Anda di halaman 1dari 5

Seorang perempuan usia 28 tahun berinisial M, seorang perempuan

dengan disabilitas psikososial, ibunya meninggal saat usia masih 10


tahun . Sejak ibunya meninggal hidup dan diasuh neneknya. Bapaknya
bekerja di luar kota sampai M menjelang remaja, tinggal di desa suka
maju..., kecamatan ..., …, jarak dari tempat tersebut ke Puskesmas
adalah sekitar 5 km ...jika pergi menggunakan transportasi ....sepeda.
Perjalanan hidup semasa anak-anak sampai menjelang dewasa sering
mendapat perlakuan yang membuat tidak nyaman, yakni diejek melalui
bentuk tubuh yang gendut dan membuat M malu bergaul dan
memutuskan untuk tidak sekolah. Karena M mengalami perubahan
perilaku maka ayahnya kembali.
Sejak ayahnya kembali, M hidup dengan ayah dan neneknya dengan
kondisi rumah dari bambu dengan alas lantai semen tanpa kamar mandi
dan WC. Air dan Listrik didapatkan dari aliran gedung desa sedangkan
mandi / membersihkan diri memanfaatkan toilet umum dengan
penerangan dan tampak terang di malam hari (berada bersebelahan
dengan Gedung OR desa) yang berjarak dari rumah 50 meter. Bisa
ditanbahkan k Kegiatan sehari-hari M melakukan apa?aktifitas banyak
diam, malas mandi , sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari
dilakukan oleh Neneknya seperti menyapu, mencuci, memasak dan
lainyamelakukan apa saja,, yang dan dilakukan dari jam 05.00 pagi
berapa sampai jam 18.00 WIB. berapa
Sejak tidak sekolah, perilaku M menunjukkan perubahan yakni,
menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan diri ( menolak mandi,
BAK da BAB ditempat, menstruasi tidak terkontrol sehingga badan dan
kamar bau). Kondisi tersebut berlangsung selama 3 tahun dan
kemudian menjadi perhatian saat bau kamar menyengat sampai keluar
rumah dan ada beberapa warga yang perhatian. Hasil investigasi
Wwarga disampaikan kepada kader kesehatan jiwa desa.
Kader keswa memotivasi kepada memaksa keluarga untuk membawa M
berobat dan akhirnya menjalani rawat inap di RSJ. Saat diajak ke rumah
sakit M menunjukkan perilaku aneh ( telinga diarahkan ke satu sudut
dengan arut wajah bingung), kadang bicara sendiri tidak jelas, wajah
tegang merasa seperti mendengar suara-suara, saat ditanya menolak
mejawab. Menurut ayahnya selama ini M tidur pada dini hari,
sepanjang malam berbicara sendiri tidak jelas. Dalam menjaga
kebersihan diri sangat tergantung orang lain dan harus dipaksa.
Sepulang dari rawat inap, PDDP kembali ke rumah dan masih
memerlukan rawat jalan dan pengobatan teratur. Karena di rumah tidak
ada yang paham mendampingi pengobatan dan perawatan yang tepat,
maka M kembali kambuh dan kembali rawat inap. Ayahnya yang
seharusnya bekerja mencari nafkah , tetapi karena ayahnya menjaga
hanya berfungsi sebagai penjaga “ orang sakit” karena harus mencari
nafkah sehingga kebutuhan M tidak terpenuhi. Sedangkan neneknya
sudah mulai sakit-sakitan dan beberapa kali harus kontrol ke
puskesmas. diantar oleh tetangga perempuan di samping rumahnya.
Pada saat rawat inap yang kedua, gejala M muncul dengan teriak-
teriak, merasa ada makhluk yang mengikuti, merasa akan dibunuh dan
ketakutan tanpa sebab. Makan minum menolak karena takut
menyebabkan kematian sehingga memenuhi kebutuhan makan, minum
harus dipaksa. Karena neneknya sudah jatuh sakit sehingga tidak bisa
membantu dalam perawwatan sementara ayahnya sibuk mencari
kebutuhan untruk keluarga.
Melihat kondisi M, maka kader keswa perempuan , berinisitif untuk
membawa kontrol ke RSJ dan dinyatakan harus rawat inap. Selama M
menjalani rawat inap, neneknya mengalami sakit dan meninggal dunia.
Setelah M diperbolehkan pulang dari rawat inap dan mendapati
neneknya sudah meninggal dunia, M kembali menolak pengobatan
sehingga kembali kambuh. Kekambuhan kali ini, ditandai sulit tidur,
tidak menjaga kebersihan diri (menolak mandi dan berganti pakaian,
menolak membersihkan alat vital pada saat menstruasi). Karena
suasana masih berduka maka ayah M, belum memikirkan perawatan
lanjut M sampai diketahui oleh kader keswa perempuan . Oleh kader
keswa kemudian diantar untuk rawat inap sampai dinyatakan membaik
dan boleh pulang.
Saat Kepulangan rawat inap yang teretrakhir, M didampingi kader keswa
dan beberapa tokoh desa perempuan dan laki-laki . Rumah M
dibersihkan Bersama oleh warga sehingga tampak bersih dan ada
pemugaran untuk sebagian rumahnya menjadi warung makan
sederhana.
Saat ini M hidup dengan ayahnya yang semakin tua, menjadi penjual
warung dengan konsumen sebagian ada pengunjung GOR Desa adalah
laki-laki. Fasilitas rumah masih belum ada perubahan hanya lingkungan
rumah dan sekitarnya lebih bersih.
Menurut kader keswa yang sekarang jadi perhatian, M sudah menuju
dalam usia produktifdewasa, ayahnya semakin tua dan fasilitas dasar
tempat tinggal kurang memadai sedangkan posisi rumah sangat berisiko
tidak aman ( terletak samping pojok Gedung GOR yang sering dihadiri
pengunjung sebagian laki-laki silih berganti tdan sulit mendapat
pantauan dari masyarakat, berisiko terkaitpenagamatan yang cermat
dari keamanan dan kenyamanan)

Dibawah sini kemudian harus ada pertanyaan buat didiskusikan apa?

Misalnya:
1. Isu kesehatan reproduksi apa dan hak-hak seksualitas apa saja
yang terabaikan dalam kasus M?
2. Apa yang harus dilakukan agar M tetap terjaga kepulihannya?
Elain melakukan pemberdayaan terhadap M? dengan melihat
peran dari 1) Ayah M, 2).Warga sekitar perempuan dan laki-laki, 3)
struktur desa setempat (P/L), Tokoh masyarakat (p/L), kader keswa
(P/L), Puskesmas (P/L), dll
3. Apa yang harus dilakukan agar memastikan kesehatan reproduksi
terjaga dan hak-hak seksual M terpenuhi? Selain melakukan
pemberdayaan terhadap M, dengan melihat peran yang dilakukan
oleh: 1) Ayah M, 2).Warga sekitar perempuan dan laki-laki, 3)
struktur desa setempat (P/L), Tokoh masyarakat (p/L), kader keswa
(P/L), Puskesmas (P/L), dll
4. Isu-isu ketidakdilan gender apa saja yang dialami oleh M?
Penyebab apa saja dan dikaitkan dengan faktor identitas lainnya,
dikaitkan dengan ekonomi dan lingkungan, dan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi isu-isu tersebut selain melakukan
pemberdayaan kepada M dengan melihat peran dari: 1) Ayah M,
2). Warga sekitar perempuan dan laki-laki, 3) struktur desa
setempat (P/L), Tokoh masyarakat (p/L), kader keswa (P/L),
Puskesmas (P/L)
5. Isu-isu ketidakdilan gender apa saja yang dialami oleh Nenek dan
Ayah M
6. Adakah resiko kekerasan berbasis gender yang dihadapi oleh M?
Apa dan bagaimana? Dan Bagaimana pencegahan dan
penanganan selain melakukan pemberdayaan terhadap M,
dengan melihat peran dari : 1) Ayah M, 2).Warga sekitar
perempuan dan laki-laki, 3) struktur desa setempat (P/L), Tokoh
masyarakat (p/L), kader keswa (P/L), Puskesmas (P/L), penyedia
layanan, dll.

Anda mungkin juga menyukai