NASKAH
FESTIVAL TOPENG
Karya : Budi Ros
1
2
PEMBUKA
2
3
Panitia : Harap jangan mengganggu para peserta. Ini bukan acara guyonan. Ini
serius. Sacral. Tanpa festival ini, desa bisa gawat. Para leluhur bisa marah
dan desa keta terancam bahaya. Jadi, mohon tenang dan tertib. Dan lagi
belum waktunya saudara-saudara memberikan penilaian. Festival baru
dimulai. Nanti ada gilirannya. Sabar.
Bawor : Wah, siapa lagi itu? Satu bawa banyak topeng. Edan, edan.....
Tuji : Pasti dia penggemar Dasamuaka.
Gubil : Ya, betul Dasamuka. Si muka sepuluh, alias si boros muka. Eit, tunggu
dulu. Itu mbah Joyo, bukan?
Bawor : Mana?
Gubil : Itu! Yng dibelakang muka sepuluh.
Bawor : Ah, ya betul, itu Mbah Joyo. Kenapa?
Gubil : Ya, kenapa? Kenapa dia tidak memakai topeng?
Kasmun : Apa? Mbah Joyo tidak pakai topeng? Mana? (SETELAH MELIHAT) Ah,
ya betul, Mbah Joyo tidak memakai topeng. Kenapa bisa begitu? (KEPADA
ORANG-ORANG) Liaht, lihat Saudara-saudara! Mbah Joyo tidak pakai
topeng. (MENDEKATI MBAH JOYO) Mbah, Mbah Joyo, kenapa tidak
memakai topeng? Mana topeng-topeng termashur itu, mbah? Mbah Joyo....
Mbah.........
LAMPU BERUBAH
3
4
ADEGAN SATU
Blentung : Lo?
Mitro : Lo? Tidak salah lihat ini?
Blentung : Apanya yang salah?
Mitro : Kok situ di lading?
Blentung : Kok sutu juga di pinggir ladang? Kalau saya kan petani, apa salahnya petani
di ladang?
Mitro : Saya juga tengkulak hasil ladang, apa salahnya saya di pinggir ladang.
Memang itu kerja saya, mengawasi orang-orang panen sayuran dan
palawija, lalu membelinya kemudian menjualnya ke kota. La, tidak
salahkan?
Blentung : Jadi
Mitro : Jadi?
Blentung : (TERTAWA) Ya, memang tidak salah. Cuma kalau para tetangga melihat
keberadaan situ di pinggir ladang sekarang ini, bisa.....
Mitro : .... bisa menyulitkan kita.
Blentung : Betul, menyulitkan kita. Eh, kok kita. Meyulitkan kamu. Jangan bawa saya
dong.
Mitro : (TERTAWA) Sebetulnya ada apa kita ini, Blentung?
Blentung : Lo, kok kita lagi. Situ dong yang ada apa. Saya tidak ada apa-apa.
Mitro : Ada, Blentung. Kita ada apa-apa. Maksud saya bukan kita. Tapi, kita
dengan orang kebanyakan, dengan masyarakat desa ini. Kita lain. Coba,
semua orang ada di sana, mengikuti Festival Topeng. Atau, setidaknya
datang menonton. Tapi, kita? Apa pun alasannya, kita ini melarikan diri
dari mereka, dari festival itu. Padalah situ kan anak Mbah Joyo, rajanya
festival ssejak sepuluh tahun lalu?
Bletung : Dan situ... situ adalah keluarga keluarga donatur festival topeng terbesar
turun temurun, sejak puluhan tahun yang lalu juga.
Mitro : Ya, itulah kenapa saya bilang ‘kita’. Situ dan saya. Ayolah Bletung, duduk
dan ceritakan. Kita kan kawan sejak masa kanak-kanak. Apa salahnya
saling membuka hati?
Bletung : (TERPAKSA DUDUK) Ini kenapa jadi terbalik ya? Ladang ini ladang saya.
Jadi, sayalah tuan ladang. Tapi sutu yang menyilakan saya duduk. Yang
bilang ada masalah juga situ, tapi saya yang disuruh cerita. Bagaimana
bisa? Aneh. Situ dulu dong, kan tadi situ dulu yang pertama bilang ada
masalah.
Mitro : Sama-sama Bletung, sama-sama. Kita saling cerita, saling membuka hati.
Bletung : Saling membuka hati? Wah, indah sekali kedengarannya. (TERTAWA) Apa
mungkin itu? Sejak kapan kita mempunyai kebiasaan saling membuka
hati? Tapi baik, kalau memang bisa. Baik, silakan situ duluan.
Mitro : Lo?
4
5
Ketua panitia : Nah, saudara sekalian, seluruh Desa Mosokambang yang saya cintai,
demikianlah tadi pengarahan saya selaku ketua panitia. Saya tidak akan
berpanjang lebar sebab segala sesuatunya sesungguhnya sudah jelas. Tugas
kami yang paling utama adalah mambuka dan menutup festival ini. Kami
hanya berpesan agar acara ini berlangsung see....meriah mungkin,
see.....khidmad mungkin, namun tetap aman dan tertib. Kita sebaiknya
menanamkan prinsip bahwa keamanan dan ketertiban adalah see...gala-
galanya.
Tanpa keamanan dan ketertiban, hidup kita akan bahagia. Apalah artinya
sawah ladang kita yang subur, panen melimpah, dan ternak kita yang
gemuk jika perasaan kita kidak aman dan bahagia? Dan, untuk itulah
diperlukan upaya-upaya.
Dibentuknya tim juri, hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya,
adalah bentuk upaya itu. Tim juri bukanlah kepompok tandingan bagi
penilaian masyarakat terhadap festival ini, tetapi dimaksudkan hanya
sebagai “partner” kerja saudara-saudara. Agar dalam memberikan
penilaian nanti, saudara-saudara bisa lebih terarah, lebih bijaksana, lebih
fair, dan memuaskan semua pihak.
Kami tahu, kemenangan pukanlah tujuan utama para peserta festival.
Mereka adalah pribadi-pribadi yang menghormati tradisi leluhur dan ingin
melestarikannya. Tetapi bagaimana pun, penilaian yang objektif dari
masyarakat adalah fktor penting. Tanpa iobjektivitas, para peserta akan
marah. Ketentraman dan kebahagiaan hidup masyarakat kita pun bia
terganggu. Betul tidak, saudara-saudara?
Orang-orang : Betulll.............
Ketua Panitia : Lo, mana tepuk tangannya?
Ketua Panitia : (TERSENYUM) Terima kasih, terima kasih. Jadi sekali lagi saudaara-
saudara, tepuk tangan itu –maaf maksud saya- objektivitas itu penting.
Petugas : Juga ketertiban dan keamanan, Pak.
Ketua Panitia : Ya, betul! Ketertiban dan keamanan!
LAMPU BERUBAH
5
6
ADEGAN TIGA
LAMPU BERUBAH
ADEGAN EMPAT
Sami’un : (SETELAH SELESAI TAMPIL) Terima kasih, terima kasih. Saya gembira
pada tahun ini bisa kembali tampil dihadapan saudara-saudara. Ini adalah
sebuah rahmat. Dulu, saya hanya mampu membawakan satu atau dua
topeng. Tapi tahun berganti, usia saya juga bertambah. Saya merasa,
kebijakan saya dalam memandang dan menghadapi hidup beserta
persoalannya pun harus bertambah. Itulah kenapa hari ini saya memakai
6
7
Jubir : (MENYANYI)
Saudara sekalian
Warga Desa Mosokambang
Yang saya hormati dan saya cintai
Kami ingin bicara, dari hati ke hati
Orang-orang : (MENYANYI) Berbicaralah, asal jangan susah-susah.
Jubir : (MENYANYI)
Apakah kalaian ingin hidup bahagia
Adil, makmur ingin hidup bahagia
Kalau jawabanya “ya”, inilah rahasianya
Bergabunglah bersama kami
Pembela rakyat sejati
Tiro : (MENYANYI)
Kami adalah tiga kesatria utama
Pembela kebenaran dan keadilan
Tak peduli panas terik
Atau, musim paceklik
7
8
Jubir : Maaf Saudara-Saudara, kami tidak bisa tampil lebih lama lagi. Kami
sudah terlalu lelah. Maklum, sebelumnya kami kebanyakan latihan.
Saudara tahu, ini merupakan penampilan pertama kami dalamfestiva;yang
bergengsi ini. Jadi, belum berpengalaman. Sebetulnya ada satu puisi yang
ingin kami bacakan, tapi nafas kami sudah ngos-ngosan. Maaf.
8
9
Mbah Joyo : (SUARANYA SERAK DAN BERAT) Saya sudah capek, capek! Kepada
kalian, para generasi muda, topeng-topeng ini saya titipkan. Capek, saya
sudah capek. Silahkan. Terserah topeng-topeng ini mau diapakan, dikubur
mungkin lebih baik. (LAMA DIAM MENATAP PARA PENONTON) topeng
saya sekarang adalah wajah saya sendiri. Maaf. Terimakasih.
Ketua Panitia : harap tenang saudara-saudara … harap tenang! Semuanya harap tertib
perhatian, mohon perhatian!. Saudara-saudara, minta perhatian …
LAMPU BERUBAH
ADEGAN LIMA
Peang : Apa kata saya tadi? Macam-macam kan? Tuh, betul terbukti. Macam-
macam pula kejadiannya. Masa festival jadi rebut nggak keturunan. Untung
kita tidak ada di sini tadi…
Panjul : Eh, jangan sok tahu. Kami kan tadi Cuma bilang perasaan saya macam-
macam. Bukan festival ini akan jadi macam-macam. (PADA KIRNO) Iya
nggak, Kang?
KIRNO DIAM SAJA. IA TAMPAK SEDANG BERPIKIR SERIUS.
9
10
Peang : Paling tidak itu membuktikan kalau firasat saya benar, dari pada kamu
tidak merasakan apa-apa. Kedul, tumpul.
Panjul : Kalau punya firasat jelek, kenapa dari tadi diam saja? Kamu kan bisa usul
sama Ketua panitia supaya festival ditunda. Menunggu jatuh hari baik,
misalnya. Atau, kalau perlu supaya festival tahun ini dibubarkan saja.
Peang : Apa? Usul?libur? Oo… kamu betul-betul bodoh, Panjul. Kamu piker
perkara apa ini? Siapa saya, siapa kita, berani-beraninya kita usul. Festival
topeng perkara sacral. Mbah Joyo saja, rajanya festival dari tahun ke tahun,
tidak berani usul begitu. Apalagi kita. Mbah Joyo, bisa saja bilang sudah
capek dan ingin undur dari festival. Tapi, selama ini dia cuma omong di
depan kita. Di depan panitia, hem… kamu lihat tadi apa akibatnya? Tapi,
sebetulnya saya memang ingin kasih usul.
Kirno : Sudah?
Peang : Apanya, Kang?
Kirno : Debatnya. Usulnya, sudah?
Peang : Kami tidak berdebat, Kang. Kami hanya bicara soal perasaan. Bukan hal
tabukan?
Kirno : Mana saya tahu. Yang bikin aturan tabu dan tidak tahu kan bukan kita.
Tapi, sebaliknya hati-hati bicara. Salah-salah, kamu bisa ketiban salah.
Peang : Ya, Kang. Ya, saya paham.
Panjul : Paham… paham. Paham apa?
Kirno : Itu pertanyaan penting, tapi tidak perlu dipertanyakan. Atau sebaliknya,
pertanyaanitu perlu ada, tapi tidak penting dipertanyakan.
Peang : Kenapa begitu, Kang?
Panjul : La, katanya paham.
Kirno : Karena siapa pun pemenang festival, buat kita kan sama saja. Kita ini
cuma penonton. Lagi pula sekarang ada hal yang lebih penting untuk
dipikirkan: Mbah Joyo. Kita harus cari tahu di mana beliau sekarang. Ini
menyangkut keselamatan jiwa manusia. Libih penting dari pada
meributkan siapa penentang Festival Topeng.
10
11
KASMUN BERHENTI
Mijem : Itu kenapa tadi cepat bubaran? Kenapa rebut-ribut? Ada apa itu?
Kasmun : Anu, Yu, belum tahu saya. Pokoknya sampean pada pulang saja dan
nggak usah banyak Tanya. Saya sendiri belum tahu. Anu… kalau ada yang
tanya, bilang saja nggak tahu. (PERGI)
Mijem : nggak tahu… nggak tahu. Biasanya kamu serbatahu. Terus, Mbah Joyo?
Eh, Kasmun, Kasmun… uh dasar…
LAMPU BERUBAH
ADEGAN TUJUH
11
12
LAMPU BERUBAH
ADEGAN DELAPAN
12
13
Tuji : Kamu pakai tanya soal Mbah Joyo segala. Untung dia tidak marah. Kalau
marah, bisa berabe kita.
Gubil : Apasalahnya nanya, namanya juga pengen tahu.
Tuji : Tapi, lain kali hati-hati dong. Kayak nggak tahu keadaan saja.
Gubil : Terlalu hati-hati juga nggak bagus. Rezeki yang jatuh ke kita jadi hati-
hati juga. Contoh, Kasmun. Begitu di Tanya, “kalian paham apa tugas
kalian?” Dia langsung jawab, “Injih Pak, pahammm…” Dan, kamu dengar
sendiri hasilnya, 4 hektar. Bawor juga bukan main selapnya. Masa kerbau
lima di bilang tiga.
Bawor : Saya gemetaran, monyong!
Gubil : O,. pantes. Gemetaran saja bisa sulapan. Bagaimana yang enggak
gemetaran dapat 4 hektar.
Kasmun : Setan kamu, Gubil! Diam, kenapa? Nggak tahu orang lagi sumpek. Kamu
pikir aku senang dengan semua ini? Kita ini sama-sama sedang jadi korban,
tahu? Kalian bisa saya ingin lari dari semua ini. Tapi, apa daya kita?
Gubil : Apa daya saya juga cuma TV colour?
Kasmun : Heh, saya serius ini. Lagian siapa yang percaya janji-jani itu? Semua kan
serba belum jelas. Saya menyesal kenapa di sana waktu festival
berlangsung. Itu gara-gara kamu ngotot ngajak ke sana.kalau tidak, kita
tidak repot begini. Sial, kamu bikin sial!
Bawor : Tenang, Kasmun, tenang. Ini musibah. Kita sedang kena musibah. Kita
harus tetap kompak supaya kuat. Kamu diam, Gubil. Kasih waktu Kasmun
berpikir.
Tuji : (PADA GUBIL) Baru minum cap tikus saja sudah loncer. Bikin hati
orang panas.
Kasmun : (SETELAH DIAM SEBENTAR) Baik, baik sudah kepalang basah. Aku
tahu sekarang.
Bawor : Tahu bagaimana?
Kasmun : kita boleh tidak suka sama Sami’un. Tapi pada saat seperti sekarang, kita
harus belajar dari dia.
Bawor : Maksudmu kita kerumah Sami’un?
Kasmun : Buat apa kita ke sana? Itu tadi Sami’un tolol!
Tuji dan Bawor : Sami’un?
Bawor : Bisa lain begitu?
Kasmun : Itulah kelebihan dia.
Gubil : Terus, apa maksudnya belajar dari dia?
Kasmnun : Besok malam undang semua warga.
Gubil : Terus?
Kasmun : Gampang itu. Pokoknya besok kita kerjakan semuanya. Ayo, kita kita
rembukan di tempat lain.sudah malam. (KASMUN PERGI, YANG LAIN
BENGONG)
Gubil : Sami’un?
LAMPU BERUBAH
13
14
ADEGAN SEMBILAN
LADANG KOSONG DI SUDUT DESA. MALAM.
ATAS UNDANGAN KASMUN DAN KAWAN-KAWAN, WARGA DESA BERKUMPUL
DEITEMPAT ITU. MALAM INI GILIRAN KASMUN AKAN MEMBERI ‘PENGARAHAN’
KEPADA WARGA DESA SETELAH SEBELUMNYA IA MENDAPAT PENGARAHAN DARI
ORANG YANG LEBIH ‘PINTAR’.
MEREKA DATANG MENGENDAP-ENDAP, MUNCUL SATU PERSATU. MASING-
MASING TAKUT TERLIHAT OLEH YANG LAIN.
Orang ke-1 : (DARI BALIK POHON) Mana? Kok belum pada nongol?! Katanya, habis
isya…. (PADA YANG LAIN DI BELAKANG) Belum ada…
Orang ke-2 : Apa kita nggak salah dengar? Jangan-jangan bukan di sini tempatnya.
Orang ke-3 : Bener di sini. Tanah Marto Pacul lor desa, ya ini…
Orang ke-2 : Tanah Marto Pacul lor desa ka nada banyak?
Orang ke-3 : Tapi, tanah dia di lor desa yang kosong Cuma ini, ang lain sudah ditanami
jagung Bangkok.
Orang ke-1 : Semua serba Bangkok. Marto paculnya datang nggak?
Orang ke-3 : Mana tahu, belum kelihatan. Siapa sih yang kasih tau sampean supaya
kumpul di sini?
Orang ke-1 : Kasmun, siapa lagi?
Orang ke-3 : Kalau saya si Gubil. Yang diundang siapa saja?
Orang ke-2 : Kurang tahu. Sebaliknya hati-hati. Jangan sampai kelihatan orang lain
dulu. Saya curiga, jangan-jangan ini ada apa-apanya, atau malah jebakan.
Nggak biasanya ada undangan ke kebun. Aneh. Semua jadi aneh. Malam-
malamdi suruh blasukan begini. Asam kecut.
DARI SUDUT LAIN MUNCUL ORANG KE-4 DAN ORANG KE-5. JUGA MENGENDAP-
ENDAP. KEPALANYA BERKERDUNG SARUNG.
KASMUN MENDADAK MUNCUL DARI SUDUT GELAP LAIN DI SISI LAIN. GUBIL
BAWOR, DAN TUJI DI BELAKANGNYA.
14
15
Bawor : Ya betul, tidak Cuma kalian ang diundang. Kelarlah kalian semua dari
situ. Berkupul di sini dan kita bicara. Jangan kgawatir, tampat ini aman.
Saya sudah amati sejak tadi. (PADA GUBIL, BAWOR, DAN TUJI) Coba
yang sembunyi di belakang sana, panggil semua.
15
16
saudara dalam kondisi sama seperti saya, saudara akan tahu sendiri
jawabannya. Percayalah. Paham?
Orang ke-5 : Maaf, jangan paham dulu. Ini saya mau Tanya karena sudah pasti saya
belum paham. Kasmun, saya ini sudah 70 tahun. Apa masih dianggap hijau
juga? Jadi, yang tidak hjau itu umur berapa?
Kasmun : Maaf Kakek, mungkun kakek salah terima. Yang saya maksud dengan
hijau itu bukan umurny. Tapi, pemahamannya terhadap jawaban masalah
ini. Itu, Kek. Paham, saudara-saudara?
Orang-orang : Pahaaammm…
Kasmun : Nah saudara, malam sedah larut, sebaiknya pertemuan kita akhiri. Tapi
sebelumnya pertemuan kita akhiri. Tapi sebelum pulang, saudara Bawor,
Tuji, Gubil akan membagikan sedikit bingkisan untuk oleh-ileh keluarga
dirumah. Keluarga dan anak-anak adalah masa depan kita. Maka sekali
lagi, selamat bekerja. Demi keluarga, demi anak-anak, demi masa depan
kita. Supaya tetap dan tertib, silakan saudara antre. Terima kasih dan
selamat malam.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN SEPULUH
Orang ke-3 : Heran saya, tidak musm hujan tidak misim kemarau, sekarang panasnya
sama saja. Dulu rasanya tidak begini.
Orang ke-1 : Dulu, dulu. Sekarang, sekarang. Jelas tidak sama dong.
Orang ke-1 : Ya, soal apa dulu. Soal musim masa berbeda. Namanya musim hujan,
banyak air turun dari langit, masa panas juga? Yasmudi, istirahat dulu.
Nanti kulitmu gosong.
Yasmudi : Sebentar lagi, tanggung…
Orang ke-1 : Kita disini masih beruntung. Coba pikir orang-orang yang tinggal di kutub
dengan hawa yang Cuma dingin melulu, apa enaknya?
Orang ke-3 : Ya, tapi kalau gerah melulu kayak kita di sini juga repot.
Orang ke-1 : Ah, bisa saja. Yang bikin geraa itu bukan udara diluar, tapi di situ, di sini,
di hati kita. Bilang saja terus terang, pakai mutar-mutar….
16
17
Orang ke-3 : Hehe… hehe… omong mutar saja sering dianggap tidak sopan, apalagi
langsung-langsung. Eh, omong-omong dapat apa saja samalam?
Orang ke-1 : Ah, ya sama ‘kali…
Orang ke-3 : Ya, siapa tahu beda. Saya Cuma heran, orang seperti kusman bisa beruah.
Jadi aneh. Dulu, dia orang paling peduli sama kesulitan orang lain. Ingat,
waktu sawah kita diserang tikus? Diakan orang yang paling sibuk
mengumpulkan orang untuk berburu binatang sialan itu? Juga waktu sawah
kita diserang wereng, siapa coba yang bolak-balik ke kta untuk beli obet
anti wereng? Kan dia? Tapi sekarang, Mbah Joyo –orang tua kita- hilang
kok malah disuruh dilupakan. Edan! Apa pantesitu?
Orang ke-1 : Itulah musim. Dulu, dulu. Sekarang, sekarang. Beda. Sekarang zaman
berubah, sikap orang bisa berubah.
Orang ke-3 : Berubah boleh saja, tapi soal apa dulu. Kalau soal jiwa keselamatan
manusia, masa harus berubah. Apa kamu juga setuju dengan Kasmun, dan
melupakan Mbah Joyo?
Orang ke-2 :Saya mau Tanya, menurut kalian, apa betul Kasmun dan kawan-kawan
tidak tahu di mana Mbah Joyo?
Orang ke-4 : Itu juga pertanyaan saya.
Orang ke-1 : Saya tidak tahu.
Orang ke-2 : Terus dari mana Kasmun bisa membagi-bagikan bingkisan untuk orang
satu desa? Kerja untuk kepentingan siapa, dia?
Orang ke-4 : Saya tidak tahu?
Orang ke-1 : Itu juga pertanyaan saya.
Orang ke-3 : Kalau begitu, tidak ada gunakan saya bicara sama kalian. Kalian sendiri
Cuma puny pertanyan. Percuma, lebih baik kerja. Ngaisah, bawa pulang
saja nasinya. Saya tidak jadi makan.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN SEBELAS
Mitro : Kita tidak hanya bisa menunggu di sini. Kita harus mencari tahu.
Kirmo : Mencari tahu, betul. Tapi ke mana? Semua orang di desa ini sudah kita
Tanya, tapi tapi jawabannya selalu sama: tidak tahu! Tanya saja mereka.
(MENUNJUK PEANG DAN PANJUL) Seperti saya, mereka juga sudah
berkeliling desa, bertanya dari pintu ke pintu dan dari mulut kemulut. Toh,
tiu juga belum berhasil mengendus kemana raibnya Mbah Joyo. Konyolnya
lagi, orang-orang di desa ini sudah mulai bersikap aneh. Mereka pada tutup
pintu kalau saya lewat depan rumah mereka. Anak-anak saya bilang, orang-
17
18
orang pada takut kalu saya mampir dan Tanya-tanya soal Mbah Joyo. Gila
nggak itu? Bahkan, istri saya juga ikut-ikutan aneh. Wanita yang paling
utuh dan ngabekti sama saya itu mulai berani menasehati saya. Pak,
katanya, tugan petani itu mencangkul dan mengolah sawah, bukan mencari
orang hilang. Itu bukan pekerjaan petani, tapi tugas detektif. Gila! Soal
keselamatan jiwa manusia kok dianggap tidak penting.
Mitro : Kalau kita Tanya lagi sama ketua panitia. Dia kan orang yang seharusnya
paling bertanggung jawab.
Kirno : Sebenarnya iya. Tapi, tapi nyatakan tidak. Sebelum kemarin tadi saya
sudah mampir, tapi istrinya bilang kalau ketua panitia lagisakit. Darah
tingginya kumat. Lantas saya permisi minta izin menemuinya di kamarnya.
Tapi, istrinya malah melarang percuma, katanya. Bapak lagi gak bisa di
ajak omong. Pendngarannya juga terganggu. Apalagi oengelihatannya,
sejak rebut-ribut di festival topeng lalu, lamurnya kambuh, setres berat,
katanya.
Mitro : Pak lurah bagaimanaaa sudah jelas dari kota?
Kirman : Katanya, sore tadi sudah. Tapi mendadak dia berangkat lagi, dipanggil
Bupati. Penting, katanya.mungkin nginap, lusa baru pulang.
Mitro : Blentung, apa akalmu? Dari kemarin kamu diam saja. Omong Blentung,
omong...
Blentung : (MENARIK NAPAS PANJANG) Maaf, sudah merepotkan kalian. Gara-
gara ayah saya, semua jadi kacau begini, saya tahu kalian bingung, marah,
sedih, dan kecewa. Ini memang masalah berat. Tapi saya harap kita bisa
tenang, kepala dingin dan bepikir jernih.
Mitro : Baik, baik, setuju. Tapi, apa langkah kita? Apa yang harus kita lakukan?
Kita tidak bisa diam-diam terus di sini.
Blentung : Peang, panjul, saya mau Tanya. Waktu kalian keliling desa dari rumah ke
rumah untuk mencari tahu prihal tentang ayah saya, apa kalian juga
menanyakan persisnya petugas yang membaya ayah saya
Peang : Saya tanyakan, Mas. Tapi, tak satu pun yang memberikan jawaban yang
jelas. Saya Tanya sama Bawor, Bawor suruh Tanya sama Gubil. Saya
Tanya sama Gubil, Gubil bilang sabaiknya kamu Tanya ama Tuji. Saya
Tanya Tuji, dia bilang sebaiknya kamu Tanya Kasmun. Tapi waktu
akhirnya saya ketemu Kasmun , dia hanya kasih jawaban singkat: tidak
tahu. Pusingkan saya? Akhirnya, saya ambil kesimpulan kalau semua orang
memang tidak tahu atau tidak mau kasih tahu. Itu.
Mitro : Kamu yakun melihat Kasmun di sana waktu festival?
Peang : Yakin.
Panjul : Ya, yakin sekali. Saya hafal betul warna kaosnya. Dia tiu kemana-mana
selalu pakaikaos hitam. Mereka, Kassmun, Bawor, Tuji, dan Gubil juga
orang yang paling senang tontonan. Di man ada keremaian, di situ mereka
pasti ada.
Mitro : Kalau begitu mereka kita panggil saja ke sini. Kita Tanya supaya jelas.
Peang : Bisa, bisa. Sekarang?
Mitro : Ya, sekarang. Kapan lagi?
Peang : Panjul, ayo temani aku.
18
19
LAMPU BERUBAH
19
20
20
21
Genggong : Astaga, sami’un benar-benar hebat kamu. Saya dari dulu setengah mati
mengincar dia.tapi kamu dapat? Ah, hebat, hebat!ah... lihat ini, mi’un,
jarkoni. (MENDADAK BERDIRI) Saya langsung sembuh mendenganr
laporanmu. Mana jamu tadi Bu, biar kuminum semua. (JALAN
MONDAR_MANDIR)
Laras : Hati-hati pak, jangan dibawa jalan dulu. Tenang dulu...
Jarkoni : Syukurlah, kalu kangmas sembuh. Itu memang harapan kami. Kalau
Kangmas sakit, wah rasanya saya tidak ada daya. Bukan begitu, kang,
Mi’un
Sami’un : Betul! Kangmas memang harus cepat sembuh. Tampa kangmas, kami
ibaratnya sado tanpa kusir. Tidak tahu kemana harus melangkah.
Jarkoni : Kalau kangmas sembuh, kami bisa segera konsultasi. Ada banyak hal
yang mesti kami bicarakan.
Genggong : Konsultasi? Kalau soal itu kapan saja bisa. Kapan? Mau sekarang? Bisa,
bisa. Kamu lihatkan saya sudah sembuh. Ayo, soal apa?
Jarkoni : Anu, kangmas, soal nletung dan orang-orang dekatnya. Kepada mereka,
saya belum bisa kasih jawaban soal Mbah Joyo. Sejauh ini saya terus
nerusaha menghindar untuk ketemu mereka. Beberapa kali Kirno utusan
khusus Bletung datang. Saya menghindar karena belum ahu mesti jawab
apa.
Sami’un : paeng dan panjul, orang Bletung lainnya juga sedang mencari Kasmun
dan kawan-kawan konon, Bletung bermaksud mengorek keterangan dari
mereka soal Mbah Joyo. Bletung tahu kasmun dan kawan-kawan berada di
lokasi waktu festival berlangsung. Untung saya cepat tanggap, jadi Kasmun
saya suruh menghindar. Kalau tidak repot kita. Tapi cepat atau lambat
Bletung dan orang-orangnya pasti akan datang pada kita, Kangmas.
Artinya, kita harus menyiapkan satu jawaban. Dan, jawaban untuk mereka
jelas bukan jawaban standar. Tapi, harus jawaban khusus yang cempleng.
Kita tahu, blentung tidak bisa disamakan dengan warga kebanyakan. Dia
orangnya cukup pintar.
Genggong : Aduh, aduh, betul...betul. tapi, aduhhh... kamu bilang semuanya sudah
beres tadi. Ternyata, belum. Bagaimana kalian ini? Coba kalian berpikir
dong. Apa jawaban yang tepat untuk Bletung. Jangan Tanya melulu.
Miukir, mikir! Pusing jadinya saya. Aduh, aduhhh... kumat lagi darah
tinggi saya. Buu...(KONTAN LEMAS DAN DUDUK LAGI)
Laras : (MEMIJIT_MIJIT TENGKUK GENGGONG) Sudah pak, sudah...
makanya tenang dulu, tenang...
Genggong : bagaimana bisa tenang kalau begini aduh kacau aku, pusing... mana obat
gosok, mana balsam?
Laras : begitulah keadaan suami saya. Sakit, sembuh, sakit, sembuh, sakit lagi.
Tapi, dia juga tidak kapok. Dia selalu saja ingin terlibat banyak urusan. Dia
memang pria karier, dan saya kapirah.
21
22
LAMPU BERUBAH
Sami’un : baik, kalau tidak ada sampaikan laporan mingguan resmi kalian. Cepat
karena dikejar waktu. Tugas bbaru sudah menunggu. Ini bukan saja tugas
penting, tapi juga harus segera dikerjakan.
Gubil : baik, pak. Selamat malam Bapak. Selamat malam semuanya. Laporan
mingguan resmi kali ini masih berkisar soal “iklim” dan “cuaca” dalam
masyarakat desa kita yang kian membaik. Laporan ini disusun oleh tim,
dan akan dibacakann oleh saudara Kasmun. Namun, perlu juga diketahui
yang mengetik laporan ini adalah saudara bawor dan saudara Tuji secara
bergantian selama lebih 5 jam 25 menit. Tugas saya menurut-tipp-ex
bagian yang salah ketik.(MENYODORKAN PADA KASEMUN)
silahkan, saudara Kasemun.
22
23
23
24
dianggap telah melanggar tata cara Festifal sebab ia tidak mau lagi
memakai topeng saat mengikuti Festival Topeng. Kesalahan fatal itu sudah
membuat roh suci marah. Mbah Joyo juga dianggap mengkhianati sesuatu
yang selama ini dianggap sacral.
Kasmun : bagaimana kalau mereka tidak percaya?
Sami’un : bikin mereka percaya. Itu tugas kalian!
Kasmun : bagaimana kalau mereka Tanya dari mana saya memperoleh kabar ini?
Sami’un : itu juga kalian yang harus cari akal. Tugas kalian juga, jangan Tanya.
(GUBIL TAMPAK MAU TANYA) Apa?
Mau Tanya apa, Gubil?
Gubil : tidak, Pak.
Sami’un : Bagus. Sekarang brangkatlah, laksanakan tugas kalian. Ingat, ini hanya
antara kita saja, dan Blentung tentu saja. Warga desa lain jangan ada yang
tahu soal ini. Paham?
Semua : pahammm…
Sami’un : selamat bertugas.
Jarkoni : aduh Mbakyu, saya pikir tidak datang. Saya khawatir Mbakyu tidak
menangkap isyarat saya tempo hari. Oh, kangen sekali Mbakyu…
Laras : Ah, yang betul…
Jarkoni : betul Mbakyu, mana pernah saya bohong.
Laras : kamu kan lelaki juga, Dik Jarkoni. Mana ada lelaki jujur?
Jarkoni :kepada istri saya, bisa jadi. Tapi pada Mbakyu, tidak pernah saya berlaku
seperti itu. Sungguh. Aduh Mbakyu, saya kangen bukan main. Uhhh…
Gemes saya, gemes…
Laras : terus terang Dik Jarkoni, saya sering ragu pada ucapanmu.
Jarkoni : kenapa? Apa selamanya ini saya dianggap main-main? Aduh, jangan
begitu, Mbakyu. Saya jadi tambah gemes ini.
Jarkoni : bagaimana saya tidak ragu? Di desa ini perawan mana yang tidak ingin
jadi istri keduamu?
24
25
Jarkoni : itu kan dugaan mbakyu. Tapi kalau toh betul begitu, itu urusan mereka.
Bagi saya, Mbakyu adalah segalanya. Tanpa Mbakyu, hidup saya terasa
hambar. Sungguh Mbakyu. Aduh, gemes, gemes. Kangennn… oh…
Laras : sama mas Genggong, Dik Jarkoni juga bilang seperti itu kemarin. “ kalau
kangmas sakit, saya rasanya tidak berdaya”.padahal kamu bohong kan?
Jarkoni : itu lain Mbakyu, lain. Mbakyu kan tahu, kangmas adalah orang yangselalu
merasa dirinya penting. Kalau say tidak bicara seperti itu, beliau tidak
dukung saya lagi. Itu sanjungan politis. Tapi, hubungan saya dengan
mbakyu lain. Ah, sudahlah Mbakyu. Untuk apa bicara seperti ini. Dan lagi,
saya sudah kangen betul, Mbakyu. Oh, sudah berapa hari kita tidak ketemu
berdua seperti ini? Kangen sekali rasanya…
Laras : tapi, apa yang bisa saya berikan kepadamu, Dik Jarkoni? Aku sudah terlalu
tua dan lapuk. Aku Cuma kembang kering tanpa madu. Kalau tanah, aku
tanah gersang yang lama tidak dicangkul sebab memang tidak lagi mampu
menumbuhkan tanaman apapun. Petaninya juga sudah lama ngasong
karena kehilangan minat dan semangat. Urusan syahwat sudah lama aku
tinggalkan. Maafkan aku, Dik Jarkoni…
Jarkoni : lo, Mbakyu bicara apa ini? Kapan saya pernah bicara soal syahwat dengan
Mbakyu? Saya memang mencintai Mbakyu, tapi bukan untuk urusan yang
satu itu. Saya lain mbakyu, lain. Bagi saya, bertemu Mbakyu, memandang
dan mendengarkan suara Mbakyu adalah keindahan yang jauh lebih
mengesankan daripada urusan syahwat. Saya mohon Mbakyu, jangan salah
mengartikan cinta saya.
Laras : (MALU) Oh, maafkan saya atas kebodohanku kalau begitu.
Jarkoni : lupakan, tidak perlu minta maaf. Lihat Mbakyu, bulan di atas sana. Inilah
saat yang lama aku tunggu-tunggu: menyenandungkan tembang berdua
Mbakyu di bawah cahaya rembulan. Ayo Mbakyu, ayo. Kita senadungkan
tembang apasaja. Aku pasti puas dan bahagia. Walau barangkali hanya
sekali seumur hidup melakukan ini bersama Mbakyu.
Laras : alangkah romantisnya kamu, Dik Jarkoni. Tidak kusangka. Jadi gemes
juga kangen juga.
Jarkoni : semakin dekat Mbakyu, rasanya saya semakin kuangen. Kalau saja saya
bisa setiap hari berdua Mbakyu seperti ini, alangkah indahnya hidup.
Laras : kalau begitu, kamu akan sering-sering saya temani.
Jarkoni : betul ?
Laras : betul.
Jarkoni : oh, terima kasih mbakyu. Saya merasa tersanjung. Tapi, bagaimana dengan
kangmas? Bagaimana kalau beliau tahu?
Laras : kalau kita kompak, dia tidak akan tahu.
Jarkoni : maksudnya?
Laras : kasih dia kesibukan sebanyak mungkin. Dan, sering-sering kamu datang
konsultasi supaya dia pusing. Di rumah, saya akan banyak ngomel supaya
dia gampang stress. Jadi, kita banyak kesempatan. Gampang kan?
Jarkoni : apa kita tega?
25
26
Laras : jangan munafik, ah. Saya tahu apa yang ada di hatimu. Kamu senang kan,
kalau kangmas Genggong sering sakit, tersingkir, dan kamu jadi satu-
satunya orang penting di desa ini?
Jarkoni : ah, Mbakyu. Jangan berpraduga seburuk itu.
Laras : sudahlah, tidak perlu mungkir. Saya cukup tua untuk tahu semua itu.
Jarkoni : baik-baik. Tapi kalau memang benar apa yang Mbakyu duga, apa itu
berpengaruh pada hubungan kita?
Laras : tergantung keadaan.
Jarkoni : maksudnya?
Laras : tidak perlu Tanya. Sekarang masih mau bersenandung berdua dengan saya
atau tidak? Kalau tidak, saya mau pulang.
Jarkoni : tentu.
Laras : tetapi saya mengajukan syarat.
Jarkoni : syarat? Boleh, apa persyaratanya?
Laras : kita bersenandung berdua, tapi lagunya berbeda. Itu saja.
Jarkoni : begitu? Bagaimana bisa?
Laras : jangan Tanya. Kalau tidak mau, saya pulang.
Jarkoni : baik, baik. Silahkan Mbakyu mulai.
LAMPU BERUBAH
26
27
Blentung : baik coba jelaskan lebih rinci. Bagaimana mulanya kamu mendapat
wangsit dari roh suci? Wangsit itu biasanya hanya datang pada orang-orang
suci. Apalagi wangsit dari Roh Suci. Apa kamu orang suci?
Kasmun : begini. Sejak peristiwa rebut-ribut di Festival topeng dan Mbah Joyo
hilang, saya bertapa di Bukit Wono Lawas. Saya memohon kepada roh
suci, supaya desa kita tetap selamat dari segala marabahaya. Juga,
memohon supaya Mbah Joyo segera kembali dalam keadaan selamat.
Setelah 7 hari 7 malam, roh suci itu muncul dan menyuruh saya pulang.
Roh itu bilang kepada saya betapa sampai 10 tahun sekalipun Mbah Joyo
tidak akan dipulangkan, kecuali Mbah Joyo berubah sikap. Yaitu, kembali
memakai topeng pada setiap festival. Lantas saya bilang bahwa Mbah Joyo
sebetulnya sudah capek, tap, Roh Suci malah marah sama saya. Katanya,”
Capek boleh saja, tapi aturan harus tetap ditegakkan. Tanpa terkecuali!”.
Mitro : tunggu. Dari mana mulanya kamu tahu Roh Suci itu ada?
Kasmun : Mas Mitro, Mas Blentung, sampean tahu, kami orang susah. Terikat,
prihatin, dan bertapa sudah menjadi keseharian kami. Dari situ saya tahu
dan percaya roh itu ada.
Mitro : bahwa roh suci itu ada, saya juga percaya. Tapi, roh yang lain… Rohmat,
Rohali, bukan roh suci pelindung festival topeng. Yang terakhir itu, saya
baru dengar. Dan, itu yang membuat saya tidak bisa mendengarkan bualan
ini lebih jauh. Ini rumahmu, jadi usir dia atau saya pergi.
Blentung : sabar, biar disa selesaikan dulu.
Mitro : tidak bisa saya, maaf. (KELUAR)
Kirno : maaf, Blentung. (KELUAR. DISUSUL PEANG DAN PANJUL)
Blentung : Teruskan, Kasmun.
Kasmun : terimakasih.begini lebih baik. (LEBIH TENANG) setelah itu, saya
memutuskan untuk berhenti bertapa dan pamitpulang. Tapi sebelum saya
melangkah pergi, Roh Suci sempatberpesan. Katanya, kalau mas Blentung
mau mengajukan permohonan maaf dan sanggup menjamin Mbah Joyo
kembali seperti semula, maksudnya berkenan memakai topeng lagi setiap
festival, Mbah Joyo dijamin cepat pulang.
Blentung : Kasmun, kenapa saya yang harus minta maaf? Kenapa bukan ayah saya?
Ini aneh, Kasmun.
Kasmun : ya… itu saya kurang tahu. Tapi, nanti Mas Blentung bisa tanyakan pada
Rh Suci.
Blentung : Begitu ya?
Kasmun : ya, begitu
Blentung : tapi, bagaimana cara saya biar berhubungan dengan Roh Suci? Bagaimana
dia juga tahu namaku?
Kasmun : namanya juga roh, apalagi beliau pelindung desa kita. Sudah sepantasnya
beliau tahu nama warganya. Soal bagaimana cara berhubungan dengan
beliau, saya akan bantu Mas. Jangan khawatir.
Blentung : baik, nanti akan saya pikirkan.
Kasmun : ya, baik. Kalau begitu saya permisi. Selamat malam
Belentung : selamat malam.
27
28
Kasmun : maaf, hamper lupa. Roh suci juga berpesan supaya Mas Blentung
merahasiakan berita ini kepada warga desa. Demi menjaga hal-hal yang
tidak diinginkan, katanya. Itu saja. Selamat malam.
Blentun : selamat malam.
KASMUN PERGI.
LAMPU BERUBAH
LAMPU BERUBAH
28
29
Wahyu : kalau yang saya dengar begini, parmin, Mbah Joyo hilang itu diampil sama
Roh Suci pelindung Festifal Topeng. Perkaranya, Mbah Joyo bilang sudah
capek ikut festival. Itu pantangan. Bah Joyokan Rajanya festival. Konon,
Raja apa saja tidak boleh istirahat. Tidak boleh mundur. Jadi, kita semua
warga desa harus minta maaf sama Roh Suci pelindung festival. Baru Mbah
Joyo boleh pulang.
Parmin : kita? Kita bikin salah apa? Kalau yang salah Mbah Joyo kok kita yang
harus minta maaf? Bagaimana? Ah. Sudah, sudah. Tiga orang, tiga cerita.
Pusing aku.
29
30
30
31
kalau orang bikin salah dan tidak menyadari dirinya berbuat salah, itu
celaka kasmun. Dan, itulah kalian.
Kasmun : maaf pak, saya betul-betul tidak tahu apa kesalahan saya. Mohon bapak
sudi memberitahu supaya kami bisa memperbaiki.
Samiun : begini. Kalau saya umpamakan pak jarkoni dan saya sebagai sopir….
Andong misalnya, siapa keneknya?
Kamun : kami, pak.
Samiun : lantas siapa penumpangnya?
Kasmun : warga desa ini, pak.
Samiun : nah, sekarang kalau pak jarkoni dan saya sebagai supir saja tidak berani
menjanjikan apapun pada para penumpang, bagaimana bisa kamu sebagai
kenek berani menjanjikan Mbah Joyo akan pulang?
Kasmun : o, jadi itu kesalahan saya? Ampun pak, ampun….
Samiun : bukan itu saja, masin banyak.
Kasmun : iya pak, baik pak, tapi saya tidak pernah menjanjikan apa-apa pada warga
desa. Saya bilang kemungkinan Mbah Joyo akan pulang hanya pada Mas
Blentung. Dan, saya wanti-wanti pesan pada Mas Blentung supaya jangan
mengatakan pada orang lain.
Samiun : itu juga celaka, kasmun. Jadi, kamu celaka tiga kali. Apa kamu pikir
Blentung tidak cerita pada orang lain? Siapa bisa jamin, coba?
Kasmun : saya. Saya jamin, pak.
Samiun : nah, sekarang kamu celaka empat kali. Coba sekarang kamu pasang
kuping, dengan baik-baik apa kata orang-orang. Waktu mereka mau
berangkat keladang atau sawah, coba dengar. Mereka jadi berharap, Mbah
Joyo akan segera pulang. Semua orang jadi runyam, jadi resah. Dan itu
semua gara-gara omongan kalian, kesalahan kaian. Padahal tadinya semua
tenang, sudah adem ayem.
Kasmun : bagaimana bapak tahu semua itu?
Samiun : itu tidak perlu kamu tanyakan, kasmun. Pertanyaan bodoh itu. Sekarang
aku yang mau Tanya. Kenapa kamu sebut-sebut Mbah Joyo akan pulang?
Jawab, kasmun.
Kasmun : baik, pak. Sejak saya, maksud saya, sejak Mbah Joyo hilang, saya
mendengan Mas Blentung begitu menderita. Jadi, saya bermaksud
menghibur dia dengan mengatakan Mbah Joyo bisa pulang dengan syarat
tertentu. Dan, saya pikir memang begitu. Mas Blentung orang baik pak,
saya tidak tega membohongi dia. Saya… saya tidak tega.
Samiun : tidak tega? Omongan macam apa itu, kasmun? Oh, kamu benar-benar
celaka 7 kali. Kamu pikir, aduh… tolol, tolol. Kamu pikir semua yang kita
lakukan untuk apa, hah? Kok pakei tidak tega segala? Kamu tahu,
berbohong pada satu atau dua orang untuk tujuan yang tidak jelas, bolehlah
tidak tega. Tapi, kalau kita berbohong pada semua warga desa untuk tujuan
yang baik ya… kita harus tega. Lo, iya. Kenapa tidak? Apa yang kita
akukan kan demi kebaikan warga, demi kebaikan desa. Coba pikir, apa
menurutnu bak kalau kita bicara apa adanya tapi warga lantas jadi resah?
Tokoh macam apa, saya yang tega membuat warganya resah? Tolol,
tolol….
31
32
Kasmun : ampun, pak. Saya mengaku bersalah kalau memang harus dihukum,
hukumlah saya. Saya rela.
Samiun : memang harus rela. Orang bersalah masa tidak rela dihukum. Tapi, biar
Pak Lurah yang mengurus ini. (MEMANGGIL LURAH JARKONI YANG
ADA DILUAR) pak lurah, silakan masuk. Ini bagian sampeancapek juga
marah-marah.
Jarkoni : kalian tahu, saya orangnya tidak tegaan. Jadi, hukuman untuk kalian
kapan-kapan saja. Sebaiknya kalian puang, istirahat. Jangan lupa, temui
pak samiun kalau hatinya sudah lega. Lalu, minta maaf. Siapa tahu dia
berupah sikap dan tidak marah lagi pada kalian.dengan begitu tidak perlu
ada hukuman buat kalian.
Kasmun : baik pak lurah, terimakasih. Kami merasa ….
Jarkoni : sudah … sudah… sebaiknya kalian pulang, istirahat. Banyak tugas
menanti.
Kasmun : selamat malam, pak.
Jarkoni : selamat malam!
LAMPU BERUBAH
Kasmun : (MENANGIN) tidak tahan aku, Tuji, bawor. Tobat aku, tobat.
Tuji : tenang kasmun… sabar. Pak jarkoni kan sudah bilang, kalau samiun sudah
tidak marah kita bisa menghadap. Dan, masalah selesai.
Kasmun : ini bukan soal dimarahi, samiun. Tapi saya sudah membohongi Mas
Blentung, memboohongi semua warga desa. Saya, bahkan sudah
membohongi diri-sendiri. Sudah jadi penghianat, saya. Apa guna seorang
penghianat? Apa guna saya hidup? Malu aku, gubil, malu bawor….
32
33
Bawor : yang malu bukan Cuma kamu, kita semua malu. Tapi apa daya, kita Cuma
korban! Tapi omong-omong, kenapa kamu mesti bohong sama Mas
Blentung, kasmun?
Gubil : malah Tanya? Kan kamu sendiri yang waktu itu usul. “turuti saja apa
maunya samiun. Tunggu saat yang tepat baru kita lawan dia,” begitu
katamu.
Bawor : bukan itu. Maksudku, kenapa kasmun mengatakan pada Mas Blentung
bahwa Mbah Joyo akan pulang dengan syarat tertentu?
Tuji : kan sudah kubilang, kasmun tidak tega melihat Mas Blentung. Makanya,
dia sedikit kasih harapan.
Bawor : oo, ya, ya. Betul juga sih itu. Samiun saja yang gendeng. Semua ini gara-
gara dia. Terus, menurutmu kapan waktu yang tepat bagi kita untuk
melawan si gendeng itu?
Gubil : malah Tanya lagi. Sudah, jangan banyak omong. Lebih baik kita pulang
supaya kasmun bisa istirahat.
LAMPU BERUBAH
Jarkoni : tidak apa Mbakyu, sayalah yang minta maaf karenabertamu malam-malam
begini.
Laras : ada yang penting?
Jarkoni : tentu, Mbakyu. Kangmas?
Laras : ya sudah tidur dari tadi. Mana pernah tidur lewat jam 9. Tidak apa saya
bangunkan nanti.
Jarkoni : oh, tidak perlu. Malah kebetulan saya ada perlu sama Mbakyu.
Laras : begitu?
33
34
LAMPU BERUBAH
34
35
Genggong : bu
Laras : (DIDAPUR) ya, ya… sebentar (MUNCUL MEMBAWA THE) saya kira
belum bangun baru mau dibangunkan
Genggong : kenapa tidak coba kamu banhgunkan, tidakperlu mimpi aneh-aneh saya.
Laras : mimpi aneh-aneh bagaimana?
Genggong : ya pokoknya aneh. Belum pernah saya mimpi seperti tadi saya khawatir
ini isyarat buruk untuk desa kita. Saya mesti cerita sama jarkoni
secepatnya.
Laras : isyarat buruk bagaimana?
Genggong : nanti saja saya ceritakan kalau ada jarkoni
Laras : itu Ada Dik Jarkoni baru datang ia lagi kekamar kecil
Genggong : ada? Mana? Tumben pagi-pagi.
Laras : ada yang penting, katanya.
Jarkoni : (MUNCUL) selamat pagi, kangmas.
Genggong : ah kebetulan jarkoni. Saya baru mau suruh orang panggil kamu. Ada yang
penting untuk kamu dengar, jarkoni. Anu saya baru mimpi aneh. Belum
pernah saya mimpi seaneh ini mudah-mudahan bukan isyarat buruk untuk
desa kita.
Jarkoni : aneh bagaimana to mas?
Genggong : dalam mimpi, desa kita kebanjiran .coba, apa masuk akal desa di
pegunungan kena banjir? Banjir dari mana? Anehnya lagi seluruh
penduduk desa tidak ada yang saling menolong. Semua orang Cuma sibuk
menyelamatkan diri sendiri. Semua.bahkah kamu bu, kamupun tidak mau
menolong saya padahal saya berteriak sekuat tenaga minta tolong. Lebih-
lebih kamu, jarkoni . kamu malah tertawa keras dan sama sekali tidak
menyalurkan tangan waktu air mulai menenggelamkan saya . dan tidak
lama kemudian kamu sendiri tenggelam. Nggeri, ngeri…
Jarkoni : aduh. Jadi, jadi…(MENDADAK MENEMUKAN AKAL) kalau begitu
sama, Kangmas. Saya juga mimpi seperti itu, persis.
Genggong : (KAGET) Begitu?kapan kamu mimpi?
Jarkoni : tadi, menjelang subuh.itu sebabnya saya langsung kemari. Buru-buru
ingin cerita pada kangmas.
Genggong : ah, jadi isyarat buruk apa ini?
Laras : jangan beranggapan buruk dulu, Pak. Mimpi kan bisa saja cuma
kembangnya orang tidur.
35
36
Genggong : ini lain, Bu. Firasat saya mengatakan ini hal yang buruk. Menurutmu
bagaimana, Jarkoni?
Jarkoni : soal mimpi, Kangmas pasti lebih tau. Yang jelas, belakangan ini kalangan
warga desa memang sedang tersiar “banjir berita” yang tidak enak
didengar. Konon mereka percaya betul Mbah Joyo akan segera pulang.
Jadi, mereka sedang merencanakan semacam upacara penyambutan untuk
kedatangan Mbah Joyo.
Genggong : begitu? Bbuset. Dari mana mereka percaya kalau Mbah Joyo akan
pulang?apa mereka tahu di mana Mbah Joyo berada? Ada-ada saja. Gila.
Jangan-jangan ada diantara kita yang bocor mulut.
Jarkoni :sepanjang yang saya tahu, tidak, Kangmas.
Genggong : tapi, sebaiknya hati-hati. Bukan soal harapannya saja yang saya
khawatirkan. Tapi, juga akibatnya. Orang kalau punya harapan – apalagi
harapan yang muluk – kemudian harapan itu tidak terkabul, bisa patah hati.
Lalu, orang itu bisa aneh-aneh dan resah terus-menerus. Bisa repot. Siapa
yang repot? Ya kita-kita, para tetua desa.
Jarkoni : betul, Kangmas. Dan, memang begitulah kelihatannya.
Genggong : terus, apa upayamu?
Jarkoni : saya belum tahu, Kangmas. Itu sebabnya saya datang.
genggong : aduhhh…jangan dibiasakan menyebut kata-kata itu. Belum tahu, belum
tahu. Harus tahu dong. Cegah, cegah, segala tetek bengek rencana upacara
penyambutan itu.
Jarkoni : kelihatannya sudah terlambat, Kangmas. Mereka sudah mulai bergerak.
Genggong : bagaimana bisa begitu?
Jarkoni : saya tidak tahu.
Genggong : setop kata tidak tahu itu. Setop!
Jarkoni : maaf Kangmas, begitulah kenyataanya. Kita memang bakal repot.
Terutama, Kangmas sebagai ketua panitia Festval Topeng. Mereka bilang,
kalau sampai Mbah Joyo tidak pulang, mereka akan menuntut Kangmas.
Gengong : apa? Menuntut saya? Berani betul mereka bilang begitu!
Jarkoni : begitulah yang saya dengar. Dan katanya lagi, kalau sampai Ketua Panitia
tidak….
Genggong : cukup,cukup, setop! Aku tidak mau dengar lagi apa kata warga. Aduh,
mana air putih? Bu, tolong air putih…
Laras : (DINGIN) sukses kamu Dik Jarkoni, sukses kamu. Tapi, seharusnya tidak
perlu sekeras itu. Tidak kusangka, dibalik skapmu yang lembut tersimpan
kekejaman yang luar biasa.
Jarkoni : saya capek, mbakyu. Terlalu lama saya menjadi baying-bayang kangmas.
Maafkan saya. Capek saya. (Menangis
LAMPU BERUBAH
36
37
WARGA DIAM
37
38
Sami'un : hati-hati bicara, Kirno . kalau kedengaran Lurah Jarkoni, kedengaran Mas
Genggong, kedengaran semua staf kelurahan, habis kalian.
Peang : perasaan takut kami sudah habis. Tidak takut.
Panjul : kami sudah bosan takut.
Sami'un : jangan bilang kami, Peang, Panjul . siapa ‘kami’? jangan bawa-bawa
orang lain. Katanya, inisiatif sendiri-sendiri!
Warga : betul! Kami memang tidak takut. Kami sudah bosan takut.
Sami'un : (KEPADA PARA CENTENG) Hei, tangkap mereka!
Kirno : (MAJU) apa salah kami? Kami datang ke sini untuk menyambut Mbah
Joyo, tetua desa ini, orang yang selama ini kami hormati. Apa hakmu
melarang? Kami tidak berbuat salah. Kamu yang salah kalau menganggap
kami salah.
Sami'un : baik. Tapi, apa kalian tahu dimana Mbah Joyo ? apa kalian pikir Mbah
Joyo sedang piknik? Sedang naik haji? Kokpakai disambut segala. Mbah
Joyo hilang atau pulang itu bukan urusan kita. Tapi, wewenang roh suci
pelindung festival topeng. Roh suci yang mbaurekso desa kita.
Kirno : bohong. Tidak ada itu roh suci pelindung festival topeng. Kami tidak
percaya omonganmu.
Warga : betuuuulll. Sami'un pembohong.
Sami'un : setan kamu, Kirno , setan semua! Roh suci akan marah dan kalian semua
akan celaka. Kalian akan terima akibatnya nanti. Kalian bisa kualat!
KASMUN : cukup, pak samiun. Sandiwara sudah selesai semua warga sudah tahu akal
bulus sampean.
Sami'un : (SANGAT KAGET) Kasmun? Apa maksudmu? Berani betul kamu bicara
begitu.
JARKONI MUNCUL.
Jarkoni : kasmun betul kang samiun. Sandiwara sudah selesai. Mbah Joyo orang
baik dan kita tahu semua warga desa mengharapkan beliau pulang tidak
ada alasan lagi menahan beliau lebih lama pulang
Sami'un : (MENARIK Jarkoni KE SUDUT) tapi dia melanggar aturan.
Jarkoni : betul. Tapi, bukan bearti boleh memperlakukan Mbah Joyo sewenang-
wenang itu juga melanggar aturan
Sami'un : kamu mau menghianati mas genggong? Menghianati saya?
Jarkoni : saya melakukan apa yang menjadi tuntutan warga desa. Saya lurah.
Sami'un : kamu tidak jadi lurah tanpa dukungan saya dan mas genggong.
Jarkoni : dulu ya. Tapi, sekarang pasti berbeda semua tahu nanti Mbah Joyo pulang
karena upaya saya. Dan, warga pasti akan terus mendukung saya.
Sami'un : warga sudah tahu, kamu terlibat penahanan Mbah Joyo!
Jarkoni : itu tidak masalah. Warga juga tahu saya yang membebaskan Mbah Joyo.
Jadi, impas.
38
39
Sami'un : tapi, warga juga tahu kamu sudah melindungi orang yang melanggar
aturan. Lurah macam apa itu? Warga tidakakan suka.
Jarkoni : semua warga berpihak kepada Mbah Joyo. Jadi, aturan itu akan saya ubah.
Aturan kan dibikin berdasarkan kebutuhan. Namanya boleh saja festival
topeng, tapi kalau warga ingin tidak selalu pakai topeng pada setiap
festival, ya boleh saja. Jangan dipaksa. Wajah kita kan topeg juga. Susah
amat.
Sami'un : setan kamu, Jarkoni . pengkhianat! Sialan!
Jarkoni : sekali lagi, saya melakukan apa yang menjadi tuntutan warga. Saya lurah,
pemimpin. Dan, sampean selalu bilang pemimpin tidak boleh lemah, harus
tegas, dan harus berani mengambil inisiatif. Ingat itu.
Mbah Joyo : tungu, saudara-saudara! Stop! Jangan diteruskan, tida oleh begitu.
Lepaskan, lepaskan dia.
Kasmun : dia yang menyuruh orang untuk menculik mbah joyo. Dia layak mendapat
hukuman.
Warga : lo? Mbah, apa kabar? Sehat, mbah?
SEMUA WARGA MAU MENDEKAT KEPADA Mbah Joyo , TAPI URUNG KARENA
ORANG TUA ITU MELANJUTKAN BICARA MENJAWAB KASMUN.
Mbah Joyo : kabar baik, sehat-sehat…Kasmun, dari mana kamu tahu Sami'un yang
menyuruh orang untuk menculik saya?
Kasmun : dia yang menyuruh saya bohong pada semua warga. Yang melarang
warga menyambut kedatangan Mbah Joyo, juga dia.
Mbah Joyo : itu baru dugaan. Wong saya yang di culik saja, tidak tahu siapaa yang
menculik!
Bawor :cirri-ciri penculikanya bagaimana, Mbah? Sebutkan! Biar saya gantung!
Gubil : sebutkan Mbah, biar saya habisi sekarang juga!
Mbah Joyo : cirri-cirinya? Ia tidak tahu, orang saya dikrudungi sarung. Ee, itu Sami'un
lepaskan dulu. ayo.
BARU SAMIUN DILEPAS.
39
40
Mbah Joyo : tnggu saudara-saudara jangan keburu nafsu. Sabar. Dalamkeadaan begini,
kita harus tenang harus berfikir jernih. Kalau tidak keadaan akan lebih
kacau. Desa kita sejak dulu ayem tenteram tidak pernah rebut-ribut. Soal
saya tidak mau pakek topeng saja kok diributkan apa salahnya orang tidak
mau pakek topeng? Toh masih banyak lagi orang yang memakai topeng,
wajah kita pada dasarnya juga topeng-topeng , jadi apa bedanya kita pakai
topeng atau tidak? Hidup jangan dibikin susah. Soal tangkap-menangkap,
culik-menculik, juga jangan di biasakan. Itu tidak bagus. Perbedaan
pendapat itu biasa.jangan kata dengan tetangga, dengan teman atau
saudara, dengan anak dan istro saja bisa beda pendapat. Bahkan, hati dan
pikiran kita saja serin beda kemauan. Jadi,apa salahnya perbedaan? Hidup
jangan dibikin susah. Oaring yang berniat jahat, pada akhirnya akan
ketahuan. Dan, alam akan menghukumnya. Jadi, jangan repot-repot. Tidak
perlu balas dendam. Nanti jadi geger terus-terusan. Itu tidak bagus.
Lihat ini, saya sehat walafiat. Lahir batin. Tidak terluka sedikitpun.
Percayalah . nah, saya lihat kalian ada yang bawa tumpeng. Ayo ,kita
makan. Sudah lama saya tidak makan enak. Ayo ,tunggu apa lagi? Ayo
jarkoni, miun, Kasmun, mitro, Blentung, kirno. Ayo semua makan, nanti
kita bicara lagi.
40
41
PEMAKAMAN. SIANG.
JENAZAH MAS GENGGONG SUDAH DIKUBUR.
MBAH JOYO MEMBERI SAMBUTAN.
Mbah joyo : Saudara sekalian, hari ini kita kehilangan salah seorang warga terbaik kita,
tokoh yang kita hormati dan kita cintai. Kepergian saudara Genggong,
seolah menjadi puncak duka cita atas apa yang terjadi di desa kita akhir-
akhir ini. Sungguh sangat disesalkan. Semasa hidupnya, saudara Genggong
banyak berjasa untuk desa kita. Beliau lama menjabat lurah, bekerja keras
membangun desa kita. Bahkan setelah memasuki masa pensiun, beliau
tetep penuh perhatian dan tetap cawe-cawe demi kemajuan desa kita.
Sebagai manusia biasa, Saudara Genggong tentu tidak luput dari kesalahan.
Marilah kita memaafkan semua kesalahan dan kekhilafan Almrhum. Agar
Almarhum berangkat dengan tenang dan mendapat tempat yang layak di
sisi-NYA. Semoga kita yang di tinggalkannya, juga tabah dan senantiasa
sehat.
Warga : Amiinnn…
Mbah joyo : Hari sudah sore, mari kita pulang. Saudara-saudara pasti capek. Saya juga
capek. Kita baru saja melewati hari-hari yang buruk. Kita harus beristirahat
dan menenangkan pikiran. Musim kemarau dan paceklik kelihatanya masih
panjang. Kita harus melakukan banyak upaya agar anak-istri tidak
kelaparan.
SEMUA PERGI.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN DUA PULUH EMPAT
SEBUAH TEMPAT. BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN. MALAM
KASMUN, BAWOR, GUBIL, DAN TUJI SEDANG KONGKO. MALAM SUDAH LARUT
DAN SEPI. MEREKA NGOBROL-NGOBROL NGIDUL.
Gubil : ah, sepi sekali rasanya . Sejak peristiwa geger itu, orang jadi jarang
ngumpul. Kira-kira tahun depan masih pada mau ikut vestifal Topeng lagi
nggak ya?
41
42
Gubil : Masa Gubil jadi centeng, jongos? Gengsi dong… mendingan deket-deket
Jarkoni, siapa tahu disuruh menggarap sawahnya. Syukur-syukur diangkt
jadi staf keseluruhan. Lumayan dapat gaji bulanan, dapat gaji bulanan,
dapat baju seragam kantor, terus di lirik perawan desa. Ya nggak, Kasmun?
Kasmun : Sederhana betul mpianmu. Dsar anak kampung.
Gubil : sialan. Memang apa impian kamu? Pergi ke kota, jadi kuli bangunan? Itu
lebih kampung lagi.
Kasmun : saya mau masuk partai.
Tuji : apa? Tidak salah dengar, Kasmun?
Kasmun : masih ingat waktu kita mengumpulkan warga desa di tanah kosong Marto
Pacul, di lor desa.
Semua : Ingat
Kasmun : Nah, itu modal saya masuk partai. Pidato saya jauh lebih baik dan
didengar orangan daripada pidato Lurah Jarkoni. Jadi, saya bukan boneka.
Dan kamu tidak salah dengar, Tuji.
Tuji : cukup… masuk partai Cuma modal pidato?
Kasmun : yang lain-lain bisa dipelajari sambil jalan. Orang lain malah banyak yang
tidak pakai modal.
Bawor : apa untungnya masuk partai?
KAsmun : lewat wartai, kita bisa punya kekuasaan di tangan, kita bisa bikin
keputusan. Artinya, kita bisa menangkap orang macam Sami'un, Jarkoni,
Genggong…
Tuji : Ssttt… jangan bawa-bawa orang yang sudah meninggal. Main tangkap,
Mbah Joyo bilang tidak juga tidak baik…
KAsmun : Mbah Joyo memang baik. Tapi kelewat baik, juga tidak baik.
Bawor : Maksudnya?
KAsmun : (BERGAYA POLITISI DI MIMBAR) saudara-saudara sekalian, hukum
harus ditegakkan! Mari kita membangun demokraso. Kita ciptakan
pemerintahan yang bersih. Kita ciptakan masyarakat yang adil dan
makmur. Kita harus membangun ekonomi yang sehat. Kita berantas KKN.
Kita bisa, kalau kita mau.
Tapi maaf saudara-saudara, malam sudah larut. Waktu saya terbatas.
Pertemuan saya akhirnya sampai di sini. Besok banyak tugas lain menanti.
Sampai bertemu pada rapat mendatang. Selamat malam. (PERGI).
Tuji : Buset…
Gubil : Bisabegitu?
Bawor : Edan…
SEMUA PERGI
LAMPU BERUBAH.
42
43
Orang ke-1 : Wah, meriah betul. Ini lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya.
Orang ke-2 : ya, pesertanya juga paling banyak.
Orang ke-3 : kalau tidak, percumah dong. Tahun ini sumbangan kita juga paling
banyak.
Orang ke-4 : Kasmun, hebat kamu. Topengnya banyak betul. Coba dari dulu ikut
festival kamu pasti menang.
Orang ke-5 : ya, topeng kamu bagus-bagus, Kasmun. Tapi, kelihatanya galak-galak.
Orang ke-1 : ya, galak sekali.
Kasmun : biar galak, asal menang.
Mitro : Jaman apa ini, Blentung? Semua orang ingin jadi pemain.
Blentung : zaman berubah, semua berubah. Panggung festival topeng memang penuh
magnet. Disana orang mendapat sorotan, tepuk tangan, dan pujian…
Mitro :… sekaligus makian.
Blentung : dan, kita tetap disini sebagai penonton.
Mitro : Setelah ayahmu pensiun, rasanya kamu pantas ikut.
Bllentung : Begitu? Ah, aku baru mau bilang.
Mitro : betul?
Blentung : Betul. Sebagai keluarga donator turun temurun, rasanya kamu juga pantas
ikut
Mitro : Begitu? Ah, aku baru mau bilang.
Blentung : Betul?
Mitro : Betul.
43