Anda di halaman 1dari 7

KIDUNG SUNYI

Rudolf Puspa

Apabila ingin memainkan naskah ini, silahkan menghubungi penulisnya, Rudolf Puspa untuk
meminta izin.
Email: pusparudolf@gmail.com. WA: 081310678865
KIDUNG SUNYI
rudolf puspa

SEBUAH RUANG TERBUKA. DIMANAPUN PENGGARAP BEBAS MENENTUKAN.


RIMBUN PEPOHONAN ATAU GERSANG DAN MEMUNGKINKAN JUSTRU BAGAI
PADANG ALANG2 ATAU RUMPUT ATAU PASIR. SEMUA TERSERAH IMAJINASI
PENGGARAP NASKAH INI. ATAS NAMA KEBUTUHAN ACTING TERSEDIA
BENDA YANG BISA BERMANFAAT SEBAGAI TEMPAT DUDUK. BISA BATU,
AKAR POHON BESAR, DRUM, BANGKU PANJANG. YANG PENTING MEMILIKI
KESAN SUNYI YANG MENGENDAP ENDAP YANG MENDUKUNG SUASANA
BATIN SANG TOKOH CERITA.
WAKTU KEJADIAN PAGI HARI SETELAH BULAN MEMASUKI RANJANGNYA
DAN MATAHARI MENGGANTIKAN MEMANCARKAN SINAR WAJAH YANG
TERANG.
SEJUKNYA UDARA MALAM MASIH TERASA SEHINGGA SELIMUT, JAKET ATAU
SEBANGSANYA PENGHANGAT TUBUH MASIH PERLU DIPERTAHANKAN
HINGGA NANTINYA TENTU AKAN LEPAS KETIKA SINAR MENTARI MULAI
TERASA MENYENGAT KULIT TUBUH.

SESEORANG DALAM CERITA INI BISA WANITA ATAU PRIA YANG TELAH
BERUMUR DIATAS 70 TAHUN SEDANG TIDUR. BISA TELENTANG BILA ADA
BANGKU PANJANG. BISA DUDUK BERSANDAR JIKA HANYA ADA BATU YANG
TIDAK BISA UNTUK TIDUR TELENTANG. BEBAS BENTUK TERGANTUNG SET
PROP YANG ADA TERSEDIA. YANG PASTI TIDUR DALAM BENTUK
MENGESANKAN UDARA SANGAT DINGIN NAMUN SUDAH TERBIASA.

PAKAIAN YANG DIKENAKAN BISA TRADISIONAL ATAU MODERN BAHKAN


SUREALISTIK ATAUPUN ABSTRAK TERSERAH IDE ATAU GAGASAN
PENGGARAP CERITA INI.

HANDPROP YANG DIPERLUKAN ADALAH TONGKAT DAN TAS YANG CUKUP


BESAR BERISI MAKANAN DAN MINUMAN.

ILUSTRASI BUNYI DIBERIKAN UNTUK MENDUKUNG SUASANA PAGI CERAH


INDAH YANG MERANGSANG UNTUK TERBAWA ARUS GERAK TARI NAMUN
TERBERSIT RASA SUNYI YANG SEOLAH TIADA AKHIR.

CATATAN:
PERLU DIPERHATIKAN TEKNIK PERGANTIAN MENJADI PERAN DAN PEMAIN
HARAP TIDAK HANYA SATU WARNA. SEMAKIN KREATIF AKAN MENEMUKAN
BANYAK BENTUK. DEMIKIAN PULA BENTUK FISIK, GESTURE, WARNA VOKAL,
LAGU UCAPKAN DIALOG PERLU EXTRIM PERBEDAAN SANG PERAN DAN SANG
PEMAIN.

1. SESEORANG:
SEBAGAI PERAN BANGUN MENDADAK LANGSUNG MENARI MENGIKUTI
IRAMA MUSIK. UJUT TARIAN TENTU SAJA HANYA GERAK2 LEPAS
BEBAS YANG TIDAK TERKESAN SEBUAH KOREOGRAFI. BEBERAPA
SAAT MENARI TIBA2 TERHENTI. STATIS.
2. SEBAGAI PEMAIN KELUAR DARI PERANNYA DAN BERBICARA KE
PENONTON.
Lho lho lho….. kenapa jadi menari? Kan ceritanya dia (MENUNJUK PERANNYA
YANG DITINGGALKAN TADI) kan sedang tidur. Sudah lewat 70 tahun umurnya.
Lalu di naskah dikatakan ia bangun menggeliat dan………… waaaah kenapa jadi
menari? Wah keluar dari naskah ni. Kalau sepakbola out…. Keluar garis…..
heheheh.
Jadi siapa yang salah ya? Ntar kucari dulu. Mikir dulu. Kalau terjadi kesalahan pasti
harus dicari apa salahnya kan? Dan umumnya nggak mau cari dalam dirinya. Siapa
sih yang mau menyalahkan diri sendiri? Pasti dicari diluar dirinya. Nah aku pilih
ikuti saja cara umum ini ya. Mikir mikir mikir….. naaa ketemu. Musiknya terlalu
kenceng volumenya sehingga merangsang yang mendengar untuk bergerak……
hehehe jelas kan bukan salahku? Tapi musik ya nggak salah juga…. Berarti yang
memainkan volume yang….. naaaaa ketemu dah…… dan untuk kedamaian bersama
anggap saja kesalahan kecil yang tak berarti. Bisa dimaafkan. Na ini kadang
memaafkan itu betapa sulitnya. Apa hanya waktu lebaran saja saling berkata maaf
lahir batin? Ah jadi bahasan lain kali sajalah. Jadi berarti harus diulang dari awal.
Setuju ya? Sekali lagi semuanya setujuuuuuuuu ?
(DENGAR JAWABAN PENONTON DAN SEMOGA SAJA DIJAWAB SETUJU.
JADI PANDAI2LAH MENGARAHKAN PENONTON. KALAU SAMPAI BEDA
YA HARUS BISA IMPROV HINGGA PENONTON SESUAI HARAPAN
PEMAIN)
Wow jawaban yang kereeeen. Inilah indahnya apa yang disebut musyawarah. Itu sila
keberapa? Naaa pada tau ternyata. Sayangnya sering ter atau dilupakan. Nah itu
masalahnya. Akibat apa coba? Ya akibat dipilihnya paham d e m o k r a s i. Paham
yang punya senjata ampuh yakni voting. Akhirnya yang penting ngumpulin jumlah
terbanyak. Walau jagoannya maling kalau ternyata jumlah pemilih menang ya
terpilihlah si maling itu. Itu bedanya dengan musyawarah. Satu aja masih belum
menerima maka akan terus dimusyawarahkan, didiskusikan hingga mencapai mufakat
atau kesepakatan. Jadi ada penilaian yang mendalam baik buruk, benar salah, bersih
kotor.
3. CEPAT SEKALI KEMBALI KE PERAN.
Hehehehe…… pagi pagi sudah ngomong politik. Sudahlah yang impor2 itu
kembalikan saja. Gali hasil bumi sendiri kan banyak yang mulia dan matang. Sudah
menjadi roh bangsa turun temurun. Justru bila perlu exspor untuk kedamaian
dunia……. Aneh ya…… roh kok impor? Kalau impor beras, gula, bawang merah
putih, garam masih bisa dipahami…….Hehehehe….. kerjanya ringan…. Cari keluar
lalu transaksi beres, jual sudah dengan ambil untungnya, pengeluaran transport, uang
tip sana sini, uang hadiah, uang tau sama tau hahahaha……. Hus hus kenapa jadi
terbawa arus bicara politik?
4. KEMBALI KELUAR DARI PERAN
Hahahahahahaaaa…… hidup kita ini tak pernah sepi dari politik bahkan kadang
sudah seperti memamah biak saja kaya sapi. Jadi kembali ke yang sudah kita mufakati
tadi yakni kembali ke awal…….. Maaf atas ketidak nyamanan tadi wahai penonton
yang saya banggakan. Terima kasih telah turut menyelesaikan problem dengan cara
yang mulia yakni musyawarah. Oke.ayo kembali keperanku…….
5. JADI PERAN JALAN MENUJU TEMPAT AWAL. TIDUR PERSIS YANG
SUDAH DILAKUKAN DI AWAL TADI.
6. SUARA PEMAIN
Musik tariiiiik.
7. (MUSIK MULAI DARI AWAL. SANG TOKOH KEMBALI TERBANGUN.
MENGGELIAT. MELIHAT SEKELILING. MASIH TERASA DINGIN.)
Selamat pagi. Selamat pagi orang2. Selamat pagi panggung kehidupan. Aaaaah pagi
lagi pagi lagi. Perputaran waktu dari awal dunia diciptakan hingga detik ini masih
sama. Pagi siang sore malam lalu pagi siang sore malam lalu…….. berulang dan siapa
yang peduli. Tak ada debat diskusi soal waktu yang sudah dan sedang serta akan kita
jalani. Tapi coba sebut sarapan, makan siang, nyamikan sore, makan malam ? Barulah
muncul berbagai pertanyaan. Makan apa, dimana, dengan siapa, masih ada uang atau
ngutang lagi dan datang hari gajian bayar utang lalu dompet kempes lagi dan ngutang
lagi. Harga2 naik ributlah kita. Demo berjilid2 terjadi. Kadang membosankan karena
tiap jilid gambar komiknya sama. Ngak kreatif. Kalau ngarang komik itu ya harus
punya kemauan untuk berinovasi, berexperimen, hingga terwujut gambar2 yang indah
dan menyenangkan berbagai pihak……… (TIBA2 TERTAWA) …… hahahaha….
Kalau komiknya indah menyenangkan wah itu bukan demo namanya. Demo itu perlu
yang tegang, teriak2, bahkan hingga kasar, keras, lempar2an batu, bom molotov, siap
dengan parang, clurit, panah dan aneka ragam alat perang. Lho apa bedanya demo
dengan perang?
8. KELUAR DARI PERAN
Sssst tenang tenang. Maaf ini sang tokoh kita kalau dibiarkan ngoceh weleh weleh
makin berbahaya. Janjinya kan cerita ini yang bikin enjoy, bikin hati ketemu hati dan
bertepuk gembira. Sesuai selera penonton. Mangan ora mangan asal mangan…….
9. KEMBALI KE PERAN
Hoeeeee…… nyinyir aja kerjaan. Apa salahku ha? Telah merugikan apa aku ha? Apa
kehadiranku mengganggu ha? Ha ha ha ha hahahaha ha? Belajar dari penyair Chairil
Anwar yang mati muda. “Hidup sekali berarti sesudah itu mati”. Jadi karena kita
hanya tau akan mati tapi tidak tau kapan maka jadikan hidup kita berarti. Tapi dengan
cara positif. Positif dalam arti baik lho. Kan ada arti positif yang buruk yakni covid
19. Kalau test kehamilan dinyatakan positif naaa itu kabar gembira. Itupun bisa berarti
buruk bagi yang karena kebablasan bercinta jadi hamil. Sibuklah cari ahli untuk
aborsi.
Kadang persoalan hamil ini aneh2. Ada yang sudah melewati aturan resmi yang sah
namun sampai bertahun2 tidak juga positif; bahkan ada yang seumur hidup. Apa
nggak kesel baca berita remaja asyik asyuk berduaan eh nafsu menguasai kedua belah
pihak dan terjadilah mual2 muntah di bulan depannya dan……. Positif yang tak
diinginkan.
Ku berpikir jauh dan bertanya dalam hati dimana letak keadilannya? Bingung juga
sebab yang sering kulihat yang disebut adil dalam berperkara jika hakim memutuskan
menang bagi dirinya. Kalau lawannya yang menang katanya itu hakim berpihak dan
ah pokoknya salah aja. Hahahaha sedih ya…. Ini logika berpikir ajaran dari mana?
Atau karena telah hilang pelajaran logika di sekolah? Ah entahlah. Ntar kasi pendapat
di cap nyinyir aja…… seperti berita2 di medsos jika diikuti 24 jam isinya
pertandingan nyinyir sampai sukar mencari sebaris kalimat saja yang menyejukkan
hati. Seperti hujan batu aja dijalanan dan jika dikendalikan bisa kena juga tu si
pengendali dan kalau agak keras dikit wao kena nyinyiran habis.
Duh sekolahnya dimana ya kok tiba2 pada pinter2 nyinyir dan kalau ditangkap nangis
deh katanya ngak sengaja, ngak ada niat jahat dan seterusnya. Kalau begitu nyinyir itu
termasuk apa ya….. barangkali bagai angin puting beliung yang membawa arus
sehingga semua terkena kebawa arus nyinyir si puting beliung dan hahaha sukar
menjelaskan ya…… ya sudah pokoknya begitulah yang sering terjadi…… lalu apa
solusinya? Maka pembicaraan jadi sepi masing2 tak punya jawaban. Coba ada yang
tau jawabannya? Ayo ada yang tau? Coba naaa itu kawan kita tampaknya seperti
pemikir yang sering jadi nara sumber di acara nato televisi; no action talk only. Ayo
kemari kita berbincang. Ah takut ya dengan istilah bincang, diskusi? Kita ganti….
Yuuuk ngrumpi. Nah ini lebih pasaran dan tak perlu tanggung jawab. Namanya juga
ngrumpi yang kayaknya cuma kita memiliki budaya ini. Ngobrol ngalor ngidul tak
ada ujung pangkal. Apalagi ngomongin sesuatu atau orang yang sama kita nggak
suka…… wow asyik dan nikmat banget. Mari mari kawan……..
10. KELUAR PERAN
Wah ini ide brilian. Padahal mungkin bosan aja ngomong dari tadi sendirian aja.
Memang berdialog itu salah satu kebutuhan manusia barangkali. Bagus. Naaaa ayo
anda menemani kami… eh ya kami…. Saya dan peran yang saya mainkan. Jadi
memang ada dua peran dalam diriku. Istilah kerennya peran ganda……. Apakah itu?
Tanyakan pada rumput yang bergoyang…… kata Ebiet……… Oke……. Ayo ayo…
(AJAK SATU ATAU DUA TERSERAH KESIAPAN ANDA SEBAGAI PEMAIN)
Naaaa anda pasti termasuk pembaca medsos yang aktif. Nikmat banget ya? Kalah ya
makanan resto yang paling mahal? Jadi yang saya tanyakan adalah begini. Misalnya
stop buka medsos. Jangan baca medsos. Sanggupkah? Atau malahan ada rasa
kehilangan pasangan hidup. Hilang nafsu makan. Hahaha kok seperti penyakit cinta
saja. Oke. Kita ambil logika positifnya saja. Siapa tau bisa tak ada gangguan logika
berpikir. Siapa tau jadi merasakan misalnya nggak ada untungnya buat kita ngikuti
berita, diskusi, debat yang hanya otot2an masing2 merasa benar sendiri. Yang dipakai
ilmu “pokoke” ya repotlah. Heheheh sering kasihan tu lihat polisi siber yang kerjanya
melihat membaca cuitan2 di medsos. Apa nggak pedes tu mata tambah telinga dan
hati? Untungnya mereka kerja itu digaji…….
11. KEMBALI KE PERAN
(NYLETUK AJA)
Lha aku siapa yang menggaji? Lha rumah aja aku di ruang terbuka yang sepi begini?
Sendirian, coba kalau terjadi apa-apa……. Hehe suka geli setiap dengar orang
bilang…. Eh hati2 ntar kalau ada apa-apa. Jangan kesitu bisa kena apa apa. Kok
makan itu bisa apa apa lho. Hehehehe…. Apa apa itu apa sih? Heeeeeh.
12. KELUAR PERAN
Haaa sudahlah lupakan….. itu bagian ahli bahasa saja. Kan selalu mereka bilang
pakailah bahasa yang baik dan benar. Naaaa yang bagaimana itu? Pernah dengar
disekolah atau dimana tempat yang mengajarkan baik dan benar itu yang bagaimana
sih? Heheh aku ingat temanku penyair Sutardji Calsum Bahri mengatakan yang baik
dan benar itu ya yang dingerti orang yang dengar. Wah ini kok lebih logis sehingga
memudahkan kita bicara ya?
13. KEMBALI KE PERAN
MENDADAK BATUK SANGAT KUAT SEKALI. SESAK NAFAS. BADAN
TERHUYUNG HUYUNG. TAMPAK SEMAKIN KESAKITAN YANG SEPERTI
SERANGAN JANTUNG, KADANG SEPERTI PARU2, KADANG SEPERTI
SERANGAN SAKIT PERUT YANG AKUT, KADANG KEPALA YANG
BERPUTAR TAK MENENTU. MENGERANG, MENGADUH, DAN AKHIRNYA
TERJATUH KEHABISAN TENAGA. NAFAS TERSENGAL SENGAL. LEMAH
DAN MAKIN LEMAH HINGGA LEMAS TAK BERDAYA.
14. KELUAR PERAN.
Perjalanan manusia itu punya klimaks. Naaa barangkali sang tokoh kita sampai
klimaksnya. Puncak berpikirnya. Gelora akhir perasaan, emosi2nya. Dan… lho anda
kok diam saja dari tadi……. Melongo saja. Mestinya harus apa coba…. Tolong
dijawab….. apa? Ya ya ya bisa diterima . Bingung ya….. kamu nggak ikut latihan si
jadi nggak tau peran anda harus apa…… anda berperan sebagai apa sih? Hah anda
datang kemari sebagai apa? Penonton? Lha kok di panggung? Oke oke makin bingung
ya…….. emang yang bikin naskah ini suka banget bikin penonton bingung kalau
tiba2 diberi peran. Ya bener juga sih. Paling enak itu menjadi orang banyak. Jadi
sekelompok. Sekumpulan. Yang tidak bernama. Lalu dibulatkan disebut rakyat. Ikuut
aja apa yang diperintahkan. Misalnya saya pemimpin dan pidato ber api2….. awas
siapkan pemadam kebakaran….. takut api menyambar kemana mana membakar hutan
hingga asapnya mengganggu tetangga.
(PIDATO) saudara saudara…… hidup buruh…….. he ayo jawab… kan anda
rakyat… tadi…… jawab hidupppp…. Lagi ya. Hidup buruh……. Hidup PKL ……
hidup tentara….. hidup pns…… hidup wanita… hidup laki2… hidup…
hidupppppp…….
Heheheheh enak ya jadi pemimpin……. Enak sih kalau disenangi….. lha kalau tidak?
Wah jadi tempat sasaran tuduhan kesalahan. Celakanya menyalahkan pemimpin
emang paling mudah…… tinggal kumpulkan masa sebanyak2nya lalu pidato dan
…… turun…turun……. Semua ikut teriak……. Ayo he ayo…….. turun turun……
hahaha.
Ada sebuah cerita yang lucu tapi pedih sekaligus. Mau dengar nggak? Yang lain juga
mau? Hehehe kan perlu musyawarah dulu. Kalau nggak suka ya nggak usah cerita.
Jadi lebih cepat selesai ini pertunjukkan…. Hahaha…… oke setuju ya?
Seorang tokoh bawa ayam. Ratusan bahkan ribuan orang berkerumun melihat. Ia
cabuti tu bulunya satu persatu ….. ayam tentu saja kesakitan dan meronta tapi tak bisa
lepas dari genggaman sang tokoh. Cabut bulu makin cepat makin ganas hingga ayam
kesakitan dan bila bisa teriak entah seperti apa suara teriakkannya. Setelah botak
ayam dilepas dan merintih menahan sakit. Sang tokoh ambil beras dan kemudian
ditawarkan ke ayam. Ayam itu langsung mau memakannya. Sang tokoh pelan
pergi…. Ayam mengikuti… sang tokoh lari dan lari dan ayam terus
mengejarnya………..
Nah…. Itulah kebodohan atau kedunguan atau……….. sekelompok, sekumpulan……
rakyat tadi yang takut atau malas menjadi dirinya yang dengan mudah dikuasai dan
walau sudah disakiti tetep aja………….. hahahah pedih ya? Oke lupakan. Lupakan
kata orang asing. Bisa nggak kita seperti itu? Bukannya justru yang terjadi dendam,
benci tak ada habisnya yang mungkin dibawa mati. Ini ajaran darimana pula?
Akhirnya produksi besar2an ujaran kebencian berhamburan yang disebar
lewat……… lewaaat… hiyaaaa….. medsos.
Lha kita ini kok ngrumpi tak beraturan jadinya…… ya itu tadi namanya ngrumpi
mana ada yang punya target, tujuan, visi misi, aturan, hukum, undang undangnya. Lho
apa bisa masuk DPR ya agar dibuatkan undang undang ngrumpi? Bisa nggak ya?
Ayo tolong jawab….. ayo……. Hehehe……. Hebat hebat……Sebentar ya…. Kamu
diam disitu dan ikuti jalannya adegan selanjutnya……
15. KEMBALI KE PERAN
(BERUSAHA BANGUN TAPI TAK KUAT. SUARA PARAU SAKIT)
Ini yang aku bilang dari awal. Kalau ada apa apa……. Apa ada yang berbuat apa apa?
Huuuuh apa apa itu apa? Hari sudah semakin panas. Keringat sudah membasahi
tubuh. Padahal tidak melakukan kerja berat. Sudah waktunya makan siang.
(AMBIL SEPOTONG ROTI DARI TASNYA)
Sudah dua hari belum juga habis kumakan. Kenapa ya sudah jarang merasa lapar.
Padahal logika berpikir mengatakan ada waktu2 untuk makan. Kok perasaan bisa
beda. Hayo otak, perintahkan mulut ku makan. Heheh aneh juga memerintah otak
yang tugasnya memerintah. Jadi otak memerintahkan aku agar memerintah otak untuk
memerintah…. Hehehehe ruwet ya? Berputar melingkar lingkar bagai lingkaran
setan…… kenapa setan…. Nggak ada ya lingkaran malaekat? Konon kabarnya lebih
gampang dengerin setan daripada ………. Karena iming2nya sorga dengan puluhan
bidadari……… lha bukannya sorga rumahnya malaekat? Bagaimana setan bisa ngatur
manusia ke sorga? Duuuuh logika kita kok kebalik balik ya? Pantesan malaekat sepi
peminat.
(TERCEKIK MENDADAK. MENAHAN DIRI DARI SAKITNYA. MAU BICARA
TAPI TAK KELUAR SUARA. IA MELIHAT ADA ORANG DAN HANYA
MENGGUNAKAN TUBUHNYA BERI ISYARAT BUTUH PERTOLONGAN.
TAK ADA YANG BERGERAK DAN AHIRNYA JATUH LAGI DAN KAKU TAK
BERDAYA)
16. KELUAR DARI PERAN.
Wah sudah menuju anti klimaks dan itu tugas siapapun yang ada disekitar sang tokoh
untuk menyelesaikan. Mau tragis. Ironis atau happy ending? Nah pertanyaan awal
kan belum terjawab yakni apa yang harus kita lakukan? Yaaaa menolong. Itu kata
yang tepat. Menolong itu tindakan nyata. Bukan bicara aja. Bukan rapat dulu, seminar
dulu, sidang berhari-hari, baru diambil keputusan…..itupun secara voting….waaaaa
ruwet repot hahahaa…… Ayo bantu saya menolong. Bagi tugas. Panggil ambulans.
Panggil relawan. Lapor keamanan. Jangan lupa urus transportasi. Siapkan tenda untuk
para tetamu. Yang muda2 bawa karton minta sumbangan di tiap perempatan jalan.
Siapkan… ini yang penting juga…. Dapur umum….
Menolong siapapun tak perlu lihat siapanya, kelompok mana, keluarga siapa, partai
apa, ormas mana…. Ayoooooo ada berapa orang ini……. Na na na kamu disana ,
disini dan lalu angkat…… jaga jangan terlepas ya……. Oke? Siap…….
17. MENJADI PERAN.
Aduh. Pelan nariknya.
(AKHIRNYA SUSAH PAYAH BISA DIANGKAT.)
Tongkat….tongkat……. orang tua selalu butuh sahabat….. walau cuma sebatang
tongkat.
(DILAGUKAN DIALOGNYA DALAM IRAMA SEMANGAT. SAMBIL
MELANGKAH)
Berderap melangkah kedepan……… amboi kini aku datang….. untuk
pulaaaang…….
(DITENGAH PANGGUNG BERHENTI.)
Cerita selanjutnya akan disiapkan untuk pertunjukkan selanjutnya.
Salam jabat erat dan jangan lupa bahagia sejahtera.

SELESAI.
JAKARTA 24 MARET 2021.
rudolf puspa. email: pusparudolf@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai