Anda di halaman 1dari 8

Tugas UAS

Pendidikan Agama

Sherina Dhamma Yanti (201706020002/12017003297)


Grafty Pollin (201706020003/12017003287)
Natasha Satriawan (201706020005/12017003118)
Laurentia Brenda Violita (201706020008/12017003153)
Juliana Sumartono (201706020007/12017003160)
Ricky Krisna (201706020011/12017003275)
Viola Clara (201706020015/12017003434)
Sondang G.O Ambarita (201706020016/12017003437)

Program Studi Farmasi


Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta
1. Gambaran Komunitas yang Dikunjungi
Kami mengunjungi sebuah panti jompo. Yang terletak di Jl. Sahabat Baru No.39,
RT.4/RW.1, Duri Kepa, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
11510. Sesuai dengan namanya, panti ini dihuni oleh para lansia. Di dalam komunitas ini,
kami melihat begitu banyak dinamika rasa yang terjadi. Ada perasaan sedih, kesepian,
bahagia, sukacita, bahkan pengharapan. Ada beberapa dari mereka yang hampir
kehabisan semangat hidup dan merasa hidupnya sia-sia. Beberapa dari mereka justru
merasa bersyukur atas apa yang mereka miliki saat ini. Kebersamaan disana juga cukup
terjalin dengan baik antar sesama penghuni panti. Panti ini diurus oleh seorang ibu yang
bernama Ibu Mike. Ibu Mike tidak bekerja sendirian, ia juga dibantu oleh beberapa
suster. Panti ini memiliki sekitar 18 orang lansia dari berbagai latar belakang dan usia.

2. Aktivitas Kelompok dalam Komunitas


Dalam rangka mengerjakan tugas agama, kami mahasiswa farmasi mengadakan
kunjungan sosial ke Panti Jompo Sahabat Baru, Jl. Sahabat Baru No.39, RT.4/RW.1,
Duri Kepa, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11510 pada
hari Selasa, 7 November 2017. Panti di sana merupakan panti jompo yang khusus untuk
oma/opa tidak bisa berjalan, panti di sana tidak hanya panti jompo tetapi mereka di sana
mengikuti pengobatan, setiap hari ada dokter yang datang ke sana untuk mengecek
kesehatan mereka. Kegiatan berlangsung sejak pukul 11.00 hingga sore yang diikuti oleh
seluruh anggota kelompok kami. Kegiatan dimulai dengan membagikan snack berupa
gorengan untuk para lansia karena kabarnya mereka sangat menyukai jajanan gorengan.
Selanjutnya kami berpencar untuk mendatangi opa-oma untuk saling bercerita,
menanyakan keadaan, mengobrol, bercanda, dan kami pun bersenang-senang di sana.
Kami juga sempat menanyakan tentang asal mereka, sudah berapa lama menetap di
wisma ini. Kami juga berfoto-foto untuk dokumentasi dan kenang-kenangan bersama
oma opa di sana, banyak dari mereka yang menginginkan foto yang kami ambil. Sebelum
kami pulang, kami membantu opa dan oma dengan mendorong kursi roda dan
menggendong ke kasur ketika hendak tidur. Saat sore tiba, saatnya opa-oma tidur dan
kami pun pamit pulang.

3. Pengetahuan dan pengalaman yang didapat oleh kelompok kami


 Dari kecil saya diberikan pengetahuan bahwa kita harus selalu menghormati dan
memperlakukan orang tua kita dengan baik. Pengetahuan saya juga berkata bahwa
kita harus membalas budi baik orang tua yang sudah menjaga kita dari kecil dengan
menjaga mereka dalam kondisi apapun saat mereka sudah menua. Dari pengalaman
yang saya dapatkan setelah saya mengunjungi panti jompo ini, saya benar-benar
merasakan pengalaman kesepian dari beberapa orang tua. Bahkan air muka mereka
seakan mengatakan ingin pulang ke rumah anak-anak mereka. Melihat keadaan
seperti ini, saya berjanji untuk menjaga orang tua mereka kelak dan memperlakukan
mereka sebaik dan semampu yang saya bisa. – Laurentia Brenda Violita
 Pengetahuan yang saya peroleh dari kegiatan ini ialah, saya mengerti dan memahami
bahwa memberikan kasih terhadap sesama itu merupakan pekerjaan yang sangat
menyenangkan dan mulia. Kenapa ? karena, saat kita melihat orang lain bahagia,
maka secara spontan kita pun ikut berbahagia. Apalagi orang yang kita kasihi itu
merupakan orang lain yang kita tidak tahu latar belakangnya, agamanya, sukunya, dll.
Kita memberikan kasih sayang kepada semua orang tanpa memandang bulu. Karena,
hal itu membuat dunia ini lebih berarti dan bermakna. Selanjutnya, pengalaman yang
saya peroleh ialah saat saya mengetahui bahwa menjadi seorang yang tidak memiliki
saudara kandung, maupun orang tua tidak menghalangi kita untuk menjadi seorang
yang bahagia. Hal ini, saya peroleh dari seorang oma yang tinggal untuk sementara
waktu di panti jompo itu. Saat saya bertanya, apakah oma memiliki seorang anak?
Dan dia mengatakan bahwa dia tidak memiliki seorang anak, dan kedua orangtuanya
pun juga sudah meninggal. Saat itu, saya merasa sangat sedih. Karena saya pikir
menjadi seorang yang hanya memiliki dirinya sendiri merupakan hal yang paling
menyedihkan di dunia ini. Namun, oma tersebut mengatakan bahwa ia senang tinggal
di sini. Ia memiliki banyak teman dan banyak orang – orang yang mengasihinya. Ia
merasa sangat mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya. – Sondang G.
O. Ambarita
 Saat kunjungan ke panti jompo, para opa dan oma tampak senang dengan kedatangan
kami, karena dari yang saya rasakan mereka tidak merasa kesepian. Saya lihat, yang
mereka butuhkan bukan hura-huranya, tapi kesempatan untuk didengarkan saat
mereka bercerita banyak hal. Beruntung, saya bisa hadir bersama mereka,
mendengarkan hal-hal menarik dari mereka, dan bisa belajar banyak dari situ. Dari
mereka pula saya belajar mengalahkan ego dan berempati terhadap orang lain. Sedari
kecil, saya diajarkan untuk melayani sesama. Tidak harus sesuatu yang besar, tapi
bagaimana kita memberi dengan hati, baik materi, waktu, maupun perhatian. Berbagi
kasih berarti kita memberikan kelebihan yang kita miliki. Itu sebabnya, bagi saya,
mengunjungi para lansia di panti jompo memberikan kebahagiaan yang luar biasa. -
Natasha Satriawan
 Kami tahu bahwa mereka di sini ada yang sedang berobat , sudah tidak punya
keluarga, atau keluarganya yang menitipkannya di sana. Mereka pasti merasakan
penderitaan dengan suster yang merawatnya dengan kasar atau ketidaknyamanan
mereka berada di sana. Pengalaman saya saat saya melihat suster yang merawatnya
dengan kasar itu sangat membuat saya sedih. Saya membayangkan bagaimana jika itu
adalah orangtua saya. Dari situ saya bertekad kepada diri saya sendiri akan merawat
orangtua saya sampai orangtua saya tua dan sampai meninggalkan saya sesibuk
apapun saya nanti. -Sherinna Damma Yanti
 Pengetahuan yang saya dapatkan sejak saya kecil yaitu kita harus menghormati orang
tua, meringankan beban orang tua, melayani sesama tanpa memandang perbedaan
(agama, suku, ras). Dari panti tersebut juga saya mengetahui bahwa oma-opa di sana
merupakan orang tua yang dari segi ekonomi menengah ke bawah sehingga mereka
berobat dan tinggal di panti tersebut. Pengalaman yang saya dapat dari kegiatan ini
adalah saya benar-benar merasakan bagaimana merawat orang tua (mendorong kursi
roda, menggendong opa ke kasur pada saat jam tidur siang). Ternyata mereka tidak
terlalu membutuhkan kesenangan/hiburan tetapi mereka membutuhkan
perhatian/kasih sayang. Karena mereka merasa tidak nyaman dirawat oleh suster yang
tidak memberikan kasih sayang secara penuh. – Juliana Sumartono
 Dari kunjungan ke panti jompo ini saya mendapatkan banyak pengetahuan dan hal-
hal berharga yang dapat direnungi. Yang pertama, di panti jompo ini kebanyakan opa
oma tinggal di sana karena tidak ada lagi anggota keluarga atau kerabat yang dapat
mengurus mereka. Kebanyakan anak-anak cucu mereka sibuk atau tinggal terpisah
sehingga opa oma tersebut terpaksa sendirian dan tidak ada yang menemani, padahal
kita tahu tentu menjadi lansia tidak mudah dengan kemampuan tubuh yang semakin
terbatas membuat mereka tidak bisa seleluasa pada saat mereka muda. Kondisi
mereka yang serba berketerbatasan bukan karena pilihan mereka melainkan semacam
"nasib" yang harus dijalani. Oleh karena itu dari pandangan saya banyak opa oma
yang tinggal di sana menjalani hidupnya dengan getir, karena merasa tidak ada orang
terdekat yang mau peduli terhadap mereka. Saya terutama sebagai orang muda belajar
banyak hal dari kunjungan ini. Yang pertama sesibuk apapun kita, tetap harus
memperhatikan orang tua yang sudah lebih dulu mengasihi dan merawat kita. Apalagi
mereka juga sudah tidak bisa apa-apa dan memerlukan kita anak-anaknya. Yang
kedua walaupun dalam kondisi terbatas, kita perlu tetap mengucap syukur karena
bagaimanapun kondisi kita pasti sudah diatur Tuhan. – Viola Clara
 Pengetahuan yang saya dapat dari kegiatan ini adalah dalam hal berbagi kasih atau
berbagi apapun, kita tidak boleh memandang dahulu latar belakang (suku, agama, ras,
budaya) orang tersebut. Kita harus berbagi sambil menutup mata atau tanpa
memandang bahwa orang itu berbeda dengan kita. Pengalaman yang saya dapat
adalah ternyata membantu dan berbagi kasih kepada sesama itu merupakan hal yang
menyenangkan. Karena kita membantu dengan kemauan kita sendiri.
- Grafty Pollin
 Pengetahuan yang didapatkan saat melakukan kunjungan kemarin membuat saya
tertegur agar kita lebih menghormati orang tua yang telah merawat kita dari kecil.
Karena ada oma di sana yang bercerita kalo anaknya sudah tidak mau merawat
dirinya lagi. Kalau ingat masa kecil , orang tua kita selalu setia menjaga kita sampai
tumbuh besar. Kita dapat melakukan hal sederhana dalam menghormati orang tua
kita, yaitu dengan bertutur kata yang baik saat bicara, itu merupakan ungkapan kecil
bahwa kita menunjukkan hormat pada mereka – Ricky Krisna

4. Refleksi Teologis
 Agama Katolik
 Efesus 6:2-3
Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi.
 1 Petrus 5:5
Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang
tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab:
“Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”
Menghormati orang tua kandung mungkin lebih mudah bagi kita karena
mereka telah berjasa dengan melahirkan dan membesarkan kita. Namun,
menghormati orang yang lebih tua yang bukan orang tua kandung kita dapat
mengalami kesulitan dan membutuhkan kerendahhatian, apalagi jika jabatan atau
status sosial orang tersebut lebih rendah daripada jabatan atau status sosial kita.
Meski demikian, menghormati orang yang lebih tua merupakan kehendak Tuhan
bagi kita.
 Agama Kristen
 Ternyata berbagi kasih kepada orang lain itu menyenangkan, dari satu sisi kita
senang, di sisi lain orang pun bahagia. Kita tahu bahwa Tuhan mengajarkan kasih
kepada kita bahkan karena kasih-Nya yang begitu besar sehingga mengaruniakan
Anak-Nya ke dunia. “Bukankah kita juga harus mengasihi sesama manusia seperti
mengasihi diri kita sendiri?“ Perintah yang kedua yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22: 39). Adalah baik
jika kita selalu melayani dan peduli dengan orang-orang sekitar kita, termasuk
keluarga, teman, dan orang lain.
 Filipi 4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.
 Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi. ~ Efesus 6:2-3

 Yohanes 15:12 - "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi,


seperti Aku telah mengasihi kamu" Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk
saling mengasihi kepada sesama kita karena kita sudah lebih dulu dikasihi
oleh-Nya.
 Imamat 19:3 Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan
engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut
akan Allahmu; Akulah TUHAN.

Walaupun dalam kondisi sulit dan terbatas bukan berarti Tuhan sudah
meninggalkan kita. Tuhan pasti selalu menjaga kita. Oleh karena itu
hendaknya kita selalu bersyukur kepada Tuhan bagaimanapun kondisi kita.
 Agama Buddha
 di dalam sigalovada sutta diuraikan mengenai 5 kewajiban anak kepada orang tua,
salah 2 nya adalah:
1. Merawat orang tua ketika orang tua sakit atau sudah jompo anak
punya kewajiban untuk merawatnya, melayaninya dengan cinta
kasih dan kasih sayang kepada mereka sebagaimana mereka
merawat dan membesarkan anaknya dari kecil.
2. Menanggung beban kewajiban orangtua. Ketika orangtua sudah
tidak mampu lagi untuk bekerja dan memenuhi kehidupan sehari-
hari, anak mempunyai kewajiban untuk memenuhi segala
kebutuhan hidupnya sebagaimana yang mereka lakukan saat
anaknya masih kecil.
Dalam Anguttara Nikaya Bab IV ayat 2 sang buddha memberikan
perumpamaan:
“Bila seseorang anak menggendong ayahnya di pundak sebelah kiri dan
ibunya di pundak sebelah kanan selama seratus tahun, maka anak tersebut
belum cukup membalas jasa kebaikan yang mendalam dari orangtuanya.”
 Dalam Anguttara Nikaya Bab IV ayat 2 Sang Buddha memberikan perumpamaan
sebagai berikut : “Bila seorang anak menggendong ayahnya di pundak kiri dan
ibunya di pundak kanan selama seratus tahun, maka anak tersebut belum cukup
membalas jasa kebaikan yang mendalam dari orangtuanya.”
Anak-anak amat berhutang budi kepada orangtuanya. Tanpa kasih sayang
dan pengorbanan orangtua, anak-anak tidak mungkin dapat hidup bahagia.
Sang Buddha pernah mengatakan bahwa orangtua laksana “Brahma” bagi
anak-anaknya. Oleh sebab itu, anak-anak seyogyanya berbakti kepada
orangtuanya. Anak-anak seyogyanya merasa gembira dan bahagia bila
berkumpul dengan orangtuanya. Anak-anak seyogyanya berlaku baik dan
sopan terhadap orangtuanya.
Dalam Dhammapada bab XXIII ayat 332, Sang Buddha bersabda,
“Berlaku baik terhadap ibu merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini;
berlaku baik terhadap ayah juga merupakan kebahagiaan. Berlaku baik
terhadap pertapa merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini, berlaku
baik terhadap Para Ariya juga merupakan kebahagiaan.”
Anak–anak seyogyanya berusaha melakukan kewajibannya sebagai anak
dengan sebaik-baiknya. Dalam Sigalovada Sutta diuraikan mengenai 5
macam kewajiban anak kepada orangtuanya, yaitu:
1. Merawat dan menunjang kehidupan orangtuanya terutama di hari
tua mereka.
2. Membantu menyelesaikan urusan-urusan orangtuanya.
3. Menjaga nama baik dan kehormatan keluarganya.
4. Mempertahankan kekayaan keluarga, tidak menghambur-
hamburkan harta orangtua dengan sia-sia.
5. Memberikan jasa-jasa kebahagiaan kepada orangtuanya yang telah
meninggal dunia.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai