Anda di halaman 1dari 6

Tokoh

1. Ketua suku (lala)


2. Anak buah 1 (reza)
3. Anak buah 2 (Edwin)
4. Bu siti (rasyah)
5. Budi (zul)
6. Kepala desa/ pak wisnu (irgi)
7. Penjaga desa / mamat (faid)
8. Istri kp desa/ bu laras (Rindu)
9. Bu inah (masita)
10. Tim penyelamat/ aiyla (riska)

ADEGAN 1
TEMA: Bencana Alam (Banjir)
Disebuah desa terletak tidak jauh dari hutan hiduplah seorang wanita paruh baya yang bernama bu siti
dan anak laki-laki semata wayangnya yang bernama budi. Mereka hanya tinggal berdua karna suami bu
siti yang sudah lama meninggal. Pada sore hari yang cerah, bu siti sedang membersihkan halaman depan
rumahnya.
Bu siti: (menyapu) “hemmm… sampah ini emang ga pernah ada habis-habisnya”
Tak lama kemudian budi pun pulang selepas bermain bersama temannya.
Budi: “budi pulang buk…” (menduduki kursi taman rumahnya)
Bu siti: “nak tolong kemari sebentar”
Budi: “iya buk, ada apa?”
Bu siti: “tolong ibu buang sampah ini di pembuangan sampah di desa sebelah ya, karena pembuangan
sampah didesa kita sudah penuh”
Budi: “ emang harus didesa sebelah yah, buang sampahnya? gaada tempat yang lain? Desa sebelah kan
lumayan jauh.”
Bu siti: “iya nak, kamun harus buang ke pembuangan sampah desa sebelah. Kepala desa kita belum
mengurus pembuangan sampah desa ini”
Budi: “hmmm baiklah bu”
Bu siti: “tapi ingat satu hal ini nak, jangan sampai kamu membuang sampah kepertengahan hutan
perempat tak jauh dari desa kita.”
Budi: “emang kenapa bu?. (Tanya budi penasaran)
Bu siti: “disana terdapat suku pedalaman penjaga hutan yang tidak menyukai kotoran bahkan
penncemaran dihutan nya”
Budi: “oh iya bu, budi pergi dulu ya bu (bu siti hanya menganguk dan tersenyum)
Budi pun pergi menuju desa sebelah dengan berat hati. Sejujurnya ia tidak terlalu
menghiraukan perkataan ibunya. Karena rasa lelah ia selepas pulang bermain namun ibunya sudah
menyuruh buang sampah dengan jarak yang jauh.
Budi: ‘’huft, ibu ada ada saja. Sampah begini aja harus buang jauh jauh. Buang ditempat lain saja yang
lebih dekatkan juga bisa.’’ (keluh budi)
Beberapa menit kemudian, budi pun berhenti di tengah jalan. Tepat di pertempat didekat
hutan dan tepi sungai desanya. Ia melihat disana banyak sekali tumpukan sampah yang sudah
menggunung dan bercampur.
Budi: “Lah, disini banyak sampah yang menumpuk ternyata. Kata ibu tadi tidak boleh buang sampah
disini, tapi warga yang lainnya juga buang sampah disini?’’
Budi hanya terdiam melihat tumpukan sampah itu, seraya berpikir.
Budi: “ya sudahlah daripada aku harus pergi jauh lagi kedesa sebelah lebih baik aku buang sampah disini
saja. Toh, warga lain juga tidak dipermasalahkan membuang sampah sembarangan kesini.” (dalam hati)

Budi pun akhirnya membuang sampah dihutan itu, bersamaan dengan itu salah satu
penghuni hutan itu yaitu suku pedalaman melihat budi yang tengah membuang sampah ditempatnya.
Betapa terkejutnya dia melihat begitu banyak sudah tumpukan sampah dihutannya. Ia pun langsung
bergegas melaporkan hal itu kepada kepala sukunya.

ADEGAN 2
Anak buah 1: “nuk tuha ka abut abut diri nia manyak sidi sampah, nang urang muang sambarangan.”
Anak buah 1: “kepala suku dihutan kita banya sampah yang dibuang oleh para warga. Perkataan
anak buahnya membuat kepala suku mengeram marah dan merasa tida terima karena hutannya
ternodai dengan sampah para warga.
Anak buah 2: “jadi nuk tuha ahe nang arus diri ninjawat, supaya kabantnya nian jara bira iyah nana agi
muang sampah sambarangan.
Anak buah 2: “Apa yang harus kita lakukan, kepala suku? Untuk membuat para warga yang
membuang sampah di hutan ini jera?”
Kepala desa: “Dono ngahe me mereka muang sampah ka abut abut diri koa, kadek le koa diri harus
minjawat rutual nyaru ujant biar kampongya kebanjiran aya biar mereka ugk jara.”
Kepala suku: “Kita akan melakukan ritual pemanggilan hujan agar desa mereka kebanjiran
besar akan menjadi pelajaran untuk mereka supaya jera.”

ADEGAN 3
Dengan serempak anak buah menyetuji apa yang dikatakan kepala suku mereka.
(Melakukan ritual pemanggil hujan dengan tarian)
(SORE HARI ITU) Cuaca seketika berubah. Suara gemuruh langit beserta rintikan
hujan mulai jatuh, bercampur sesekali petir yang bersahut sahutan, dan tiba tiba air kepermukaan sungai
mulai naik. Tumpukan sampah pun berserakan dan jatuh ke sungai yang membuat sungai tersumbat dan
tercemar.
(MALAM HARI) Hujan mulai semakin deras, angin pun semakin ribut. Beberapa
pohon tumbang dan membuat suasana malam itu mencengkam.
Buk laras: “Pak cuaca hari ini tumben sekali ribut seperti ini ya, kenapa ya pak perasaan ibu jadi ngga
enak.”
Pak Wisnu: “ngga tau buk, bapak pun merasa tidak tenang, semoga saja tidak terjadi apa apa ya.”
Buk Laras: “Iya pak semoga saja.” (dengan raut muka gelisah)

(Tak lama kemudian Mamat penjaga desa dating kerumah kepala desa)
Mamat: “Assalamualaikum pak Wisnu” ( dengan suara panik)
Buk Laras dan pak Wisnu: “ Waalaikumsalam” (menjawab dengan serempak)
Pak wisnu: “ ada apa Mat, kenapa panic begitu?”
Mamat: “Air sungai pakkkk, air sungai desa kita tercemar, banyak sampah yang tergenang dan lebih
parahnya lagi membuat sungai aliran ke hilir tersumbat, hingga air sungai naik kepedesaan.”
Buk Laras: “ Astaghfirullah kenapa bisa seperti itu.”
(Pak Wisnu pun terdiam mendengar laporan dari Mamat)
Pak Wisnu: “Buk, ibu tunggu saja dirumah, jangan sampai keluar karna cuaca sedang tidak bagus, bapak
akan pergi mengecek sungai bersama mamat.”
Buk Laras: “Tapi pak, apa tidak terjadi apa apa, ibu takut desa kita akan tertimpa bencana.”
Pak Wisnu: “bu, semua itu biar bapak yang mengurusnya. Ibu cukup dirumah saja ya. Jika tejadi
bencana alam cepat-cepat la mengungsi kerumah saudara kita di bukit hulu.”
Buk laras: “iya pak, ibu akan menunggu dulu disini seraya mencari bantuan. Bapak hati-hati lah”
Pak wisnu: “iya buk, bapak pergi dulu” (bersalaman)
Pak wisnu: “ayo mat, kita langsung pergi kepedesaan dan mengecek disana”
Mamat:”iya, ayo pak”
Tak lama kemudian sampai la pak wisnu dan mamat di pertengahan desa. Betapa
terkejutnya mereka liat air sudah memasuki desanya.
Mamat: “bagaimana ini pak, airnya sudah sampai di desa kita dan semakin naik, hujan pun tak ada
berhenti-hentinya.
Pak wisnu: “ita harus mencari akar masalah ini dulu mat, ayo kita kesungai”
Mamat: “baik pak, lewat sini saja pak. Jika kita lewat jalan hilir sudah pasti tidak bisa lewat di karenakan
air yang sudah naik”
pak wisnu: “yaa.ayo…”
Belum juga beranjak sebuah rumah heboh karena air yang sudah memasuki kedalam
rumah nya.
Bu inah: “ya ampun. Banjir…. Tolongg tolongg…. Banjir. Airnya sudah masuk kerumah saya”

Inah pun keluar dari rumah nya. Dan melihat kepala desa dan mamat yang sudah
berada di depan rumah nya.
Bu inah:”kepala desa…! bagaimana ini… desa kita terkena banjir pak.”
Pak wisnu:” tenang buk, sebaik nya ibu mengungsi dulu kerumah warga didaratan tinaggi dulu. Saya
sedang berusha mengatasi bencana yang terjadi ini”
Bu Inah: “Yasudah pak, saya akan pergi mengungsi dulu.”
Setelah bu Inah pergi, kepala desa dan mamat pun bergegas menuju sungai. Betapa
terkejutnya pak Wisnu setelah sampai ke tepian sungai itu. Melihat begitu banyak sampah di hutan, dan
sebagian sudah tercemar ke sungai. Ia tak menyangka bahwa penduduk desanya . telah membuang
sampah ke hutan
Pak wisnu: “pelanggaran!”

ADEGAN 4
Buk siti:”ada apa dengan cuaca hari ini, kenpa hujan takada henti hentinya”
(bu siti yang mulai gelisa)

Seketika Guntur yang menggelegar mengejutkan bu siti


Bu siti:”astafirulallah… ya allah kenpa persaan tidak enak ya.”
Bu siti pun keluar rumah mengecek kedaan diluar rumah nya nbersamaan dengan itu bu inah pun
datang menggunjungi rumahnya.
Bu inah:”hahh.. bu siti tolong, tolong saya”
Bu siti:” ada apa buk inah, kenapa ibu basah kuyup begini”
Bu inah: banjir bu siti, desa kita terkena bencana banjir melanda desa kita. Rumah saya sudah
kemasukan air jadi saya mencari tempat pengungsian.”
Bu Siti: “Ha? Apa bagaimana bisa terjadi seperti ini?” (Bu Siti mulai curiga dengan apa yang tiba tiba
terjadi. Ia pun langsung memanggil anaknya Budi.)
Bu Siti: “Budi Budi.”
Budi: “Ada apa buk?”
Bu Siti: “Budi tolong jawab ibu sejujurnya dimana kamu buang sampah sampah tadi?”
Budi: “Itu……. Budi buang dihutan dekat sungai desa kita bu. Karena kalau pergi ke pembuangan desa
sebelah lumayan jauh. Budi capek”
Bu Siti: “ Ya Allah Budi, Ibu bilang apa…. Jangan sampai buang kesana, kenapa kamu tidak
mendengarkan perkataan ibu budi.”
Budi: “ Tapi bu, disana sudah banyak sampah yang menumpuk makanya Budi juga buang kesana karena
warga desa lainnya membuang dihutan itu.”
Bu Siti: “ haa, inilah akibatnya, padahal itu sudah jadi larangan ternyata masih juga dilangar, sekarang
sudah jadi begini siapa yang mau disalahkan.”
Bu Inah: “Ya Ampun bagaimana dengan nasib desa kita bu Siti?”
Bu Siti: “Kita harus menemui kepala desa dulu”
Bu Inah: “ Kepala desa tadi pergi ke hulu sungai perempatan desa dekat hutan untuk mengecek
permasalahan bencana ini.”
Bu Siti: “Ayo kita menumui kepala desa bersama. Budi ayo cepat ikut ibu.”

ADEGAN 5
Pak Wisnu merasa gelisah melihat semua yang ada didepan matanya, ia berfikir keras
kenapa masalah bisa sampai seperti ini.
Mamat: “jadi bagaiman pak? Bagai mana kita mengatasinya.”
Pak wisnu: “kita kumpulkan warga desa dulumat… ayo mat cepat!”
Mamt: :baik Ayo pak”
Pak waisnu dan mamt pun bergegas pergi menuju pertengahan desa untuk mengumpul kan semua warga
desa.
Pak wisnu mengumpulkan warga desadi permungkiman
Mamt: “bapak ibu semua cepat berkumpul di dataran tinggi di sini. Karna disini belum terkena banjir”
Maamat: “ ayok buk cepat di sini”

Di saat bersamaan bu siti, bu inah dan budi pun datang bersama warga lain nya.

Bu inah: “pak kepala desa … bagaimana ini banjir telah melanda desa, rumah saya pak. Sudah hampir
tenggelam karena banjir.”
Pak Wisnu: “Mohon untuk bertenang dulu bapak ibu, inilah alasan saya mengumpulkan semua warga
disaat seperti ini. Bencana banjir ini terjadi karena ulah warga desa ini yang telah melanggar aturan
larangan yang sudah sering di ingatkan”
Pak Wisnu: “Begitu banyak sekali bertumpuknya sampah diperempat sungai dan dihutan pedalaman
yang dibuang sembarangan oleh warga ini. Sudah pasti ini menyinggung suku pedalaman penjaga hutan
ini.”Bu Siti: “Ini semua juga salah bapak! Bapak yang seharusnya sebagai kepala desa ini lebih peduli
dengan tempat pembuangan sampah desa kita yang sudah penuh itu.”
Bu Inah: “Iya benar…. Jika kami harus terus terusan membuang sampah di desa sebelah yang jaraknya
cukup jauh itu sangat tidak masuk akal.”
Budi: “wajar jika warga kita ini lebih memilih membuang sampah ketempat lain, yang lebih dekat untuk
membuang sampah.”
Mamat: “ Tapi tidak juga harus membuang dihutan sebelah desa kita, jelas jelas itu tempat yang sangat
rawan. Bagaimana bisa sampai terjadi kesalahan seperti ini.”
Pak Wisnu: “saya tau ini juga kesalahan saya atas kelalaian saya selama ini, saya benar benar mohon
maaf, mohon sekali lagi saya tegaskan kepada warga untuk dapat bersama sama menjaga hutan
lingkungan sekitar.”
Bu Siti: “Jadi bagaimana ini kepala desa. Jika dibiarkan lebih lama desa kita pasti akan terkena banjir
yang semakin besar.”
Pak Wisnu: “Ya baik… tolong untuk warga lain untuk dapat membawa diri ketempat daratan yang lebih
tinggi dan mengungsi secepatnya.”
Aiyla: “saya akan membantu warga sekitar, saya adalah salah satu suku relawan dari pusat kota yang
menggunjungi desa ini
Pakn wisnu pun pergi menuju hutan pedalaman itu untuk bertemu kepala suku hutan itu. Sedangkan itu,
warga lainnya pun berbondong bondong menyelamatkan diri dari bencana banjir dengan bantuan
sukarelawan yang ada didesa itu.

ADEGAN 7
DIDESA
Bu ina: “wah hujan sudah berhenti dan langit pun tak lagi terdengar ribut”
Bu siti: “syukurlah cuaca mulai membaik”
Mamat: “air sudah mulai surut”
Tak lama itu pak wisnu datang.
Bu laras: “bagaimana pak, apakah semuja sudah teratasi?”
Pak wisnu: “iyaaa, untungnya suku pedalaman hutan itu mau membantu kita meredakan bencana terjadi
ini”
Bu siti: “iya, ini suatu kesempatan untuk kita agar dapat memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan
dan merugikan.”
Bu laras: “iya bu, semoga ini menjuadi pelajaran bagi kita semua dan dapat menyadarkan kita untuk
lebih peduli lagi terhadap lingkungan sekitar.”
Pak wisnu: “baik semuanya… bapak ibu, Mari kita bersama sama menjaga lingkungan kita dan lebih
peduli dan sadar bahwa menjaga kebersihan itu lebih penting dan tidak ada lagi yang membuang sampah
sembarangan.”
Semua warga: “BAIK PAK, SIAP!!!”
Budi: “nah, sebaiknya kita bersama sama gotong royong membersihkan desa kita dari sisa bencana
banjir yang terjadi.”
Semua warga: “YAH, BAIK AYOOO”
Semua warga pun mulai membersihkan semua sampah dan berrgotong royong
membangun desa yang bersih kembali dengan perasaan lega dan tenang. Karena bencana banjir yang
baru saja berlalu. Menenggelamkan perumahan warga desa itu pun telah berlalu.
Warga desa itu pun memulai merapikan kebersihkan lingkungan dan menjaga lingkungannya dan hidup
dengan damai.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai