu, Kangmas. Itu sebabnya saya datang.
genggong : aduhhh…jangan dibiasakan menyebut kata-kata itu. Belum tahu, belum
tahu. Harus tahu dong. Cegah, cegah, segala tetek bengek rencana upacara
penyambutan itu.
Jarkoni : kelihatannya sudah terlambat, Kangmas. Mereka sudah mulai bergerak.
Genggong : bagaimana bisa begitu?
Jarkoni : saya tidak tahu.
Genggong : setop kata tidak tahu itu. Setop!
Jarkoni : maaf Kangmas, begitulah kenyataanya. Kita memang bakal repot.
Terutama, Kangmas sebagai ketua panitia Festval Topeng. Mereka bilang,
kalau sampai Mbah Joyo tidak pulang, mereka akan menuntut Kangmas.
Gengong : apa? Menuntut saya? Berani betul mereka bilang begitu!
Jarkoni : begitulah yang saya dengar. Dan katanya lagi, kalau sampai Ketua Panitia
tidak….
Genggong : cukup,cukup, setop! Aku tidak mau dengar lagi apa kata warga. Aduh,
mana air putih? Bu, tolong air putih…

MAS GENGGONG MEMEGANG DADANYA, RUPANYA JANTUNGNYA KAMBUH LAGI.


IA TAMPAK BERUSAHA TENANG, TAPI TIDAK KUASA. IA AMBRUK.
PINGSAN.

Laras : (DINGIN) sukses kamu Dik Jarkoni, sukses kamu. Tapi, seharusnya tidak
perlu sekeras itu. Tidak kusangka, dibalik skapmu yang lembut tersimpan
kekejaman yang luar biasa.
Jarkoni : saya capek, mbakyu. Terlalu lama saya menjadi baying-bayang kangmas.
Maafkan saya. Capek saya. (Menangis

LAMPU BERUBAH

36
37

ADEGAN DUA PULUH SATU

MULUT DESA. PAGI.


HAMPIR SEMUA WARGA DESA MOSOKAMBANGAN. MEREKA BERMAKSUD
MENYAMBUT KEDATANGAN MBAH JOYO. BAWAAN MEREKA MACAM-MACAM. ADA
SEPANDUK SELAMAT DATANG, UMBUL-UMBUL, BERANEKA UCAPAN SELAMAT,
DAN BANYAK LAGI. TERMASUK, TETABUHAN YANG MEMBUAT SUASANA MERIAH.
MALAH ADA JUGA Yang MEMBAWA TUMPENG DAN MAKANAN LAINYA, LAYAKNYA
ORANG MAU SLAMATAN. MUNGKIN MEREKA YAKIN MBAH JOYO PASTI PULANG
ATAU SEBALIKNYA, MELAKUKAN SEMUA UPAYA ITU SUPAYA MBAH JOYO BENAR-
BENAR PULANG.
KITA LIHAT SAJA APA YANG AKAN TERJADI.

Kirno : (MEMIMPIN YEL) hidup Mbah Joyo!


Warga : Hidup Mbah Joyo…
Kirno : hidup Mbah Joyo !
Warga : hidup Mbah Joyo…
Kirno : Mbah Joyo pulang semua senang!
Warga : Mbah Joyo pulang semua senang…
Kirno : Mbah Joyo hilang warga meradang!
Warga : Mbah Joyo hilang warga meradanggg…
Kirno : hidup Mbah Joyo! Selamat datang Mbah Joyo !
Warga : hidup Mbah Joyo ! selamat datang Mbah Joyo …

SAMI'UN DATANG DIIRINGI TIGA CENTENG

Sami'un : (MARAH) Stop, saudara-saudara! Stop! ini apa maksudnya? Apa-apaan


ini? Stop!

WARGA DIAM

Sami'un : siapa yang memimpin ini?

TIDAK ADA JAWABAN.

Sami'un : siapa yang memimpin? Kamu, Kirno ?

KIRNO MAU MAJU, TETAPI PEANG DAN PANJUL MENCEGAHNYA

Peang : kami tidak ada yang memimpin.


Panjul : ini inisiatif sendiri-sendiri.
Kirno : ya, sendiri-sendiri. Untuk apa pemimpin? Kami sudah tidak percaya
pemimpin. Semua pemimpin Cuma sibuk mengurus diri sendiri. Buktinya,
Mbah Joyo hilang. Semua pemimpin di desa ini juga menghilang.

37
38

Sami'un : hati-hati bicara, Kirno . kalau kedengaran Lurah Jarkoni, kedengaran Mas
Genggong, kedengaran semua staf kelurahan, habis kalian.
Peang : perasaan takut kami sudah habis. Tidak takut.
Panjul : kami sudah bosan takut.
Sami'un : jangan bilang kami, Peang, Panjul . siapa ‘kami’? jangan bawa-bawa
orang lain. Katanya, inisiatif sendiri-sendiri!
Warga : betul! Kami memang tidak takut. Kami sudah bosan takut.
Sami'un : (KEPADA PARA CENTENG) Hei, tangkap mereka!
Kirno : (MAJU) apa salah kami? Kami datang ke sini untuk menyambut Mbah
Joyo, tetua desa ini, orang yang selama ini kami hormati. Apa hakmu
melarang? Kami tidak berbuat salah. Kamu yang salah kalau menganggap
kami salah.
Sami'un : baik. Tapi, apa kalian tahu dimana Mbah Joyo ? apa kalian pikir Mbah
Joyo sedang piknik? Sedang naik haji? Kokpakai disambut segala. Mbah
Joyo hilang atau pulang itu bukan urusan kita. Tapi, wewenang roh suci
pelindung festival topeng. Roh suci yang mbaurekso desa kita.
Kirno : bohong. Tidak ada itu roh suci pelindung festival topeng. Kami tidak
percaya omonganmu.
Warga : betuuuulll. Sami'un pembohong.
Sami'un : setan kamu, Kirno , setan semua! Roh suci akan marah dan kalian semua
akan celaka. Kalian akan terima akibatnya nanti. Kalian bisa kualat!

KAEMUN, BAWUR, GUBIL, TUJI, MUNCUL.

KASMUN : cukup, pak samiun. Sandiwara sudah selesai semua warga sudah tahu akal
bulus sampean.
Sami'un : (SANGAT KAGET) Kasmun? Apa maksudmu? Berani betul kamu bicara
begitu.

JARKONI MUNCUL.

Jarkoni : kasmun betul kang samiun. Sandiwara sudah selesai. Mbah Joyo orang
baik dan kita tahu semua warga desa mengharapkan beliau pulang tidak
ada alasan lagi menahan beliau lebih lama pulang
Sami'un : (MENARIK Jarkoni KE SUDUT) tapi dia melanggar aturan.
Jarkoni : betul. Tapi, bukan bearti boleh memperlakukan Mbah Joyo sewenang-
wenang itu juga melanggar aturan
Sami'un : kamu mau menghianati mas genggong? Menghianati saya?
Jarkoni : saya melakukan apa yang menjadi tuntutan warga desa. Saya lurah.
Sami'un : kamu tidak jadi lurah tanpa dukungan saya dan mas genggong.
Jarkoni : dulu ya. Tapi, sekarang pasti berbeda semua tahu nanti Mbah Joyo pulang
karena upaya saya. Dan, warga pasti akan terus mendukung saya.
Sami'un : warga sudah tahu, kamu terlibat penahanan Mbah Joyo!
Jarkoni : itu tidak masalah. Warga juga tahu saya yang membebaskan Mbah Joyo.
Jadi, impas.

38
39

Sami'un : tapi, warga juga tahu kamu sudah melindungi orang yang melanggar
aturan. Lurah macam apa itu? Warga tidakakan suka.
Jarkoni : semua warga berpihak kepada Mbah Joyo. Jadi, aturan itu akan saya ubah.
Aturan kan dibikin berdasarkan kebutuhan. Namanya boleh saja festival
topeng, tapi kalau warga ingin tidak selalu pakai topeng pada setiap
festival, ya boleh saja. Jangan dipaksa. Wajah kita kan topeg juga. Susah
amat.
Sami'un : setan kamu, Jarkoni . pengkhianat! Sialan!
Jarkoni : sekali lagi, saya melakukan apa yang menjadi tuntutan warga. Saya lurah,
pemimpin. Dan, sampean selalu bilang pemimpin tidak boleh lemah, harus
tegas, dan harus berani mengambil inisiatif. Ingat itu.

SAMI'UN LEPAS KENDALI . IA AMENYERBU JARKONI. TAPI, WARGA SEGERA


MERNGKUS SAMI'UN SEBAGIAN WARGA YANG KALAP NYARIS MENGHAJAR
SAMI'UN UNTUNNG MBAH JOYO – DI DAMPINGI BLENTUNG DAN MITRO-
SEGERA DATANG DAN MENCEGAH.

Mbah Joyo : tungu, saudara-saudara! Stop! Jangan diteruskan, tida oleh begitu.
Lepaskan, lepaskan dia.

SAMI'UN BELUM DILEPAS.

Kasmun : dia yang menyuruh orang untuk menculik mbah joyo. Dia layak mendapat
hukuman.
Warga : lo? Mbah, apa kabar? Sehat, mbah?

SEMUA WARGA MAU MENDEKAT KEPADA Mbah Joyo , TAPI URUNG KARENA
ORANG TUA ITU MELANJUTKAN BICARA MENJAWAB KASMUN.

Mbah Joyo : kabar baik, sehat-sehat…Kasmun, dari mana kamu tahu Sami'un yang
menyuruh orang untuk menculik saya?
Kasmun : dia yang menyuruh saya bohong pada semua warga. Yang melarang
warga menyambut kedatangan Mbah Joyo, juga dia.
Mbah Joyo : itu baru dugaan. Wong saya yang di culik saja, tidak tahu siapaa yang
menculik!
Bawor :cirri-ciri penculikanya bagaimana, Mbah? Sebutkan! Biar saya gantung!
Gubil : sebutkan Mbah, biar saya habisi sekarang juga!
Mbah Joyo : cirri-cirinya? Ia tidak tahu, orang saya dikrudungi sarung. Ee, itu Sami'un
lepaskan dulu. ayo.
BARU SAMIUN DILEPAS.

TUJI : apa Mbah Joyo diberlakukan dengan baik selama ditahan?


Bawur : apa Mbah Joyo tidak dilukai?
Kirno : Mbah, sebaiknya sami'un jangan dilepas. Kita malah harus tangkap semua
orang yang kita curigai.
Warga : betuuulll…, kita harus tangkap. Kita harus tuntut mereka.

39
40

Mbah Joyo : tnggu saudara-saudara jangan keburu nafsu. Sabar. Dalamkeadaan begini,
kita harus tenang harus berfikir jernih. Kalau tidak keadaan akan lebih
kacau. Desa kita sejak dulu ayem tenteram tidak pernah rebut-ribut. Soal
saya tidak mau pakek topeng saja kok diributkan apa salahnya orang tidak
mau pakek topeng? Toh masih banyak lagi orang yang memakai topeng,
wajah kita pada dasarnya juga topeng-topeng , jadi apa bedanya kita pakai
topeng atau tidak? Hidup jangan dibikin susah. Soal tangkap-menangkap,
culik-menculik, juga jangan di biasakan. Itu tidak bagus. Perbedaan
pendapat itu biasa.jangan kata dengan tetangga, dengan teman atau
saudara, dengan anak dan istro saja bisa beda pendapat. Bahkan, hati dan
pikiran kita saja serin beda kemauan. Jadi,apa salahnya perbedaan? Hidup
jangan dibikin susah. Oaring yang berniat jahat, pada akhirnya akan
ketahuan. Dan, alam akan menghukumnya. Jadi, jangan repot-repot. Tidak
perlu balas dendam. Nanti jadi geger terus-terusan. Itu tidak bagus.
Lihat ini, saya sehat walafiat. Lahir batin. Tidak terluka sedikitpun.
Percayalah . nah, saya lihat kalian ada yang bawa tumpeng. Ayo ,kita
makan. Sudah lama saya tidak makan enak. Ayo ,tunggu apa lagi? Ayo
jarkoni, miun, Kasmun, mitro, Blentung, kirno. Ayo semua makan, nanti
kita bicara lagi.

SUASANA MENDADAK BERUBAH. KETEGANGAN MENCAIR KETIK WARGA


SPONTAN MENDEKATI MBAH JOYO. ADA YANG MENYALAMI, MENCIUM
TANGANNYA, MALAH ADA YANG MEMELUK SAMBIL MENANGIS PENUH HARU DAN
BAHAGIA . TUMPENG DI GELAR, SEMUA SIAP MAKAN. MENDADAK TERDENGAR
TANGIS SEORANG WANITA DI KJAUHAN. SEMU ORANG KAGET. KETIKA SUARA
TANGIS MAKIN DEKAT, TAHULAH MEREKA SURA SIAPA ITU.

Laras :(MUCUL) Tolooonggg… tolooonggg…suami saya, suami saya…


tolooonggg…(LARAS PINGSAN).
Jarkoni : Mbak yu? Ada apa? Kangmas kenapa?

SEMUA MENDEKAT DAN MENOLONG MBAKYU LARAS. MENYADARI SESUATU


YANG MUNGKIN TERJADI DENGAN MAS GENGGONG, SEMUA WARGA SEGERA
MENUJU KE RUMAHNYA.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN DUA PULUH DUA
JALANAN DESA. SIANG.
ARAK-ARAKAN JENAZAH MAS GENGGONG MENUJU MAKAM. SEMUA WARGA DESA
MENGANTAR . KASMUN, BAWUR, GUBIL, DAN TUJI MENGUSUNG KERANDA. LARAS
BERJALAN TEPAT DI BELAKANG KERANDA, DI DAMPINGI BEBERAPA WANITA DAN
LURAH JARKONI. MBAH JOYO, BLENTUNG, DAN MITRO DI BELAKANGNYA. KIRNO,
PEANG, DAN PANJUL DI DERETAN BERIKUTNYA.
WARGA DESA YANG LAIN MENGIRINGI DI BELAKANG. SUASANA DUKA
SANGAT TERASA.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN DUA PULUH TIGA

40
41

PEMAKAMAN. SIANG.
JENAZAH MAS GENGGONG SUDAH DIKUBUR.
MBAH JOYO MEMBERI SAMBUTAN.

Mbah joyo : Saudara sekalian, hari ini kita kehilangan salah seorang warga terbaik kita,
tokoh yang kita hormati dan kita cintai. Kepergian saudara Genggong,
seolah menjadi puncak duka cita atas apa yang terjadi di desa kita akhir-
akhir ini. Sungguh sangat disesalkan. Semasa hidupnya, saudara Genggong
banyak berjasa untuk desa kita. Beliau lama menjabat lurah, bekerja keras
membangun desa kita. Bahkan setelah memasuki masa pensiun, beliau
tetep penuh perhatian dan tetap cawe-cawe demi kemajuan desa kita.
Sebagai manusia biasa, Saudara Genggong tentu tidak luput dari kesalahan.
Marilah kita memaafkan semua kesalahan dan kekhilafan Almrhum. Agar
Almarhum berangkat dengan tenang dan mendapat tempat yang layak di
sisi-NYA. Semoga kita yang di tinggalkannya, juga tabah dan senantiasa
sehat.
Warga : Amiinnn…
Mbah joyo : Hari sudah sore, mari kita pulang. Saudara-saudara pasti capek. Saya juga
capek. Kita baru saja melewati hari-hari yang buruk. Kita harus beristirahat
dan menenangkan pikiran. Musim kemarau dan paceklik kelihatanya masih
panjang. Kita harus melakukan banyak upaya agar anak-istri tidak
kelaparan.
SEMUA PERGI.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN DUA PULUH EMPAT
SEBUAH TEMPAT. BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN. MALAM
KASMUN, BAWOR, GUBIL, DAN TUJI SEDANG KONGKO. MALAM SUDAH LARUT
DAN SEPI. MEREKA NGOBROL-NGOBROL NGIDUL.

Gubil : ah, sepi sekali rasanya . Sejak peristiwa geger itu, orang jadi jarang
ngumpul. Kira-kira tahun depan masih pada mau ikut vestifal Topeng lagi
nggak ya?

TIDAK ADA YANG MENYAHUT. TUJI SIBUK MEMBAKAR SINGKONG, KASMUN


DAN BAWUR LEYEH-LEYEH

Gubil : Heh, diajak omong kok pd diam saja.


Tuji : Festival Topeng bikin gegeran saja kok di tunggu_tunggu.
Gubil : Siapa yang nunggu, saya Cuma Tanya.
Tuji : Lebih baik kita berfikir besok mesti bikin apa, supaya kita tetap bisa
makan dan masa depan lebih jelas. Festifal topeng ditanyakan.
Gubil : Tanpa festifal topeng, desa kita sepi. Dan, gara-gara festifal kemudian
gegeran, kita hampir kaya mendadak, kita mendapat sawah, kerbau, TV.
Jangan lupa itu. Kita saja malu-malu, jadi nggak jadi dapat.
Bawor : Jangan ngomong, Bubil. Kalau mau, sekarang juga masih dapat semua
itu. Melamar sana jadi jongos atau centengnya Samiun.

41
42

Gubil : Masa Gubil jadi centeng, jongos? Gengsi dong… mendingan deket-deket
Jarkoni, siapa tahu disuruh menggarap sawahnya. Syukur-syukur diangkt
jadi staf keseluruhan. Lumayan dapat gaji bulanan, dapat gaji bulanan,
dapat baju seragam kantor, terus di lirik perawan desa. Ya nggak, Kasmun?
Kasmun : Sederhana betul mpianmu. Dsar anak kampung.
Gubil : sialan. Memang apa impian kamu? Pergi ke kota, jadi kuli bangunan? Itu
lebih kampung lagi.
Kasmun : saya mau masuk partai.
Tuji : apa? Tidak salah dengar, Kasmun?
Kasmun : masih ingat waktu kita mengumpulkan warga desa di tanah kosong Marto
Pacul, di lor desa.
Semua : Ingat
Kasmun : Nah, itu modal saya masuk partai. Pidato saya jauh lebih baik dan
didengar orangan daripada pidato Lurah Jarkoni. Jadi, saya bukan boneka.
Dan kamu tidak salah dengar, Tuji.
Tuji : cukup… masuk partai Cuma modal pidato?
Kasmun : yang lain-lain bisa dipelajari sambil jalan. Orang lain malah banyak yang
tidak pakai modal.
Bawor : apa untungnya masuk partai?
KAsmun : lewat wartai, kita bisa punya kekuasaan di tangan, kita bisa bikin
keputusan. Artinya, kita bisa menangkap orang macam Sami'un, Jarkoni,
Genggong…
Tuji : Ssttt… jangan bawa-bawa orang yang sudah meninggal. Main tangkap,
Mbah Joyo bilang tidak juga tidak baik…
KAsmun : Mbah Joyo memang baik. Tapi kelewat baik, juga tidak baik.
Bawor : Maksudnya?
KAsmun : (BERGAYA POLITISI DI MIMBAR) saudara-saudara sekalian, hukum
harus ditegakkan! Mari kita membangun demokraso. Kita ciptakan
pemerintahan yang bersih. Kita ciptakan masyarakat yang adil dan
makmur. Kita harus membangun ekonomi yang sehat. Kita berantas KKN.
Kita bisa, kalau kita mau.
Tapi maaf saudara-saudara, malam sudah larut. Waktu saya terbatas.
Pertemuan saya akhirnya sampai di sini. Besok banyak tugas lain menanti.
Sampai bertemu pada rapat mendatang. Selamat malam. (PERGI).
Tuji : Buset…
Gubil : Bisabegitu?
Bawor : Edan…
SEMUA PERGI

LAMPU BERUBAH.

ADEGAN DUA PULUH LIMA

JALAN DESA, DUA TAHUN KEMUDIAN.PAGI.


FESTIVAL TOPENG KEMBALI DIGELAR RUPANYA. PESERTANYA SEMAKIN BANYAK
KASMUN, BAWOR, DAN TUJI MEMAKAIKAN BANYAK TOPENGLAGI.SELURUH

42
43

TUBUHNYA NYARIS TERTUTUP TOPENG-TOPENG. SIANTARA BUNYI TETABUHAN


Yang PENUH GREGET, PARA PENONTON BEROLOK-OLOK, TERUTAMA PADA
KASMUN.

Orang ke-1 : Wah, meriah betul. Ini lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya.
Orang ke-2 : ya, pesertanya juga paling banyak.
Orang ke-3 : kalau tidak, percumah dong. Tahun ini sumbangan kita juga paling
banyak.
Orang ke-4 : Kasmun, hebat kamu. Topengnya banyak betul. Coba dari dulu ikut
festival kamu pasti menang.
Orang ke-5 : ya, topeng kamu bagus-bagus, Kasmun. Tapi, kelihatanya galak-galak.
Orang ke-1 : ya, galak sekali.
Kasmun : biar galak, asal menang.

ARAK-ARAKAN TERUS BERJALAN MENUJU TANAH LAPANG TEMPAT FESTIVAL


TOPENG BIASA DIGELAR BLENTUNG DAN MITRO MEMISAHKAN DIRI DARI ARAK-
ARAKKAN.
SETELAH SEMUA PERGI… .

Mitro : Jaman apa ini, Blentung? Semua orang ingin jadi pemain.
Blentung : zaman berubah, semua berubah. Panggung festival topeng memang penuh
magnet. Disana orang mendapat sorotan, tepuk tangan, dan pujian…
Mitro :… sekaligus makian.
Blentung : dan, kita tetap disini sebagai penonton.
Mitro : Setelah ayahmu pensiun, rasanya kamu pantas ikut.
Bllentung : Begitu? Ah, aku baru mau bilang.
Mitro : betul?
Blentung : Betul. Sebagai keluarga donator turun temurun, rasanya kamu juga pantas
ikut
Mitro : Begitu? Ah, aku baru mau bilang.
Blentung : Betul?
Mitro : Betul.

MEREKA BERDUA LANTAS TERSENYUM DAN BERJABAT TANGAN.


LAMPU PADAM
SANDIWARA SELESAI

43

Anda mungkin juga menyukai