Anda di halaman 1dari 14

Hasil Transkrip Kelompok 17

INFORMAN KE 1
Nama : Agus Wijaya
Sebagai : Humas Destana

Pewawancara : ini pak e terkait sama Destana itu di sini seperti apa ya?

Narasumber : Ya, terkait dengan Destana itu Destana itu baru baru saja dibentuk di sini
setelah erupsi lah setelah erupsi itu baru di bentuk. Sebelum puasa kemarin, nah itu saya juga
teribat di dalamnya, tapi saya tidak terlalu mengikuti Destana karna kami sudah banyak
komunitas-komunitas, komunitas-komunitas kebencaaan, komunitas-komunitas sosial
kebencanaan yang saya ikut seperti Kapala Indonesia, Kopar Bromo, Laskar Semeru, itu
independen di luar pemerintahan. Nah, e Destana itu dibentuk pemerintah dalam hal ini
adalah BPBD Provinsi yang di sini. E saya di tunjuk sebagai ketua, bukan saya menolak tapi
jangan, kenapa? Saya pernah membentuk satu komunitas di desa ini pada tahun 2013
membentuk e komunitas kebencanaan, sosial kebencanaan pada tahun 2013 tapi gagal.
Artinya saya tidak mampu, kenapa tidak mampu? Saya tidak punya power. Nah ya saya
sampaikan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2007 tentang kebencanaan. E pelaku-
pelaku kebencaan itu harus linier, mulai dari Bupati, ke Camat, ke Kepala Desa. Nah itu
artinya pengurus-pengurus Destana itu harus dari unsur pemerintahan. Kenapa seperti itu?
biar di dengar oleh masyarakat. Karna ada nanti sistem yang masyarakat itu harus di paksa,
harus dipaksa untuk penyelamatan misalkan utuk kesiapsiagaan misalkan itu harus ada
tekanan kalo tidak begitu taidak jalan. Karna kenapa? Pada dasarnya masyarakat yang, yang
sekarang masih adem ayem yang dianggapnya tidak akan pernah ada bencana, mereka tidak
sadar bahwa bencana itu akan terjadi kapan saja, di mana saja dan akan melintasi apa saja,
mereka tidak sadar itu. Nah ketika ada kenaikan aktivitas, ketika ada ancaman-ancaman
bencana yang e ini akan terjadi, maka ini harus dipaksa misalkan evakuasinya. Nah adakan
orang yang tidak mau di evakuasi. Bukan hanya ada, banyak. Karna mereka yakin mereka
selamat gitu, padahal belum tentu hehe gitu ya. E ada-ada beberapa jenislah beberapa jenis
evakuasi, evakuasi mandiri, evakuasi yang dikoordinir, ada evakuasi yang harus dipaksa.
Makanya saya bilang e ini harus dari unsur pemerintah gitu, kenapa? Mereka akan
menentukan jalur evakuasinya, mereka akan menentukan titik kumpulnya, menentukan titik
amannya, mereka akan membuat peta, mereka akan mendata masyarakat rentan, mereka akan
mendata-mendata kapasitasnya yang tau nanti desa, pemerintah desa. Makanya kepengurusan
saya minta harus dari pemerintah pusat agar punya power, karna nanti yang kita urusi bukan
hanya satu atau dua orang tapi ratusan bahkan ribuan. Saya tidak masuk ke dalamnya tapi
saya mendukung, karna pada dasarnya saya e..e apa berangkat dari komunitas sosial
kebencanaan. Dan pada tanggal 26 kemarin saya diundang BNPB e Klaten ke teras Merapi
sama ke eum Balerante di kali di Klaten, Teras Merapinya di Sleman ekhem *batuk* e.. kami
cerita kami sampaikan terkait dengan kejadian Semeru pada tahun 2021, tepatnya pada
tanggal 4 Desember. Kebetulan saya adalah koordinator pengungsi yang ada di desa
sumbermujur ini dengan jumlah penyintas 271 KK 780 jiwa terdiri dari anak-anak,ibu
hamil,lansia,dewasa dan itu sudah kami pilah-pilah. Sebenarnya, kami tidak mampu kalau.
Kalau saya sendiri, saya tidak mengkondisikan itu semua selama 4 bulan. Saya harus
mengurusi mereka 780 jiwa ini dari segala apanya saja mulai dari kebutuhan setiap harinya
mulai dari kebutuhan kesehatannya, kebutuhan tempat tinggalnya,dsb. kalau saya ya enggak
mampu mendata mereka, ya keluar masuk keluar masuk itu ruwetnya pendataan mereka.
Mereka tinggal disini 2 hari pindah lagi ke desa sebelah ada lagi yang masuk kesini, tapi
kami dibantu oleh teman-teman mahasiswa dari jogja eee teman-teman dari komunitas
gunung kelud, teman-teman dari komunitas merapi kami dibantu terkait pendataan itu. yaaa
alhamdulillah sudah sampai kemarin bulan Maret sampai hari ini juga tidak ada masalah
terkait dengan penyintas yang ada di sumbermujur. Dan kami tidak mendirikan barak,tidak
menyediakan tenda untuk pengungsi. Kami tempatkan mereka ke rumah-rumah warga,
karena pada dasarnya warga terdampak curah kobokan sama kanjar kuning sama warga desa
sumbermujur ini banyak yang ada hubungan family jadi kami pakai sister village atau desa
bersaudara. Yang lain yang tidak punya saudara kami minta izin eee untuk ditempati
penyintas apalagi banyak rumah-rumah kosong disini. Banyak yang ditinggasl kerja ke luar
negeri, luar kota, dan sebagainya. ketika ada rumah kosong kami minta izin sama pemiliknya
sekiranya bisa ditempati oleh penyintas oleh pengungsi yang saat ini tinggsl di desa. Pada
saat iitu, di balai desa ada 50 KK yang tinggal disitu yang kemudian turun lagi turun lagi kita
carikan tempat-tempat begitu. Ada juga ada yang cari sendiri juga selain kami yang
mengusahakan yang mengupayakan untuk mencarikan tempat, mereka cari sendiri karena
kebutuhan manusia itu harus kita pikirkan. Kebutuhan manusia itu bukan hanya makan,
minum, tidur. Tapi kebutuhan biologisnya sampai berapa bulan mereka akan menahan itu kita
harus berpikir itu. di desa sebelah di di di penanggal itu disediakan bilik namanya bilik
asmara. Tapi apakah enggak malu gitu disediakan bilik asmara disitu harus bergantian apakah
enggak malu meskipun sama suami istrinya. Itu harus kita pikirkan di dalam pengkondisian
kebencanaan mulai dari saat dan sampai ke ke ke selesainya itu harus kita pikirkan, Karena
itu akan timbul konflik juga. Saya punya teman di sumatra di pekan baru,riau nah mereka
adalah relawan sinabung yang daslam hal ini sinabung itu 6 tahun masyarakat sinabung
tinggal di pengungsian apakah tidak bermasalah, banyak masalah disitu. Masalah yang timbul
apanya? Bukan makannya,bukan tempat tidurnya, tidurnya sudah disediakan di barak-
barak,di tenda-tenda,makannya sudah diberi,dibantu tapi apa? Konflik sosialnya ini gitu
ketika kebutuhan eee biologisnya tidak tersalurkan bukan dengan istrinya tapi dengan istrinya
orang juga menjadi sasaran itu akan menimbulkan konflik ya kan itu harus kita pikirkan,
sepele kecil tapi ini akan jadi konflik yang besar.

Pewawancara : Berarti pak e, meskipun Destana ini baru dibetuk setelah erupsi apa ini
Semeru ini tapi saat e bencana pun desa Sumbermujur ini sudah apa ya namanya melakukan
mitigasi atau bantuan-bantuan ke korban-korban lainnya selain untuk tadi seperti yang
dikatakan bapak mengenai mengkoordinasikan para pengungsi, korban-korban itu kira-kira
peran apa lagi ya yang dilakukan oleh masyarakat desa Subermujur ini untuk membantu
masyarakat yang lain ?

Inforaman : Pada saat kejadian?

Pewawancara : Nggih pak

Informan : Pada saat kejadian tidak ada informasi apa-apa, taunya ada info bahwa e di
Curah Kobokan, Kajar Kuning itu ada lahar panas. Kemudian banyak orang yang berlarian
dari arah selatan ke sini gitu, terutama dari Curah Kobokan dan Kajar Kuning lari ke sini, lari
ke rumah sodara-sodara termasuk di depan rumah ini. ini di depan rumah ini ada korban
meninggal juga yang pada waktu itu adalah masih aktivitas di tambang, ada dua orang bapak
sama anak gitu. Itu sodaranya di sana lari ke sini. Terus kemudian mereka banyak yang,
masyarakat sini banyak menuding, banyak yang menuding saya, saya harus melakukan
sesuatu. Kemudian e kami merapat ke Balai Desa, ke temen-temen perangkat-perangkat
desa, kami informasikan kepada perangkat desa kemudian e mereka niatnya cuma mau lihat
ke sana tapi ternyata parahnya seperti itu. Akhirnya temen-temen yang punya kendaraan roda
empat dan sebagainya itu ambil untuk mengevakuasi, membantu evakuasi begitu. Wes ga
mikir apa-apa, kita ga punya manajemen pada waktu itu ya, kita ga punya manajemen harus
ke sini, harus ke sini, harus ke sini engga, yang penting ini selamet, yang penting ini pindah
dari tempat ini gitu. Di taruh di jalan, di taruh di perempatan, di taruh. Akhirnya di situ di
pertigaan NKRI ya, itu nan di arahkan ke Balai Desa, dan di situlah baru kita koordinir e
pakaiannya, makanannya, dan sebagainya, masyarakat Sumbermujur ini yang yang terlibat
gitu. Banyak yang mengantar makanan, banyak yang mengantar pakaian pada waktu itu ke
Balai Desa. Lambat laun dari hari-kehari mulai di tata.awalnya seperti itu mas, spontan saja
karna pada waktu itu manajemen kebencanaannya tidak jalan gitu, tidak tahu mau di bawa
kemana. Tapi kalau sudahdi menej pengelolaan e kebencanaan sudah di menej kita kan sudah
tau ini nanti di bawa ke sini, oh ini nanti di beginikan, oh nanti ini seperti ini. Tapi yang
kemarin kejadian yang kemarin kita spontan aja baru kita menej sesudahnya.

Pewawancara : Ee.. tetapi apakah sebelum ada manajemennya itu membuat pas kebencanaan
itu kaya ibaratnya kewalahan gitu, kaya kebingungan gitu harus gimana-gimana?

Narasumber : Betul, betul. Karna tidak ada manajemen, jadi ya memang, memang agak
kewalahan mengkoordinir temen-temen yang membantu evakuasi itupun juga ada kesulitan
karna mereka tidak tau mau di taruh dimana. Tapi kalau sudah ada manajemennya kan tanpa
di koordinir mereka tau, oh ini harus di bawa ke sini, ini di bawa ke sini itu yang kewalahan.
Makannya ee.. pembelajaran manajemen kebencanaan itu sangatlah penting, terutama di
daerah-daerah yang ancaman bencananya cukup tinggi, seperti di daerah sini. Kalau saran
dari senior-senior kami dan aparat desa, pembelajaran kebencanaan itu harus berbasis
masyarakat, jadi masyarakat awam pun harus tahu sebenarnya oh ini jalur evakuasi, oh ini
titik kumpulnya, oh kalo ini terjadi seperti ini kita harus seperti ini. Karna ancaman bencana
di daerah sinipun kita identifikasi bukan hanya Semeru tapi ada ancaman-ancaman bencana
yang lain seperti petir misalkan, seperti tanah longsor misalkan, seperti lahar dingin misalkan
itukan ancaman bencana. Bagaimana untuk mengurangi risiko kita harus belajar manajemen.
Kekuatan kami, kekuatan kita hanya belajar tentang manajemen bencana. Kalau bencana itu
hanya urusan yang kuasa, kita tidak bisa menghadang kalo ini harus terjadi kita tidak bisa
menghadang, kekuatan kita hanya belajar manajemen bencana agar risiko bisa berkurang.
Meningkatkan kerentanan menjadi sebuah kapasitas.

Pewawancara : Jadi terkait pemulihan pasca bencana yang dilakukan itu seperti apa ya?
Misalnya untuk korban yang luka-luka, terus rumah yang ilang atau mengalami kerusakan,
terus anak-anak yang sekolah tapikan sekolahnya itu ee.. apa itu terkena dampak itu seperti
apa ya pak?

Narasumber : Itu ranahnya pemerintah, penanganannya pemulihan itu sudah pemerintah,


sesuai dengan Undang-undang ya, sesuai dengan Undang-undang No 24 Tahun 2007 itu e
kewenangannya adalah pemerintah daerah, mau di relokasi kah, mau tidak kah, mau diapakan
kah, mau tidak kah itu tanggung jawab pemerintah. Kami dari masyarakat apalagi kami dari
luar pemerintah atau dari jalur independenlah, kami hanya mengkondisikan di saat bagian
kemanusiaannya, ini mau diapakan nanti ya pemerintah, ya dan kebetulan alhamdulillah ya
Sumbermujur di tunjuk sebagai ee.. daerah yang ditempati oleh PP pengungsi, tempat
relokasi ya. Tempat relokasi Desa Sumbermujur yang di sebelah sana, sudah kesana?

Pewawancara : Ya, sudah.

Narasumber : Ya, itu yang memutuskan pemerintah juga dari kementerian lah, kementrian
PUPR gitu. Terus juga dengan pak Erick Thohir, karna itu milik BUMN ya hahahaha
*tertawa ya harus bersinergi dari pemerintah ini mengenai ini dengan ee.. kesemuaan ini
harus bekerjasama terkait dengan pemulihan bencana, bukan hanya tanggung jawab dari
BNPB saja, tapi ya harus ada beberapa lembaga yang bertanggung jawab di dalamnya.

Pewawancara : Lantas pak, untuk ee.. SDN Supiturang yang disebelah Hutan Bambu itu
apakah SD sementara atau memang sudah ada lama dan tetap gitu pak?

Informan : Itu sementara gitu, izinnya juga ke kami ke Pokdarwis ya, ke Pokdarwis ya
izinnya untuk ee.. sekiranya mencari tempat untuk sekolah darurat, sekolah darurat itu yang
awalnya itu ada di desa sebelah di Watu Kandang pakai tenda, pakai tenda darurat. Kemudian
ada donatur yang mencari tempat yang aman yang ee.. jauh dari darii lalu lintas (suara motor)
terus kemudian ee.. ee.. yang dekat gitu ya. Ternyata muridnya banyak yang tinggal di desa
Sumbermujur , terus kemudian mencari-cari tempat dan rekomendasinya di Hutan Bambu
sebagai tempat yang aman. Kemudian diizin ke kami karna kelompok Pokdarwis ini yang
yang punya kewenangan dalam pengelolaan Hutan Bambu. Maka kami izini yang nanti
setelah ee.. bangunan di relokasi itu selesai nanti akan di pindahkan.

Pewawancara : Jadi anak-anak yang sekolah disana itu, anak-anak korban juga ya, korban
bencana?

Informan : Ya.

Pewawancara : Apakah dalam pembangunan sekolahnya itu menempatkan warga sekitar


pak?
Informan : Ya, ee.. kerjasama. Kerjasama dengan warga sekitar, gotong royong, terus
kemudian wali murid juga untuk pengerjaannya, tetapi untuk pembiayaannya di donasi oleh,
oleh komunitas lah dari Jakarta.

Pewawancara : Lantas pak kalau untuk Destana katanya kan baru di buat di tahun 2020 ee..
berarti 2022 ini ee.. itu udah ada kaya sosialisasi ke masyarakat mengenai ee.. apa sih
misalnya saat ada bencana nanti masyarakat harus kumpul gimana, harus kumpul dimana gitu
atau belum bapak?

Informan : Saya tekankan kepada temen-temen yang menjadi, yang masuk dalam
kepengurusan Destana itu harus seperti itu. Tidak harus formal kita mengundang masyarakat
untuk mensosialisasikan terkait dengan bencana, tapi setiap kita ketemu masyarakat,
misalkan di rutinan, ya acara apa, di acara keluarga di acara apa ee.. sekiranya bisa
disampaikan kegiatan-kegiatan seperti itu, oh disini sudah ada ini, nanti kalo ada misalkan
ada tanda-tanda seperti ini disampaikan ke sini, nah itu diidentifikasi ini berita ini bener apa
engga gitukan, yang ee.. kalo emang bener ini bisa di sampaikan kepada masyarakat (diam
sejenak) se ee.. saya kira para pengurus-pengurus itu karna si yang masuk di dalamnya itu
adalah para, para Kepala Dusun ya, para Kepala Dusun, Kaur Kepala Urusan (suara truck)
dari pemerintahan desa, dan saya sarankan memang, saya tekankan kepada mereka-mereka
tuk untuk sekiranya bisa mensosialisasikan ee.. bahwa di desa Sumbermujur ini sudah ada
lembaga yang menangani ter keterkait dengan kebencanaan yaitu Destana, FPRB Forum
Pengurangan Resiko Bencana.

Pwawancara : Terus ee.. untuk masyarakat sendiri itu upaya pencegahannya itu ada atau ti
atau tidak ya pak, misalnya kaya sewaktu-waktu misalnya buat jaga-jaga gitu pak biar
kedepannya itu dampaknya tuh tidak sebesar yang kemarin gitu pak?

Informan : Ya, ee.. awal saya kasih contoh ya kepada mereka para pengurus lah ya,
sosialisasi kepada masyarakat bahwa awal daripada kesiapsiagaan itu apa sih gitu. Ya
pertama tas siaga yang penting, tas siaga itu semua dokumen penting, semua apa itu
disiapkan gitu di.. di rumah ya. Dokumen-dokumen penting, ijazah, surat nikah kalo yang
sudah menikah, terus kemudian surat cerai kalo yang sudah cerai, BPKB, sertifikat dan
sebagainya, dikumpulkan menjadi satu di dalam tas siaga. Kemudian disitu ada apa saja? Ya
peralatannya ada senter, ada mantel, ada gitu.. Untuk kesiapsiagaan. Terus ee.. kemudian apa
saja yang harus dilakukan oleh masyarakat di dalam rumah ya. Sekarang kan sudah teknologi
kan sudah maju gitu, mereka, merekakan ee.. paling tidak, paling tidak itu meskipun bukan
orang tuanya tapi anaknya kan pegang HP, sekiranya bisa mengikuti grup. Saya, saya sendiri
saya punya inisiasi untuk membuat grup, membuat grup saya sendiri itu yang namanya Siaga
Semeru.. Nah itu saya tidak membatasi, siapa saja bisa bergabung, siapa saja bisa masuk, jadi
ketika ada informasi, misalkan ee.. ada informasi ini kita sampaikan, bahwa informasi ada
kenaikan status gunung misalkan kita sampaikan, terus semuanya tau, oh kita mau kemana
nanti, mau apa nanti, itu kita sampaikan. Nah itu sebagai ee.. awal daripada kesiapsiagaan
masyarakat. Saya membuat grup sendiri, Siaga Semeru namanya, dan anggotanya ada
beberapa masyarakat, ada beberapa pemuda yang dari beberapa dusun di desa ini. Ekhem..
(batuk) ini sebagai peringatan dini, sistem peringatan dini dan membangun ketangguhan
masyarakat juga.
INFORMAN KE 2
Nama : Bapak Wawan
Sebagai : BPBD

Pewawancara : jadi ee.. saya ada dua pertanyaan, jadi yang pertama itu ee.. seperti apa
pemulihan pasca bencana Gunung Semeru yang dilakukan misalnya kayak ee... korban-
korban yang luka-luka, terus ee.. rumah yang ee.. rusak akibat semeru terus juga ee... anak
yang masih sekolah namun sekolahnya sudah rusak begitu pak. Terus yang kedua untuk
destana itu kan saya denger info itu dapet dari sekdes itu kan masih baru destananya, baru
terbentuk, itu untuk pelatihannya sendiri seperti apa pak? Makasih

Informan : Sek ya, eman ini (sambil makan), ayo makanen (berbicara dengan bu Baiq).
Oke saya jawab ya. Jadi untuk warga masyarakat, lah ini Lumajang ini sekarang ee.. sebagai
pusat perhatian seluruh Indonesia. Belum pernah dalam sejarah penanganan bencana dalam
tempo hitungan bulan sudah ada tempat relokasi yang besar, terus semua terpusat di
lumajang. Saya jawab dulu pertanyaanmu, korban yang luka yang meninggal ini menjadi
tanggung jawab pemerintah. Mereka langsung di bawa ke rumah sakit, karena di rekon di
dinkes jadi mereka free. Terus mereka yang selamat dan rumahnya yang kena ini kita
pusatkan di di penanggal tempat pengungsiannya. Disamping dipusat tersentral di penanggal
juga ada di pronojiwo, kan 2 kecamatan yang kena itu pronojiwo. Pronojiwo kita taruh di
lapangan supiturang. Selebihnya ada pengungsi mandiri, dia mengungsi dirumah saudara-
saudaranya. Lumajang itu ada 21 kecamatan 205 desa dan kelurahan, 21 kecamatan itu semua
ada pengungsi karena kerumah saudaranya. Nahh, bagaimana untuk menopang sehari-
harinya? Dari kecamatan saya suruh mendata berapa pengungsi yang ada di kecamatannya.
Setelah itu, kecamatan membuat surat penagajuan kebutuhan logistik. Nah, data itu harus ada
data pilah. Harus dipilah balita berapa, lansia berapa, ibu hamil berapa. Di dalam undang-
undang nomor 24 tahun 2007, ini ada 3 penduduk rentan saya tambahi 1 plus disabilitas yang
harus dievakuasi lebih dulu. Siapa yang menjadi penduduk rentan itu? yang wajib dievakuasi
lebih dulu apabila terjadi bencana. 3 penduduk rentan. Yang wajib katakan kalian pada saat
menuju lokasi tiba-tiba terjadi bencana. 3 penduduk ini yang wajib dievakuasi dulu. Yang
utama balita, lansia, ibu hamil. Tapi kenyataan di lapangan tim apabila menemukan korban
seng sitok lansia sitoke arek ayu. Mana yang didahulukan? Mana yang didahulukan? Yo
wedok ayune paling. Oo seng tuwek iki diuwahi mari ngene. Syukur-syukur dua-duanya bisa
diatasi. Tapi secara manusiawi wedok ayu pisan. Iki ae disek wes seng tuwek paling.. tapi iki
undang-undang loh yo, undang-undang mengatakan lansia,ibu hamil, dan balita saya tambah
1 disabilitas. Karena disetiap desa RT pasti ada disabilitas. Nahh yang menjadi permasalahan
sekarang, jalur evakuasi kita enggak ada mau enggak ada disabilitas. EWS kita juga enggak
adamau enggak ada disabilitas.kalau yang tuna netra dengan sirine dia tahu, tapi kalau yang
tuna rungu hanya dngan sirine paling bingung onok opo-opo kok mlayu-mlayu iki onok opo
kan gitu. Harus dengan lampu kalau lampu ini merah berarti kamu harus lari sesuai dengan
petunjuk lampu, enggak ada itu sekarang. Ini tantangan bagi kita semua. Makanya 3
penduduk rentan saya tambahi 1 disabilitas, kalau tuna netra dengan suara sirine mereka
paham ohh sirine berarti ini bahaya. Kalau tuna rungu yaa ndak ero ya tidak krungu blas gitu
loh. Harus dengan lampu itu ya. Jadi, untuk pengungsi sudah ditangani oleh pemerintah
semua. Terus kita tempatkan ke sentral dan ada di rumah-rumah saudarsanya di seluruh
kabupaten lumajang. Untuk pertanyaan yang kedua apa?

Pewawancara : untuk destana itu kan ...

Narasumber : ooh iya, jadi destana itu kita ajari mereka membuat kajian resiko desa,
mambuat rencana aksi desa, membuat peta ancaman desa, lah ini nanti akan kita selesai akan
kita uji dengan gladi. Sumberwul ehh.. Penanggal masih baru Sumbermujur masih baru,
sebentar lagi akan saya uji dengan gladi, bener nggak renkon nya, mlayune iku bener opo
ndak, terus ambos sopo numpak opo. Ndek ren nanti akan muncul, wah dikampung ini siapa
yang punya mobi pick up, siapa yang punya mobi sedan, siapa yang punya roda dua. Lah ini
dikandung artikan pada apa? Saat terjadi, evakuasi sudah ada mobil itu loh, kamu ini bagian
sini, ke arah sini dan sebagainya. Nah, ini kita uji, gitu ya. Destana itu kita ajari komplit,
waktunya lima hari, sebetulnya endak nutut, harusnya tu satu bulan, mbalik maneh kan, UUD
ujung-ujungnya duit, ndak nutut anggarannya. Karena apa? Mahal membuat destana itu. Gitu
ya.
INFORMAN KE 3
Nama : Eko Supriyanto
Sebagai : Sekertaris Desa Sumbermujur

Pewawancara : dampak-dampak yang timbul pasca bencana itu kira-kira apa saja ya pak?

Narasumber : kalau dampak ekonomi itu kehilangan lapangan pekerjaan mereka, dari segi
material juga banyak habis semuanya, dari segi apa itu namanya, psikologi mereka juga anu
kan, jadi kayaknya semua aspek masuk itu. Bahkan kemaren juga saya tanya lagi, saya
tanyanya dengan guyon-guyon pada salah satu pengungsi, “ngeneki opo jek ileng samian
ambek kejadian wing?” “ileng banget”, ini berarti kan mereka masih trauma, terus saya
tanyakan “ lek kon mbalik neh gak gelem samian?” “ndak wis” wedi jarene

Pewawancara : terus ini, ee.. yang dilakukan untuk mengurangi resiko yang timbul pasca
bencana agar ee.. bencana yang terjadi itu kedepannya tu nggak sebesar yang kemarin gitu
pak?

Narasamber : kalau bencananya kitakan nggak tau, antisipasinya makanya kita membentuk
destana itu, memberikan kayak titik kumpul, jalur evakuasi kita sudah pasang biar jelas,
antisipasi kita cuma itu

Pewawancara : jadi untuk mengurangi resikonya itu dikasih jalur-jalur gitu

Narasumber : iya, terus saya minta dipos pemantau dipasangi kayak sirine atau alarm agar
kita tau, oh harus seperti ini seperti ini, nanti harusnya dita seperti ini.

Pewawancara : jadi kalau untuk tokoh informalnya gitu yang mungkin kayak orang yang
dipercaya masyarakat sekitar itu nggak ada ya pak, kecuali kepala desa?

Narasumber : dulu ada, tapi orangnya meninggal, memang sesepuh sini, bahkan orangnya
(suara lonceng sehingga suara informan tidak terdengar), tapi orangnya sudah meninggal.

Pewawancara : saat bencana itu terjadi peran desa sumbermujur selain tadi yang dikatakan
ee.. ikut evakuasi jaga pos, katanya kan dibangun posko kan ditempat ini, itu apalagi ya pak
dalam perannya itu tanggap bencana, peran tanggap daruratnya

Narasumber : selain dari pada penanganan, ya.. penanganan pengungsi juga ada mas, ya
termasuk ya penanganan pengungsi, kalau yang lain-lainnya kita nggak ada, kita menampung
para pengungsi, kita mendata juga melaporkan ke BPBD, juga kita meminta bantuan-bantuan
ke mereka. Ee.. supaya mereka itu nggak ke lapangan. Tapi kita bingungnya juga disitu mas,
kemaren kan saya sedikit cerita mungkin, kemaren saya juga sudah ke pak Joko itu, habis itu
kan bekasnya orang-orang yang punya, ya kita disini waktu itu kan juga nggak tahu, kita
membentuk dapur umum, waktu itu kita disini ada dapur umum empat, satu harinya itu satu
dapur umum sekitar 1000 kita masak makanan waktu itu, pagi... pagi siang sore waktu itu
kita kirim. Itu kalau se.. kalau lauknya nggak cocok konsumsi itu enggak dimakan. Ya
mereka kan juga bekasnya orang punya mas, biasane mangan iwak, terus iku dikek’i lauk
endog, tahu tempe, kan yo gak gelem mas. Nah akhirnya itu, jatahnya mereka nggak
dimakan, dikasihkan ke ayam atau dikasih itu. Akhirnya yang saya juga bingung, saya juga
dilapori temen-temen relawan yang keliling itu “yok opo iki pak enak’e pak” akhirnya kita
stop, ya kita stop untuk distribusi makanan siap saji, akhirnya kita kasih sembako mereka.
Kita juga keliling mas setiap Sabtu Minggunya, untuk relawan kita juga keliling, selain untuk
mengasihkan sembako, kita juga keliling menangani kesehatan mereka. Gitu, selain dari pada
apa... posko loh ya, kita juga keliling, kita minta bantuan dari apa.. bidang desa. Jadi kita pagi
aa.. sekarang hari ini kita keliling ke beberapa dusun, besoknya lagi ke beberapa dusun, gitu
terus tiap hari. Bahkan kemaren itu ada yang stand bye disini itu puskesmas yang ada, seluruh
puskesmas yang ada di Lumajang stay disimi sampek 24 jam, gantian.

Pewawancara : oh iya pak, tadikan mengenai relawan itu kan ee.. kebanyakan atau semuanya
dari Sumbermujur pak?

Narasumber : ya full, 35 itu dari Sumbermujur, untuk relawan desa loh ya

Pewawancara : itu terdiri dari karang taruna, perangkat desa, tokoh masyarakat, sama ?

Narasumber : PKK

Pewawancara : nah, untuk tokoh masyarakat yang dimaksud disini tuh apa ya pak? Siapa?

Narasumber : tokoh masyarakat disini kan kita ada yang kayak orang yang.. yang di tuakan
tapi gak.. gak mesti dengarno ya, cuma orang yang di tuakan orang yang paham. Yang
dimaksud didengarkan, bukan yang wonge ngomong kudu kabeh manut, bukan. Kita juga
disini juga punya kelembagaan, kita juga punya LKLB, punya KPLD, punya BPD, kita punya
organisasi banyak sebenarnya, ada pokdarwis, kita juga punya serbuk semeru, terus kita juga
punya bumdes, kita punya kelompok tani, kita punya kelompok tani hutan, punya kelompok
ee.. LMDH Lembaga Masyarakat Desa Hutan, ada 21 kalo gak salah, kita punya lembaga
banyak. Dan lembaga itupun kita sekali perintah itu enak. Pokoknya orang-orangnya juga itu-
itu aja gitu mas.
INFORMAN KE 4
Nama : Bapak Tarimin
Sebagai : Kepala Dusun dan Ketua Destana Desa Sumbermujur

Pewawancara : sebelumnya apakah ada warga dari Desa Sumbermujur yang sering terlibat
didalam menjadi relawan, seperti menangani pengungsi, apakah ada ya pak?

Narasumber : itu.. semua itu memang anu... ya ndak semua, itu sebagian memang itu
banyak yang membantu anu, kepada orang yang terkena musibah termasuk menjadi relawan
itu banyak.

Pewawancara : jadi misalnya kota tetangga ada bencana sering menjadi relawan gitu pak?

Narasumber : iya, jadi ya semuanya, semuanya, untuk yang.. yang termasuk satu yang
tenaganya itu masih sehat, yang kedua pikirannya itu masih cerdas, begitu, itu semua, jadi
waktu bencana itu besok harinya yang punya mobil maupun yang punya motor itu semua itu
untuk membantu apa itu.. ambil ambil barang yang kena, yang kena di ambilah gitu, yang
kedua itu waktu dalam bencana, semua itu yang punya kendaraan itu ikut bantu jemput ambil
penduduk yang sudah kena musibah itu, waktu hari h itu, itu memang semuanya, gitu

Pewawancara : terus gini, ee.. saya mau bertanya tentang destana bisa ya pak?

Narasumber : destana itu masih anu.. masih.. masih baru lah, masih baru dibentuk. Nah
memang kewajiban destana itu ya.. yaitu lah termasuk menjadi relawan lah.

Pewawancara : itu kan karna baru dibentuk ya pak, itu yang selama ini sudah dilakukan itu
kira-kira apa aja ya pak?

Narasumber : ya.. yang dilakukan adalah ya.. kalau ada memang ada apa itu, ada
bencanalah kecil-kecil an maupun orang yang kena musibah itu.. itu untuk kewajiban
destana. Bukan dari adalah bencana erosi maupun ban.. banjir dingin itu dah, jadi dari segi
apapun orang yang keperluan dibantu itu tetep itu kewajibannya anu.. destana.

Pewawancara : ooh gitu, terus waktu bencana itu kan banyak relawan datang gitu ya pak, nah
itu kira-kira relawannya itu tinggal di daerah disini itu dimana ya pak?

Narasumber : itu.. relawan itu tinggalnya itu ya banyak tiap dusun itu pasti ada yang
ditempati. Semua tujuh dusun itu rata-rata itu ditempati oleh relawan.
Pewawancara : terus yang bapak tau itu, relawannya itu kira-kira dari mana aja pak?

Narasumber : yang banyak itu ya dari Bandung, yang kebanyakan itu dari anu.. dari Jawa
Tengah.

Pewawancara : ooh.. Jawa Tengah, terus ee.. kan waktu bencana itu pasti banyak korban-
korban yang luka gitu ya pak, nah itu kira-kira penanganannya itu seperti apa ya pertama kali
datang gitu?

Narasumber : ya.. pertama kali datang itu waktu langsung bawa ke puskesmas

Pewawancara : untuk korban yang parah sama yang ringan itu apakah dipisahkan ya pak?
Misalnya tempatnya kalau yang parah itu dibawa kemana, kalau yang ringan itu ditaruh
dimana dulu gitu.

Narasumber : di anu.. yang parah itu langsung ke rumah sakit umum Lumajang

Pewawancara : kalau yang ringan ditaruh dipuskesmas gitu?

Narasumber : iya, yang ringan.

Anda mungkin juga menyukai