Anda di halaman 1dari 8

NASKAH DRAMA

“MALIN KUNDANG”

Disusun Oleh:
 Abi Nuh Parifqi
 Nazril Ilham
 Rahel Helena Nababan
 Rehan Alfiansyah
 Rifki Muntaz
 Tasya Gunawan
Pembagian Peran dan Watak

 Tokoh Pemeran
Narator : Nazril Ilham
Abi Nuh Parifqi : Malin Kundang
Rahel Helena Nababan : Ibu dari Malin Kundang ( Bunda )
Tasya Gunawan : istri Malin Kundang (Dewi)
Rehan Alfiansyah : adik dari Malin Kundang (Ardhan)
Rifki Muntaz : teman dari Malin kundang (Sultan)

 Watak atau Karakter


Malin Kundang : pintar, keras kepala , sombong , pekerja keras , dan durhaka pada
orang tua.
Bunda : Sabar , penyayang , baik hati , dan tegar.
Dewi : Mudah terpengaruh dari orang lain.
Rosita : Mudah cemburu terhadap saudaranya sendiri.
Ardhan : Baik hati dan penyayang.
Sultan : Suka menolong , baik hati dan bijaksana.

Pesan Moral : 1. Jangan mudah pengaruh dengan harta


2. Jangan melupakan jasa seorang ibu yang tel;ah melahirkan dan
membesarkan kita karena ucapan ibu adalah do’a.
Property : 1.naskah
2.tas di ikat dengan sarung
3.uang
4.baju-baju drama
Ringkasan :
di desa terpencil terdapat sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra Barat.
Dikarenakan kondisi keuangan yang memprihatinkan, sang Ayah pun memutuskan tuk
mencari nafkah di negeri sebrang dengan mengarungi lautan yang luas. Malin adalah orang
yang pintar, dan pekerja keras. Tetapi Malin juga nakal. Pagi – pagi sekali Malin pergi ke
pantai untuk menangkap ikan. Biasanya dia berlayar bersama temannya yang bernama
Sultan. Sedangkan Ibu dan adiknya mencari kayu dan menjualnya di penduduk desa atau
pesara.lalu malin bertemu degan sultan dan diajak oleh sultan untuk bekerja di luar kota.
Sesampainya dirumah, Malin pun bercerita dan meminta restu pada bundanya,untuk
meminta ijin pergi ke luar kota. Dalam beberapa jam setelah dari pejalanan ke luar kota
Malin dan Sultan pun telah sampai di kota,mereka terkejut melihat hal yang berbeda dari
desa Malin dengan kota ini lalu malin dan sultan pergi kerumah sultan dan
memperkenalkan adiknya.hingga beberapa bilan malin pada akhirnya menikah dengan
dewi,kemudia mereka berbulan madu di suatu pulau yang mempertemukan malin dengan
ibu dan adiknya, namun malin tidak mengakui ibunya malin dan malinpun dikutuk menjadi
batu.

Adegan 1
di desa terpencil terdapat sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra Barat.
Dikarenakan kondisi keuangan yang memprihatinkan, sang Ayah pun memutuskan tuk
mencari nafkah di negeri sebrang dengan mengarungi lautan yang luas. namun, Ayah Malin
tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga Ibunya pun harus menggantikan
posisi Ayah Malin untuk mencari nafkah.
Bunda: Malin! Dimana kamu?
Ardhan: Kak Malin baru mencari kayu dihutan Bunda. Sebentar lagi pastilah kak Malin
kembali.
Bunda: Ini sudah malam, kenapa Malin tak segera pulang?? , bukankah Jika malam hutan itu
menakutkan.
Malin: (dengan tergesa-gesa) Malin pulang Bunda.
Bunda: Darimana saja kamu Malin?
Malin: Mencari kayu, lalu menjualnya dan Inilah hasilnya (sambil memberikan uangnya)
Bunda: Jika hari menjelang malam kamu harus pulang malin.
Ardhan: Sudahlah Bunda. Yang penting kan Kak Malin sudah sampai dirumah ini.
Adegan 2
Malin adalah orang yang pintar, dan pekerja keras. Tetapi Malin juga nakal. Pagi – pagi sekali
Malin pergi ke pantai untuk menangkap ikan. Biasanya dia berlayar bersama temannya yang
bernama Sultan. Sedangkan Ibu dan adiknya mencari kayu dan menjualnya di penduduk
desa atau pesara.
Sultan: Hei Malin!
Malin: Ya? (sambil menoleh ke arah Sultan)
Sultan : Aku akan pulang ke kota. Aku sudah rindu kepada keluargaku disana.
Malin: Wahh, kota kah? Aku ingin sekali ke kota.
Sultan: Ehm, sepertinya kalau kamu ikut aku ke kota bisa lin,. Mau tidak kau?
Malin: Boleh saja , Disana banyak pekerjaan bukan?
Sultan: tentu saja. Nanti aku kenalkan pada kedua adikku. Mereka elok-elok lin.
Malin: baiklah. Kapan kita berangkat tan?
Sultan: Secepatnya lin. Bagaimana kalau esok hari? Aku tunggu kau di sini.
Malin: baiklah.

Adegan3
Sesampainya dirumah, Malin pun bercerita dan meminta restu pada bundanya.
Malin: Bunda, Malin ingin merantau ke kota dengan Sultan.
Bunda: bunda tak setuju lin! Bagaimana bisa kau meninggalkan Bunda dan Nurhaida? Apa
kau tak ingat apa yang telah terjadi pada Ayahmu?
Malin: tak bisa! Malin akan tetap pergi esok Bunda!
Ardhan: (menghapiri) iya kak malin? Apa kakak tega meninggakan kami berdua?
Malin:Aku akan merantau besok dengan Sultan. Dia akan pulang ke kota
Ardhan: Tapi kak, apakah Kak Malin tak memikirkan Bunda dan Nur ?
Malin: Aku tak peduli, aku tetap akan pergi ke kota dengan atau tanpa ijin bunda dan Nur !

Akhirnya Bunda setuju. Meski berat namun ia rela melepaskan Malin pergi merantau
Adegan 4
Dalam beberapa jam setelah dari pejalanan ke luar kota Malin dan Sultan pun telah sampai
di kota,mereka terkejut melihat hal yang berbeda dari desa Malin dengan kota ini
Malin: waaahhh ini yang namanya kota.
Sultan: iya lin, sudahlah ayo kita kerumahku.
Malin: Baiklah.

Beberapa menit mereka tiba dirumah Sultan


Sultan: inilah rumahku lin, cukup sederhana bukan
Malin: bagus sekali tan (dengan rasa kagum di wajah nya)
Sultan : lin kau bisa tinggal disini sampai kau berhasil mendapatkan uang yang banyak
Malin: terimakasih tan,kau memang sahabatku

Sultan pun memanggil kedua adiknya untuk diperkenalkan kepada Malin


Sultan: Wi , Ros kemarilah
Dewi: kak Sultan kembali,ada apakah? (sambil menghampiri Sultan dan Malin)
Malin:ini siapa tan? (terkejut melihat perempuan nan elok itu)
Sultan: ini adalah adikku lin,aku kan berjanji padamu akan memperkenalkan kalian
sesampainya di kota.
Malin: Wah benar katamu tan. ia sangat cantik (dengan mata melotot)
Sultan: Ini Malin, teman kak sultan. Malin, ini Dewi adikku.
Dewi: (dengan wajah malu) Senang bertemu dengan mu.
Sultan: berkedip lin, dari tadi melotot terus.
Malin: ah kau ini tan, bisa saja.
Adegan5
Setelah beberapa bulan Malin tinggal di kota dan bekerja di tempat ayahnya Sultan,Malin
dan Dewi pun saling menaruh hati,namun Rosita tampak cemburu dengan Dewi.
Ketika Malin dan Dewi bebicara di ruang tamu
Malin:Dewi kau amat cantik,tak adakah yang menginginkanmu.
Dewi: terimakasih lin, aku bukanlah tak mau ataupun tak ada,namun aku tak ingin di
kecewakan.
Malin: lelaki seperti apa yang kau inginkan Wi?.
Dewi: Aku hanya ingin lelaki yang sungguh mencintaiku dan mampu menafkahiku,tak
menelantarkanku lin.

Sebelum Malin melanjutkan tiba-tiba sultan memanggil Dewi, lalu dewi pun
menghamprinya.
Dewi: ada apa kak sultan?.
Sultan: apa kau mencintai Malin Wi,kulihat kalian dekat sekali?.
Dewi: kenapa pertanyaannya seperti itu?.
Sultan: kalaupun iya tak apa Wi,ayah pun setuju,aku telah berbicara kepada ayah,Malin
seorang lelaki baik,tangguh,pekerja keras.
Dewi: Mungkin kak,Dewi takut Malin tak sama perasaannya denganku.
Sultan: baiklah,aku akan berbicara kepada Malin esok hari,sudah sana kembali .
(Dewi pun keluar).

Adegan6
Keesokan harinya sultan menemui Malin
Sultan: lin ada yang ingin ku bicarakan pada kau.
Malin: apa itu Sultan ?.
Sultan: ayahku telah menjodohkanmu dengan Dewi,apakah kau bersedia?..
Malin: apa kau tak salah mengucap,aku akan menikah dengan Dewi?.
Sultan: iya lin,aku bersungguh-sungguh.
Malin: aku bersedia tan,aku memang sudah lama menaruh hati pada adikmu itu.
Dan setelah sultan mendengar jawaban Malin,Sultan pun mengatakan ke ayahnya dan
kedua adiknya,Dewi merasa bagia namun tak dengan Rosita , Ros kecewa,patah hati,namun
tak ada yang bisa ros lakukan selain menerima,dan hari pernikahan Malin dan Dewi pun
ditetapkan dan pernikahan itupun terlaksana dengan meriah,setelah pernikahan itu Malin
diberirumah dan harta yang banyak sehingga dia menjadi orang kaya.

Adegan 7
Sebermula,Dewi dan Malin berlayar ke sebuah pulau,yang mungkin ternyata malapetaka
baginya Malin,sesampainya di pulau itu
Dewi: Begitu indah pulau ini,apa nama pulau ini Lin?.
Malin: aku tak tahu,aku tak pernah singgah di pulau ini (dengan suara ketakutan).

Malin hanya berharap tak ada yang melihatnya disini,namun sepertinya itu tak mungkin,dari
kejauhan teryata ada yang melihatnya,sesosok perempuyn tak asing baginya,perempuan
itupun berlari dan mendekatinya
Ardhan: kaaaakkkk Maaalliiiiiinnnnnnnnnnnn.
Dewi: sepertinya ada yang memanggilmu Lin.
Malin: ah tak ada,kau salah mendengarnya (keringat dingin bercucuran dikeningnya).
Ardhan: kak Malin,ini benarkah kak Malin?.
Dewi: dia mengenalmu Lin,siap dia sebenarnya? (dengan muka kaget).
Malin: aku tak mengenalnya,sungguh.
Ardhan: ini aku Ardhan kak,kenapa kau tak mengingatku,aku adikmu (menangis).
Bunda: Dhan ada apa?.
Ardhan: kak Malin kembali Bunda.

Bunda pun terkejut dan langsung menghampiri mereka bertiga

Bunda: ini anakku Malin?(sambil menangis senang)


Malin: tidak!!! Kau siapa ibu tua bangka,aku tak mengenalmu !
Bunda: aku ibumu nak,aku yang telah mengandung dan melahirkan Malin,apa kau tak
ingat?.
Malin: Tak mungkin,tak usah mengarang cerita tua bangka,bundoku telah lama mati.
Ardhan: kak malin telah lupa kepada kita bunda (sambil menangis).
Dewi:Malin ! siapa sebenarnya mereka?.
Malin: aku tak tahu,aku tak mengenalnya.
Bunda: dasar kau anak durhaka Malin ! aku bundamu !.

Malin hanya diam

Bunda: terkutuk kau Malin,hatimu telah jadi batu !.

Narator : Seketika itu mendungpun datang,petir-petir menyambar,dan petir yang besarpun


menyambar Malin dan akhirnya malin menjadi batu.

Anda mungkin juga menyukai