Oleh :
Eka Setyaningrum
(120321402474)
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan lapoan ini pada tanggal 2 Mei
2013.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk dapat
membangkitkan motivasi generasi muda agar mempunyai cita-cita yang positif dan memiliki
masa depan yang lebih baik.
Laporan ini disusun berdasarkan wawancara yang kami lakukan terhadap seorang
narasumber yang bernama Ibu Kasniti.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat makalah ini.
Satu harapan yang kami inginkan semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca dan
kami juga berharap kritik dan saran dari pembaca atas segala kekurangan dalam makalah ini.
`
Penyusun
DAFTAR ISI
.....................................................................................................................................i
Daftar Isi .....................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................
1.4 Metode dan Teknik Penulisan ..................................................................
4
5
5
5
Bab II Isi
2.1 Pengertian Kaum Dhuafa .........................................................................
2.2 Kondisi Narasumber .................................................................................
2.3 Pandangan Islam Terhadap Kaum Dhuafa ...............................................
6
7
9
14
14
Lampiran ....................................................................................................................
15
16
BAB I
PENDAHULUAN
3
Penduduk Indonesia ini bejumlah kurang lebih 220 juta. Katakan saja umat Islam di
Indonesia negeri kita tercinta ini berjumlah 150 juta jiwa. Kalau seandainya semua umat Islam di
Indonesia mau menyisihkan 200 rupiah saja buat fakir miskin maka Indonesia telah mampu
mengimpulkan uang 1,5 milyar dalam sehari. Bagaimana jika seminggu ? Setahun ? Tentunya
akan banyak sekali jumlahnya. Dan kita memerlukan akan kepedulian terhadap dhuafa yang
akan bisa mendorong dan membantu peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Kita harus bisa meneladani contoh Rasulullah dalam memberikan kasih sayangnya dan
cintanya beliau kepada kaum dhuafa ini. Karena sebagai umat Rasulullah Muhammad
Shallallahu a'alaihi wa sallam kita diharuskan menjalankan sunnah-sunnah beliau dalam
mengaplikasikan kedalam kehidupan kita sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud kaum dhuafa?
Bagaimana kondisi narasumber?
Bagaimana pandangan islam terhadap kaum dhuafa?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah :
Kaum Duafa adalah sebuah kelompok manusia yang dianggap lemah atau mereka
yang TERTINDAS. Asal muasal Kaum Duafa adalah mereka yang tak bisa hijrah karena
terhalang kafir mekkah (tertindas).
Dari segi Ekonomi : adalah mereka yang fakir dan miskin (tertekan keadaan) bukan
malas.
Dari segi Fisik : adalah mereka yang kurang tenaga (bukan karena malas)
Dari segi Otak : adalah mereka yang stupid ( bukan karena malas )
Dari segi Sikap : adalah mereka yang terbelakang (bukan karena )
Kaum dhuafa (lemah) terlahir dari kekerasan negara. Kaum dhuafa terdiri dari orang-
orang yang terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim dan orang cacat. Kaum dhuafa ialah orangorang yang menderita hidupnya secara sistemik. Para dhuafa setiap hari berjuang melawan
kemiskinan. Kaum dhuafa korban dari kenaikan harga BBM, dan barang-barang kebutuhan
lainnya. Kaum dhuafa cerminan ketidakmampuan negara dalam memelihara mereka. Para
dhuafa secara sendirian harus berjuang melawan sistem kapitalisme. Kaum dhuafa adalah
orang-orang miskin yang ada di jalanan, di pinggiran dan di sudut-sudut lingkungan kumuh.
Mereka bekerja sebagai pemulung, para pedagang asongan, pengemis jalanan, buruh bangunan
dan abang becak. Mereka ini kelompok masyarakat yang mudah terkena penyakit menural,
seperti demam berdarah, malaria, dan kusta, dan segudang kesengsaraan. Lantas, apa yang harus
dilakukan?
Kaum dhuafa (lemah) merupakan korban kekerasan negara. Kaum dhuafa terdiri dari
orang-orang yang terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim dan orang cacat. Kaum dhuafa ialah
orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik. Para dhuafa setiap hari berjuang
melawan kemiskinan. Kaum dhuafa korban dari kenaikan harga BBM, dan barang-barang
kebutuhan lainnya. Mereka harus menanggung beban hutang negara dengan membeli mahalnya
minyak tanah dan sembako. Kaum dhuafa cerminan ketidakmampuan negara dalam memelihara
mereka. Para duafa sendirian berjuang melawan sistem kapitalisme. Kaum dhuafa adalah
orang-orang miskin yang ada di jalanan, di pinggiran dan di sudut-sudut lingkungan kumuh.
Mereka bekerja sebagai pemulung, para pedagang asongan, pengemis jalanan, buruh bangunan
dan abang becak. Penderitaan dan penindasan yang dialaminya menyebabkan kaum dhuafa
sangat rentan dengan penyakit menular dan ancaman bunuh diri. Contoh, mereka yang terkena
6
penyakit menural seperti demam berdarah, malaria, kusta adalah mereka yang miskin dan dari
lingkungan kumuh. Demikian juga orang-orang yang terinfeksi penyakit menular seksual
HIV/AIDS banyak dari kalangan miskin dan tidak mengerti arti menjaga kesehatan tubuh.
2.2 Kondisi Narasumber
Narasumber yang kami wawancarai adalah Ibu Kasniti . Ibu Kasniti tinggal di jalan
Sunan Ampel No. 34 Pakis, Malang. Beliau sudah lanjut usia, sehinnga beliau tidak bekerja.
Beliau kesehariannya
menjemur nasi aking, menjemur gabah, sholat, dll. Beliau tinggal sendirian namun anak beliau
tinggal disamping rumah beliau Untuk lebih jelasnya berikut wawancara saya dengan beliau
Sejak kapan Ibu tinggal sendiri?
Saya tinggal sendiri sejak anak-anak saya sudah berkeluarga masing-masing. Meskipun
ada satu anak yang bernama Sauri yang tinggal samping rumah saya, tetapi dia jarang pulang ke
rumah. Sedangkan anak-anaknya yang lain salah satunya yang bernama Surtini dan saya sendiri
tidak begitu ingat dan tahu ada berapa cucu saya karena sudah lama tidak ketemu mereka. Saya
juga sudah tua, jadi tidak begitu ingat tentang keluarga saya.
Apa kegiatan sehari-hari ibu selama tinggal sendiri ini ?
Sebagai orang tua tidak begitu banyak kegiatan yang bisa saya lakukan karena usia
yang sudah tua renta serta kondisi fisik yang sudah sakit-sakitan. Tetapi yang sering saya lakukan
kesehari-hariannya itu hanya memasak nasi, menyapu, menjemur pakaian, menjemur nasi aking,
tidur, dll.
Bagaimana dengan kondisi fisik dan kesehatan ibu sekarang?
Namanya orang tua kondinsinya seperti ini, tidak kuat apa-apa, untuk melakukan
sesuatu sekarang merasa kesulitan, di tambah lagi saya tinggal sendirian, jadi tidak ada yang
dapat di mintai tolong kalau saya sedang membutuhkan bantuan. Kaki-kaki saya juga linu-linu,
sakit dibuat jalan.
Bagaimana Ibu bisa mempertahankan hidupnya sampai sekarang ini dengan kondisi
yang tua ini ?
Kalau uang saya tidak punya, saya juga asalnya bukan orang mampu, jadi kondisi
perekonomian saya seperti ini dari dulu. Hanya saja saya diberi beras saja dari anak saya untuk
di masak agar saya bisa makan sehari-harinya. Makan saya sedikit, jadi tiap masak nasinya
sampai bisa di buat makan besok dan besoknya lagi. Namanya orang tua, makan hanya apa
adanya saja yang bisa di makan asal ada yang di makan saya sudah senang.
Karena kondisi Ibu Kasniti yang sudah tua, sehingga sudah sulit pula beliau
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan. Jadi saya meminta informasi dengan
mewawancarai tetangga terdekat beliau. Berikut hasil wawancara saya dengan tetangga beliau:
Bagaimana kondisi ibu Kasniti?
Ibu Kasniti tinggal dirumah itu sendiri, suaminya telah lama meninggal. Anaknya, Sauri
yang tinggal disamping rumahnya itu.
Bekerja sebagai apa Pak Sauri?
Sauri bekerja sebagai buruh tani di sawah. Tetapi dia jarang bahkan hampir tidak
pernah pulang dari sawah. Dia mendirikan gubuk kecil disana dan tinggal disana.
Bagaimana dengan anak Ibu Kasniti yang satunya (Surtini)?
Surtini sudah menikah dan tinggal dengan suaminya disana dan tidak pernah pulang
atau menjenguk Ibu Kasniti.
Begitulah hasil wawancara yang telah saya lakukan. Dan berikut menurut observasi
Kondisi Ibu Kasniti sangat memprihatinkan. Rumah beliau berlantaikan tanah, hanya ada
satu pintu saja yakni pintu masuk, dan beberapa bambu yang telah usang menghitam menonjok
pondasi-pondasi rumahnya, ruang depan hanya ada 3 kursi lapuk, meja besar yang diatasnya ada
sedikit nasi dan cobek kotor tanpa ada sedikitpun lauk yang terlihat, dan beliau mengatakan
bahwa beliau sholat di pelataran rumah karena kondisi rumah yang sudah tidak layak untuk
dijadikan tempat sholat. Beliau masak nasi hanya dari pemberian anaknya.
2.3 Pandangan Islam terhadap Kaum Dhuafa
Allah subhanahu wa taala menjadikan sebagian manusia sebagai fitnah (ujian)
terhadap sebagian yang lainnya. Yang miskin merupakan ujian bagi yang kaya dan sebaliknya,
yang kaya adalah ujian bagi yang miskin. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah subhanahu
wa taala dalam firman-Nya: