Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hiduplah seorang petani bersama ibunya bernama
Toba dan Ibu Toba. Pada malam hari, Toba bermimpi buruk sekali, dalam mimpinya dia
diterkam oleh seekor harimau, dia pun langsung terbangun, ketika dia sedang
memikirkan apa arti dari mimpi itu, tiba-tiba ibunya batuk dan sesak napas. Toba pergi
ke kamar ibunya.
Kini dia hidup seorang diri dan rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Di
suatu pagi yang cerah, Toba pergi memancing di sungai.
Toba :”Ya Allah. Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar.”
Toba :”Terima kasih Tuhan, kau memberikanku ikan yang besar, dan ikan ini juga
indah sekali. Sisiknya berwarna merah bersinar seperti emas. Pasti nikmat sekali bila
ku makan nanti.
Toba mencari kayu bakar untuk membakar ikan yang ditangkapnya hari ini. Ikannya
pun dia simpan di dapur. Ketika ia sedang mencari kayu bakar, tiba-tiba ikan yang
ditangkap oleh Toba berubah menjadi seorang gadis yang cantik jelita, Toba pun
datang dengan membawa kayu bakar. Toba terkejut ketika melihat ikan di ember tidak
ada.
Toba : “Aduh dimanakah ikan besar cantik nan rupawan itu, apakah dia di makan
kucing?”
Putri :Tunggu, kau jangan memakan ku. Aku bersedia menemanimu asal aku tidak
kau makan.
Toba :”Siapa yang bicara itu?.”
Putri : “Jangan takut pak, aku juga manusia sama seperti engkau. Aku sangat
berutang budi padamu karena kau telah menyelamatkanku dari kutukan Sang Dewata.
Aku bersedia
menjadi istrimu.”
Toba : “Benarkah?”
Putri : “Tentu saja.”
Toba : “Namaku Toba. Mari kita lekas pulang. Aku sudah tak sabar ingin
memberitahukan bahwa kau akan menjadi istriku.”
Putri : “Tapi Toba, ada satu hal yang harus kau rahasiakan tentang diriku. Aku mohon
kau tidak menceritakan asal usulku yang berasal dari ikan, karena jika masyarakat itu
tahu akan hal tersebut pasti akan terjadi bencana besar yang melanda desa ini.
Toba : “Baiklah, percayakan semua ini padaku. Ayo kita pulang.”
Saat mereka memasuki kampung Pa Toba, ada beberapa orang yang tidak suka akan
kehadiran Putri.
Perempuan 1 : “Hei inang, tahu tidak kau itu si Toba tadi ku tengok membawa pulang
seorang cewe. Uh..bodinya mantap.”
Perempuan 2 : “Alaah, paling si cewe itu dia guna-guna biar tertarik padanya. Kau kan
tau si Toba itu BUPUK, alias Bujang Lapuk.”
Perempuan 1 : “Oh iyayah.. Pintar kali kau ini.”
Perempuan 2 : “Sudahlah, lekas kita pulang jijik aku melihatnya.”
Putri Mendengar hal tersebut, tetapi dia mengabaikannya. Mereka pun pulang ke rumah
dan menjalankan kehidupan mereka layaknya sepasang suami istri. Pa Toba merasa
bahagia dan tentram. Setahun kemudian, kebahagiaan Pa Toba dan Putri bertambah
karena Putri melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Samosir. Samosir
tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang sehat dan kuat, tetapi agak nakal. Ia
mempunyai kebiasaan yang aneh, yaitu selalu merasa lapar dan ia juga selalu membuat
jengkel kedua orangtuanya karena ia tidak pernah mau membantu pekerjaan orang
tuanya.
Toba masih bisa menahan kesabarannya. Namun kesabaran seseorang itu pasti ada
batasnya. Sampai suatu ketika Toba tidak dapat menahan amarahnya.
Dari awal Samosir memang sudah tidak berniat mengantarkan makanan tersebut.
Sesampainya di pertengahan jalan.
Samosir : “Jalan ke sawah saja sudah membuatku lelah, lebih baik kumakan saja bekal
bapa ini.”
Tanpa sadar bekal tadi telah habis dimakan oleh Samosir. Lalu dengan perasaan tak
bersalah, Samosir pun pulang dan melanjutkan permainannya. Bapanya yang sudah
kepanasan dan kelaparan menunggu memutuskan untuk pulang. Sesampainya di
rumah.
Toba : “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku makan masakan istriku.”
Toba : (membuka tudung saji lalu mengerenyitkan dahi) “ Samosir! Kau kemanakan
semua makanan masakan Ibu kau?”
Samosir : “Sudah Samosir habiskan lah, bapa. Ketika sedang mengantarkan makanan
bapa aku memakannya, karena perjalanan ke sawah sangat melelahkan ”
Toba : “Dasar anak ikan! Rakus kali kau!” (geram)
Setelah mendengar suara gaib, seketika itu juga Samosir dan Putri lenyap tanpa jejak
dan bekas. Tiba-tiba langit menjadi gelap dan turun hujan yang sangat deras disertai
petir.
Akhir cerita, setibanya Putri di tepi sungai, mendadak langit menggelap, kilat
menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar. Putri kemudian melompat ke
dalam sungai. Ia berubah menjadi seekor ikan besar lagi. Toba tak bisa menyelamatkan
dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu
semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar. Di kemudian hari, orang-
orang menyebutnya Danau Toba dan pulau kecil yang berada di tengah-tengahnya
dinamai Pulau Samosir. Sekian