Anda di halaman 1dari 7

Naskah Drama

Timun Emas
Babak 1
“Alkisah, pada zaman dahulu kala hiduplah seorang janda
bernama Mbok Sirni di sebuah desa kecil. Ia bekerja sebagai
petani kecil. Ia menginginkan seorang anak agar dapat
membantu dan menemani ia bekerja.”
Mbok Sirni : “Akhirnya, pekerjaanku di ladang hari ini sudah
selesai. Seandainya aku memiliki seorang anak, pasti aku tidak
selelah ini.”
“Suatu hari, ia didatangi oleh seorang raksasa. Raksasa
memberikannya sebuah tawaran yang menarik.”
Raksasa : “Wahai petani kecil, jikalau engkau menginginkan
seorang anak, akan kuberikan engkau seorang anak.”
Mbok Sirni : “(dengan terkejut)Apa?! Benarkah itu tuan
raksasa?”
Raksasa : “Tentu saja, tetapi dengan suatu syarat. Syarat-nya
engkau harus memberikan anak itu kepada ku setelah berumur
lima belas tahun untuk aku santap.”
“Mbok Sirni pun langsung menerima tawaran Raksasa tanpa
terlalu memedulikan persyaratan nya sebab akan dikaruniai
seorang anak.”
Mbok Sirni : “Baiklah tuan, saya setuju dengan persyaratan
tuan.”
Raksasa : “Ini biji mentimun , rawatlah biji ini di ladangmu.”
“Mbok Sirni merawat semua biji mentimun tersebut di
ladangnya dengan sebuah harapan. Setelah dua minggu,
diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling
besar dan berkilau seperti emas.”
Mbok Sirni : “Wah, buah ini besar sekali!. Baiklah, akan ku belah
buah itu dengan hati-hati.”
“Ternyata, isi buah tersebut adalah seorang bayi cantik.”
Bayi : “Oeek…….”
“Mbok Sirni pun terkejut sekaligus kegirangan karena
akhirnya ia memiliki seorang anak”
Mbok Sirni : “Wah, cantik sekali kamu, nak. Mulai sekarang, ibu
akan memanggilmu Timun Emas karena kamu berasal dari
timun yang bewarna emas.”
Babak 2
“Semakin hari, Timun emas tumbuh menjadi gadis jelita yang
rajin membantu ibunya. Ia menjadi bunga kembang desa dan
menjadi incaran banyak pemuda.”
Timun Emas : “Ibu, saya pergi mencari kayu bakar dulu ya.”
Mbok Sirni : “Iya, hati-hati ya nak. Jangan pulang terlalu malam,
nanti kamu tersesat.”
Narator : “Beberapa saat kemudian, datanglah raksasa untuk
menagih janji Mbok Sirni.”
Raksasa : “Wahai petani kecil, saya datang kesini untuk menagih
janjimu lima belas tahun lalu. Cepat serahkan anak itu !
Sekarang saya sangat ingin memakan seorang anak.”
Narator : “Karena Mbok Sirni amat ketakutan, maka ia mengulur
janjinya.”
Mbok Sirni : “Begini tuanku, saya punya saran. Maukah anda
datang kesini dua tahun kemudian?. Saya yakin, bila semakin
dewasa, anak ini pasti semakin enak untuk disantap.”
Raksasa : “Mmm…. , bagus juga saranmu. Baiklah, saya akan
datang kesini dua tahun kemudian untuk menagih janjimu.”
Babak 3
Narator : “Hari berganti hari, Mbok Sirni semakin sayang pada
timun emas, namun setiap kali ia teringat akan janjinya,
hatinyapun menjadi cemas dan sedih.”
Timun Emas : “Bunda, ini sudah larut malam, kenapa bunda
belum tidur? Dan, kenapa bunda tampak sedih, apakah bunda
memiliki masalah?”
Mbok Sirni : “Tidak, anakku. Bunda tidak memiliki masalah.
Mari kita tidur, besok kita harus bekerja di ladang.”
Timun Emas : “Baiklah bunda.”
Babak 4
“Suatu malam, Mbok Sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia
harus menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya ia langsung
pergi ke sana.”
Mbok Sirni : “Timun Mas, bunda akan pergi ke Gunung Gundul
untuk beberapa hari. Bila kamu lapar, ibu sudah menyiapkan
nasi dan ikan asin goreng di dapur. Jangan kemana-mana ya,
nanti kamu tersesat.”
Timun Emas : “Bunda, bolehkah saya ikut?”
Mbok Sirni : “Maaf, anakku. Kamu tidak dapat ikut bunda. Kamu
harus menjaga rumah kita.”
Timun Emas : “Baiklah bunda.”
Babak 5
“Di jalan menuju Gunung Kidul, Mbok Sirni bertemu dengan
sepasang kakak beradik yang sedang beristirahat. Ia mendekati
kakak beradik tersebut dan menanyakan tentang petapa di
Gunung KIdul”
Mbok Sirni : “Permisi wahai anak muda, aku ingin bertanya.”
Kakak : “Iya Mbok, ada yang bisa kami bantu?”
Mbok Sirni : “Aku hendak bertanya tentang petapa di Gunung
Kidul, apakah kalian tau sesuatu tentang dirinya?”
Adik : “Mbok ingin bertemu dengan pertapa? beruntung sekali
Mbok bertanya. Kami adalah murid dari petapa Gunung Kidul,
Jika Mbok ingin bertemu dengannya akan memakan waktu
karena ia tidak suka di datangi sembarang orang.”
Kakak : “Hei!! Jangan katakan bahwa kita adalah muridnya!! ,
yasudahlah. Seperti yang ibu dengar, jika ibu ingin bertemu
dengannya ibu harus sedikit bersabar. Saya beri saran ke ibuk,
jika bertemu seseorang yang butuh bantuan di sana, segera
ibuk bantu.
Mbok Sirni : “Baiklah nak, aku akan ikuti saran kalian. Terima
kasih banyak.”
“Setelah Mbok Sirni sampai di Gunung Kidul, ia menolong
seseorang yang hampir terjatuh dalam anak sungai. Ternyata
orang tersebut adalah seorang petapa.”
Petapa : “Terima kasih engkau telah menolongku, ternyata
engkau seorang yang murah hati. Ini sebuah imbalan untuk
kebaikanmu, karena kau akan membutuhkannya.”
Mbok Sirni : “Terima Kasih Banya…”
“Mbok Sirni menerima dengan senang hati. Namun, ketika
Mbok Sirni mau mengucapkan terima kasih, petapa tersebut
menghilang begitu saja.”
Babak 6
Narator : “Mbok Sirni pun pulang ke rumahnya. Sesampai
dirumah, ia menceritakan semua yang telah terjadi kepada
Timun Emas.”
Timun Emas : “Bunda, saya amat takut dimakan oleh si Raksasa
itu, dan juga saya takut berpisah dengan bunda.”
Mbok Sirni : “Oh, anakku. Bunda sangat menyayangimu dan
takut kehilanganmu. Ini, bungkusan ini bunda berikan untukmu.
Gunakan ini saat kamu berhadapan si Raksasa itu. Sebelum itu,
berdoalah kepada Sang Pencipta untuk diberi perlindungan
dari-Nya.”
Timun Emas : “Baiklah bunda, saya akan berusaha mengikuti
saran bunda.”
Babak 7
Narator : “Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji.”
Raksasa : “Wahai petani kecil, aku datang kesini untuk menagih
janjimu! Cepat serahkan anak itu, aku amat ingin memakannya!
Hahaha……”
Mbok Sirni : “Anakku, cepat lari lewat pintu belakang rumah
kita!”
Timun Emas : “Baiklah bunda.”
“Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan
bungkusannya, maka ia menggunakan batu dari bungkusan
tersebut. Raksasa mengaung kesakitan dengan keras. Namun itu
belum cukup, Lalu timun emas mengambil alat lain, ia
kemudian mengambil sebuah penyemprot Ajaib berisi racun,
kemudian dengan cepat menyemprot mata sang Raksasa. Mata
sang Raksasa seketika langsung membusuk .Timun emaspun
mengambil sebuah tali Ajaib dan meletakannya untuk membuat
sang Raksasa Jatuh. Raksasa yang tidak bisa melihat jatuh
dengan kesakitan yang tiada akhir. Tiba – tiba sang Petapa
muncul dari dalam bungkusan dan merapal beberapa mantra
untuk menyegel sang Raksasa.”
Timun Emas : “Terimakasih Tuan, Engkau telah membantuku.”
“Tanpa berkata apapun, sang petapa hanya tersenyum dan
menghilang”
Narator : “Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia
dan damai.”
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai