Anda di halaman 1dari 2

TAFSIR AN/AKM

Oleh
Akhmad Nurhudah, M.Pd
(Pengawas Pendidikan-Cabdin Banyuwnagi

Permasalahan satu (virus covid 19) belum tuntas muncul


permasalahan yang tidak kalah pentingnya perlu perhatian yang lebih
yaitu AN/AKM. Permasalahan Asesmen Nasional (AN)/Asesmen
Kompetensi Minimal (AKM) ini menjadi penting sebab masih ada tafsir yang keliru
tentang kedua hal tersebut. Padahal, kita tahu bahwa untuk menghadapi AKM
diperlukan pemahaman yang lebih kepada semua pihak khususnya pendidik. Sebab,
pendidiklah sebagai garda terdepan untuk melaksanakan AN/AKM yang lapangan.
Sedangkan kondisi di lapangan masih belum mendukung secara sempurna
keterlaksanaan kegiatan secara baik khususnya proses pembelajaran karena adanya
covid 19.
Asesmen nasinal adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah,
madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mutu
satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi,
numerasi dan karakter) serta kualitas belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan
yang mendukung pembelajaran. Untuk memperoleh informasi tersebut diperoleh dari
tiga instrument utama yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), survey karakter
dan survie lingkungan belajar.
Asesmen nasional dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen
dirancang untuk menghasilkan informasi yang akurat untuk memperbaiki kualitas
belajar mengajar yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.
Asesmen nasional menghasilkan informasi untuk memantau (a) perkembangan
mutu pendidikan dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem
pendidikan misal di satuan pendidikan antara kelompok social ekonomi, di satuan
wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah ataupun antar kelompok
berdasarkan atribut tertentu.
Asesmen nasional ini bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya
menjadi tujuan utama sebuah sekolah, yaitu pengembangan kompetensi dan karakter
siswa. Asesmen nasional memberi ilustrasi tentang karakteristik esensial sebuah sekolah
yang efektif mencapai tujuan utama tersebut. Dengan demikian, asesmen nasional tidak
menjadi alat untuk menilai ataupun mengukur prestasi secara individu.
Sebab, asesmen tidak sebagai alat mengukur prestasi individu maka AN/AKM
ini tidak mempengaruhi kelulusan seorang siswa. Hasil asesmen diharapkan menjadi
dasar perbaikan pembelajaran. Asesmen nasional diberikan kepada siswa tidak diakhir
jenjang satuan pendidikan. Asesmen nasional ini diikuti siswa kelas V, VIII, dan XI
yang dipilih secara acak oleh pemerintah. Sedangkan untuk program kesetaraan
asesmen diikuti oleh semua siswa yang berada pada tahap akhir program pembelajaran.
Selain siswa yang mengikuti asesmen secara acak, guru dan kepala sekolah pun
diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar
setiap satuan pendidikan.
Asesmen nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu
sekaolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Sebab itu, tidak semua siswa
menjadi peserta AN/AKM. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar
siswa yang menjadi peserta AN/AKM dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika
mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, asesmen nasional juga digunakan
untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan.
Asesmen nasional tidak menggantikan peran UN dalam mengevaluasi prestasi
atau hasil belajar siswa secara indvidu. Namun asesmen nasional menggantikan peran
UN sebagai sumber informasi utnuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem
pendidikan. Asesmen nasional akan menghasilkan potret yang lebih utuh tentang
kualitas hasil belajar serta proses pembelajaran di sekolah.
Asesmen nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi Membaca dan
Literasi Matematika. Keduanya dipilih sebab merupakan kemampuan yang mendasar
dan diperlukan semua siswa, terlepas dari profesi dan cita-citanya di masa depan.
Literasi dan Numerasi merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan secara lintas
mata pelajaran. Kemampuan membaca yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya
dikembangkan tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga pelajaran
agama, IPA, IPS dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-sitematis yang
diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui berbagai
pelajaran. Dengan mengukur literasi dan numerasi Asesmen Nasional mendorong guru
semua mata pelajaran untuk focus pada pengembangan kompetensi membaca dan
berpikir logis-sistematis.
Untuk menyikapi hal tersebut yang perlu kita lakukan adalah (a) meningkatkan
pemehaman tentang AN/AKM baik melalui seminar, workshop dan yang lainnya baik
secara daring maupun luring, dan (b) menguatkan model pembelajaran yang
meningkatkan berpikir tingkat tinggi (hots). Sebab, dengan dua hal inilah yang
sebenarnya dapat menjawab permasalahan yang kita hadapi yaitu AN/AKM. Apalagi
dengan model pembelajaran dan penilaian hots maka AN/AKM pun akan bisa dihadapi
siswa dengan baik. Jadi, kunci utama untuk menghadapi AN/AKM terletak pada proses
pembelajaranlah yang harus dikuatkan literai maupun numerasinya.

Anda mungkin juga menyukai