Anda di halaman 1dari 5

Naskah MCW

Temen : Yasmin, Lili (Caca, Himami)

Dokter : Chanez

Klien : Rosa (Tasya )

Peksos : Camelia (Tita)

Ustadzah : Nur (Zaira)

Ibu klien : Siti (Widia)

Psikolog : Nabila

Dialog

Yasmin dan Lili yang merupakan teman Rosa pergi ke Balai Rehabilitasi Sosial Medan. Mereka
menemani Pekerja Sosial (Camelia) dengan tujuan untuk merujuk Rosa yang depresi karena
terpuruk setelah mengetahui dirinya mengidap HIV.

Yasmin&Lili : Assalamu’alaikum, selamat siang.

Peksos : Waalaikumsalam. Ada yang bisa dibantu Kak?

Yasmin : Saya Yasmin, ini teman saya Lili. Saya yang kemarin menghubungi Mbak Lia
lewat telepon.

Peksos : Oh iya, kak Yasmin ya. jadi gimana kondisi lebih lanjut dari Rosa?

Yasmin : Jadi seperti yang saya ceritakan kemarin, teman saya Rosa itu mengidap HIV.
Nah semenjak dia tahu kalau dia mengidap HIV, Rosa itu sering mengurung diri, bahkan sempat
beberapa kali ada niatan untuk bunuh diri, dan juga dia seperti sudah ga punya semangat hidup
lagi, Mbak Lia. Jadi kami ingin Rosa punya semangat hidup lagi.

Lili : Iya, Mbak Lia. Langkah terbaiknya gimana ya Mbak untuk permasalahan Rosa?
Kita kan, istilahnya awam soal permasalahan seperti ini.

Peksos : Saya paham rasa khawatir kalian terhadap Rosa, selama belum ada penanganan
profesional, tindakan paling minimal yang bisa orang terdekat Rosa lakukan yaitu Controlling,
baik emosi maupun perbuatan Rosa. Tadi juga sempat disinggung sama Kak Yasmin, kalau Rosa
ini ada keinginan untuk bunuh diri. Supaya tidak lebih parah, mungkin besok Rosa bisa diajak
kesini aja Kak, untuk mengikuti proses penanganan.
Lili : Kalau boleh tahu, apa saja ya Mbak proses penangannya?

Peksos : Untuk tahapan prosesnya kita dibagi menjadi 7 tahap ya, Kak. Pertama kita
proses Enggament, maksudnya melakukan pendekatan emosional kepada klien. Dan, kalau klien
sudah menaruh kepercayaan, kita bisa menandatangani kontrak untuk penanganan. Karena di
tahap selanjutnya, yaitu Assesment, itu kita harus menggali akar masalah yang dialami klien, jadi
rasa percaya klien kepada peksos itu sangat penting untuk dimiliki. Disini klien harus mau
membuka diri agar kami juga bisa mendapatkan data yang kami perlukan secara lengkap.
Selanjutnya ada tahap rehabilitasi yaitu klien sudah mulai melaksanakan program yang telah
kami susun berdasarkan data Assessment, dan kami akan memantau secara langsung dan
bertahap mengenai kondisi klien. Kemudian tahap resosialisasi yaitu kami akan memberikan
informasi mengenai perkembangan selama klien menjalani rehabilitasi kepada keluarga dan
orang terdekat klien, dan kami juga bertugas untuk mengedukasi supaya klien bisa kembali ke
rumah dengan hati yang lebih bahagia, tidak takut dikucilkan oleh orang-orang terdekatnya. Lalu
ada terminasi, dimana kami memulangkan klien ketika semua hasil evaluasi klien sudah
menunjukkan hasil yang positif atau stabil. Kemudian diakhiri dengan tahap follow up atau
pengecekan kondisi mental dan fisik klien secara bertahap.

Lili : Oalah okey Mbak, besok saya antar Rosa ke sini. Kalau begitu, kami pamit.
Terima kasih banyak, Mbak Lia.

Peksos : Iya, sama-sama.

Esok hari

(Enggagement)

Rosa : Selamat siang mbak.

Peksos : Siang kak Rosa, Silakan duduk. Apa kabar kak Rosa?

Rosa : Baik Mbak.

Peksos : Oh, iya. Perkenalkan saya Camelia selaku peksos di lembaga balai rehabilitasi
social ini, mbak bisa panggil saya Lia. Ngomong-ngomong, mau minum apa? Ada teh, sirup, atu
mau kopi?

Improve bae lah

Peksos : Jadi, begini Rosa. Mungkin Yasmin sama Lili sudah cerita garis besarnya sama
kamu mengenai proses penanganan di Balai Rehabilitasi ini. Dan untuk kesembuhan kamu
secara optimal, yang kita perlukan di sini adalah ketersediaan kamu. Saya ga bisa maksa kamu,
karena kami menghargai keputusan klien dibanding apapun.
Rosa : Saya jujur saja takut, Mbak. Dengan saya punya riwayat masuk ke Balai
rehabilitasi dan dengan saya yang menderita HIV ini, saya nanti akan dikucilkan oleh orang-
orang sekitar saya. Saya ga mau nantinya saya di rendahin, dipandang sebelah mata, atau
dikucilkan, Mbak. Tapi di satu sisi saya mau kembali normal seperti dulu lagi. Saya ingin bisa
membangun rumah tangga dan menjadi ibu seperti kebanyakan perempuan di luar sana, Mbak.

Peksos : Selagi kamu punya keinginan untuk sembuh, semua hal negatif yang kamu
bayangkan bisa kamu lawan. Nah, disini saya sebagai peksos atau anggota staff lain tugasnya
membantu kamu, membimbing kamu supaya kamu ga akan mengalami hal-hal yang kamu
pikirkan itu.

Rosa : Kalau begitu, saya bersedia, Mbak. Saya ga mau hidup saya lebih hancur dari
ini. Saya mau hidup dengan merdeka seperti dulu, ga terbayang-bayang masa depan yang suram.

Peksos : Kalau begitu, kamu bisa mengisi form-form berikut. Ini sebagai kontrak
menandakan ketersediaan kamu sebagai klien di Balai Rehabilitasi ini.

(Ttd Kontrak)

Peksos : Nah, Dengan ini kamu sudah terdaftar sebagai klien di sini. Jadi, Kak Rosa mohon kerja
samanya, ya. Kita sama-sama berproses demi masa depan yang Kak Rosa inginkan.

Rosa : Iya, Mbak.

(Assessment)

Peksos : Pokoknya kamu jangan takut buat cerita, kita disni sharing-sharing aja jadi ga
perlu sungkan. Kalau ada yang membebani kamu, boleh kamu ceritakan sama saya. Karena
disini saya tugasnya mencari solusi buat kamu. Nah, kondisi kamu bagaimana sekarang? Apa
ada kesehatan yang terganggu?

Rosa : Saya merasa kondisi kesehatan saya baik-baik aja, ga ada masalah. Tapi saya
ngerasa kondisi mental saya ga baik-baik aja mbak. Saya masih Shock sama hasil tes darah saya
kemarin.

Peksos : Oke. Bisa diceritakan kondisi kamu setelah mengetahui hasil tes darah?

Rosa : Saat itu saya pulang ke rumah dan langsung mengurung diri dikamar Mbak.
Saya sangat takut, bahkan saya tidak berani cerita ke orang tua saya. Pikiran saya benar-benar
kacau, semua pikiran buruk timbul begitu aja. Selama 3 hari saya tidak makan. (Ayayaya)

Peksos : saya bisa memahami kondisi Kak rosa saat itu sangat berat. Tapi saya terima
kasih, karena dengan kak Rosa akhirnya mau keluar dan bercerita degan orang lain merupakan
salah satu kemajuan yang patut di apresiasi. Kalau boleh tahu, Beban apa yang paling
memberatkan Kak Rosa selama ini?
Rosa : saya takut orang-orang menjauhi saya, apalagi saya baru mulai kuliah saya takut
masa depan saya tidak sesuai dengan harapan-harapan saya. Terlebih masalah pasangan, untuk
memiliki teman, saya rasa akan sulit, apalagi untuk memiliki pasangan.

Peksos : untuk sekarang saya rasa kita lebih baik focus sama kondisi kesehatan dan
mental Kak Rosa, saya yakin banyak yang sayang sama Kak rosa dan mengkhawatirkan kondisi
Kak sekarang seperti keluarga dan sahabat terdekat.

Rosa : saya sebenernya juga ga tega ngeliat ibu saya sangat khawatir dengan kondisi
saya. Cuma memang saya terlalu kalut dengan pikiran saya. Beberapa kali saya hampir
menyerah dan ingin mnengakhiri hidup. Tapi karena dukungan kedua teman saya, akhirnya saya
ada sedikit harapan menjalani hidup.

Peksos : dengan Kak rosa berada disini, kami berharap dan selalu bisa membantu kak
Rosa untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Kalo boleh tau awal mula mbak kena HIV
karena apa?

Rosa : Waktu saya SMA saya memiliki kehidupan yang bebas, orang tua saya bercerai,
dan ibu saya waktu itu sibuk bekerja dari pagi hingga malam. Saya dirumah hanya sendirian dan
tidak ada yang memperhatikan. Karena perhatian dan pengawasan yang kurang dari Ibu saya
selama ini, apalagi waktu itu saya masih remaja labil dan ga tahu apa-apa. Dan ternyata tanpa
saya sadari, saya sudah masuk terlalu dalam ke pergaulan bebas.

Peksos : Kalau boleh tahu, Kak Rosa kapan menyadari bahwa kakak ini berada dalam
pertemanan yang kurang sehat?

Rosa : Saya sadar ketika saya lulus SMA, dan waktu itu Ibu saya jatuh sakit karena
kelelahan bekerja. Di sini saya terkejut ketika saya memperhatikan teman-teman lain di luar
lingkungan pergaulan saya, mereka sudah melangkah jauh meninggalkan saya. Jadi, saya mulai
muncul rasa malu dan menyesal. Selama ini saya melakukan apa saja? Ibu saya bekerja di luar
sana, tapi saya hanya foya-foya tidak jelas. Saya akui kalau dulu saya menikmati semua itu,
karena itulah namanya kesenangan duniawi. Dan, ketika saya mengingat-ingat masa tiga tahun
saya di SMA, saya bisa menghitung jari berapa kali saya benar-benar belajar. Kemudian saya
memutuskan untuk gap year selama satu tahun untuk mengintrospeksi diri dan juga memperbaiki
diri saya. Dalam kurun waktu itu saya belajar, mengisi ilmu yang seharusnya saya pelajari di
SMA dan juga membantu Ibu saya untuk mencari uang dengan bekerja sambilan. Oleh karena
itu, bisa dibilang saya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat supaya saya tidak
terjerumus ke dalam pergaulan yang salah sekali lagi.

Peksos : Baik. Saya benar-benar mengapresiasi usaha kak Rosa untuk berubah. Dan saya
yakin kalau kak Rosa tidak punya niat yang kuat, akan sulit bagi kak Rosa untuk berubah. Oleh
karena itu, dalam kasus ini pun, Kak Rosa harus punya niat kuat dan tujuan yang bisa kakak
pegang teguh. Misalnya, “Aku mau sembuh, aku mau balik seperti dulu, aku masih belum bisa
mewujudkan mimpi aku jadi wanita karir yang tangguh”. Bisa saja seperti itu.

Rosa : Iya, Mbak Lia. Aku sekarang ga tahu harus bagaimana. Dan aku benar-benar berterima
kasih sama Yasmin, sama Lili. Kalau mereka pergi dari samping aku, dan ga nemenin aku di
masa-masa sulit aku ini, aku ga tahu lagi. Mungkin aku sudah jadi almarhumah sekarang. Dan
untuk masalah cita-cita, aku ga berharap banyak untuk sekarang. Aku Cuma mau sembuh,
supaya aku ga dipandang sebelah mata sama orang.

Peksos : Oke, saya paham. Karena kamu sudah setuju menjadi klien disini. Kita akan berusaha
semaksimal mungkin menjamin kesejahteraan sosial kamu. Jadi, yang kamu perlukan itu adalah
cerita. Apa yang kamu rasakan, apa ada yang salah, nanti kami akan bantu mencari penawarnya.
Jangan sungkan, jangan takut, dan jangan ragu untuk cerita. Karena kita ada untuk kamu, dan
ingin yang terbaik untuk kamu.

Rosa : Terima kasih, mbak Lia. Kalau begitu saya pamit undur diri, dan siap-siap untuk
mengikuti rehabilitasi di sini.

Peksos : Ah, Iya. Sama-sama. Hati-hati di jalan.

Anda mungkin juga menyukai