Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berpenduduk mayoritas muslim. Namun,
sungguh anehnya bangsa ini sangat dikenal dengan praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) atau praktik tercela lain. Berbagai isu kemiskinan, pengangguran, pornografi, kekerasan anak, dan penilapan uang rakyat masih menjadi hiasan terdepan berita nasional. Kondisi semacam itu diperparah dengan kebingunan bangsa dalam membuat model atau formula serta menata karakter dan moralitas generasi penerus bangsa. Revolusi mental yang dicanangkan pun belum menyentuh sendi-sendi kehidupan yang lebih baik, bahkan seperti jalan dtempat tanpa ada perubahan. Para pemimpin banmgsa ini lebih suka disibukkan dengan agenda-agenda pribadi untuk memperkaya dan memperkuat posisi jabatan. Kesusahan rakyat tidak pernah mereka dengar. Penderitaan mereka seakan dijadikan tumbal memperlancar kepuasan hawa nafsu. Banyak diantara mereka yang lupa amanah rakyat. Di tengah suasana ramadhan yang penuh keberkahan ini, sudah seharusnya seluruh komponen bangsa mampu berintropeksi diri dan menjadikan ramadhan titik perubahan perilaku dan karakter bangsa. Ramadhan jangan hanya sekadar menjadi kegiatan tahunan tanpa sebuah makna. Ramadhan seharusnya menjadi media yang efektif untuk mengubah diri lebih dari tiap tahun. Seorang berpuasa harus mampu menjadikan nilai-nilai puasa sebagai landasan perilaku dan kehidupan sehari-hari. Tidak hanya ketika bulan puasa, namun juga di luar bulan puasa. Karena Tuhan Allah di bulan ramadhan juga sama dengan Tuhan Allah di luar bulan ramadhan. Maka salah jika ada orang tidak mau korupsi di bulan ramadhan, namun di luar bulan ramadhan rajin mengambil uang rakyat. Orang seperti ini tentunya gagal dalam menjadikan ramadhan sebagai titik perubahan karakter dan perilaku. Di antara nilai yang diajarkan dalam berpuasa adalah mampu sabar menahan diri. Karena orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya akan selalu akan mempertimbangkan baik buruknya suatu keinginan. Karakter ini sangat dibutuhkan oleh seluruh komponen bangsa ini terutama para pemimpinannya. Dengan memiliki karakter semacam ini, seseorang tidak akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh apa yang dia inginkan. Ia bisa menahan diri walaupun ia sangat menginginkan. Ia sadar bahwa kalau bukan haknya maka ia tidak boleh mengambilnya. Ia selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasinya. Seperti halnya ketika ia berpuasa, walaupun lapar atau haus, ia tetap bertahan sampai datangnya waktu berbuka. Selanjutnya, di antara karakter yang sangat dibutuhkan untuk bangsa ini adalah kedisiplinan. Nilai telah diajarkan satu bulan penuh selama bulan ramadhan. Hal sangat terlihat ketika menjelang berbuka puasa. Hanya kurang satu menit pun jika belum yakin telah masuk waktunya untuk berbuka, semua orang tidak mengenal tua ataupun muda patuh dan disiplin untuk menunggunya. Nilai ini seharusnya terus dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga kita sebagai bangsa yang mayoritas umat muslim tidak tertinggal dari bangsa barat. Mereka telah membudayakan disiplin di segala bidang; dari budaya antri, membuang sampah, sampai budaya taat berlalu lintas. Dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi suatu bangsa akan mampu membangun peradaban yang maju. Karena semua berjalan sesuai dengan aturan. Tidak ada budaya “teman sendiri” atau “kelompok kita”. Semua orang dituntut untuk mampu bekerja secara professional. Nilai semacam ini sangat dianjurkan dalam islam. Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah Swt. mencintai seseorang apabila mengerjakan sesuatu dengan penuh profesinal.” (HR. Ath- Thabari). Karakter lain yang diajarkan puasa adalah peduli terhadap sesama. Dalam puasa diajarkan nilai solidaritas social dengan anjuran berbuat baik sebanyak mungkin, terutama dalam bentuk tindakan menolong kaum fakir miskin. Jika hal ini berjalan terus pada waktu lain di luar bulan ramadhan maka akan menjadi karakter bangsa yang luhur. Karakter akan bisa menuntaskan berbagai problematika sosial mulai dari; kemiskinan, pengangguran dan anak jalanan. Oleh karena itu Islam sangat memperhatikan hubungan antara keimanan dan amal soleh, antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, sesungguhnya ada orang yang dating kepada Nabi Saw. Lantas berkata,”Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling dicintai Allah? Amalan apa yang paling disukai Allah?” Rasulullah bersabda,”Kebahagian yang engkau masukkan dalam hati seorang muslim atau engkau hilangkan kesusahannya atau engkau lunasi hutangnya atau usir laparnya. Sungguh, saya berjalan bersama seseorang dalam menunaikan keperluannya lebih aku sukai daripada iftikaf di masjid ini (masjid Madinah) selama satu bulan. (HR. Al-Baihaqi). Karakter seperti sabar, disiplin, professional, peduli terhadap sesama, sangat penting untuk membangun kembali bangsa ini yang telah lama terkena multi krisis berkepanjangan. Semoga kita mampu memaknai nilai-nilai ramadhan tahun ini.