Tokoh dan Penokohan
Malin Kundang
Pekerja keras, sombong, tidak mau menerima keadaan, gigih
dalam berjuang
Putri
Penyayang, hatinya lembut, mudah percaya dengan kata-kata
orang lain
Rasyid
Pemalas dan pemimpi besar
Tuan Saudagar
Tegas, gigih, ulet dalam berdagang
Naskah :
Pada jaman dahulu di sebuah daerah bernama Pantai Air Manis, yang
berada di Padang Sumatera Barat hiduplah seorang janda bernama
Mande Rubayah.
Kecilnya upah yang dia terima setiap hari membuat Malin Kundang
ingin merantau. Malin Kundang berpikir bahwa hanya dengan
merantau akan dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik.
BAGIAN I
Malin Kundang: Iya, aku mendengar kabar tersebut. Lantas ada apa?
Adakah untungnya bersandarnya kapal itu bagi kita? Bukankah
kapal-kapal itu seperti kapal lainnya yang sering singgah di sini?
Rasyid: Aduh kamu ini, Malin…Kapal itu bisa mengubah nasib kita,
Malin.
Malin Kundang
Kalau kerja di kapal. Kamu akan merantau?
Rasyid
Iya, aku akan merantau. Kamu mau ikut?
Malin Kundang
Iya, aku ingin ikut merantau. Sebab, aku sudah bosan hidup miskin
seperti ini saya mau merubah nasib, ya saya mau sekali jadi kapan
kita mulai berangkat ?
Rasyid
Baik bagaimana kalau besok pagi ?
Malin Kundang
Baiklah kalau begitu lebih cepat lebih baik, tetapi saya harus
meminta restu kepada ibuku lebih dulu.
Rasyid
Baiklah, Malin. Mintalah restu pada ibumu. Siapa tahu berkat restu
dari ibu akan membukakan rezeki buatmu di perantauan nanti.
Malin Kundang
Besoknya pagi atau siang?
Rasyid
Kira-kira sekitar matahari sepenggalah kutunggu kau dermaga, ya?
Malin Kundang
Baiklah, kawan. Terima kasih, ya .
Rasyid
Iya sama-sama, kawan.
BAGIAN II
Malin Kundang
Bu, Malin mau minta restu
Mande
Kamu mau kemana, Nak?
Malin Kundang
Saya mau mengubah nasib keluarga kita, Bu.
Mande
Bagaimana caranya, Nak?
Malin Kundang
Tadi pagi saya ketemu Rasyid. Dia memberi tahu ada kapal yang
bersandar di pantai dekat desa kita. Lalu kami berdua memutuskan
untuk pergi merantau lewat kapal itu
Mande
Malin, apakah kau tega meninggalkan ibumu yang sudah tua ini
tinggal di rumah sendirian?
Malin Kundang
Malin juga tidak tega, Bu. Tetapi Malin juga ingin merubah nasib
keluarga kita supaya bisa menjadi kaya. Malin sudah bosan hidup
miskin dan dihina sama tetangga terus menerus, Bu.
Mande
Baiklah, Malin. Jika itu memang sudah menjadi keputusanmu. Ibu
akan memberimu restu. Doa ibu akan senantiasa menyertaimu. Ibu
berharap kamu akan sukses dan menjadi kaya seperti yang kamu
inginkan. Tetapi, jika sudah kaya jangan lupa untuk pulang, ya, Nak.
Malin
Baik, Ibu. Terima kasih atas doa dan restunya, Bu. Malin berjanji
akan pulang dan menjemput ibu bila sudah sukses nanti. Kapan
kamu berangkat, Nak?
Malin Kundang
Malin akan berangkat merantau besok pagi, Bu.
Mande
Secepat itukah kamu akan pergi, Nak, Kamu akan pergi
meninggalkan ibu sendirian?
Malin Kundang
Iya, Bu. Doakan Malin agar selamat dan berhasil sampai tujuan ya,
Bu.
BAGIAN III
Malin Kundang
Akhirnya kita sampai juga di tanah perantauan, kawan.
Rasyid
Iya, Malin kita sudah dekat dengan cita-cita kita.
Malin Kundang
Bagaimana ini kawan, kita di sini akan kerja apa?
Rasyid
Tidak tahu Malin Kundang, saya juga sedang kebingungan. (Lalu tiba-
tiba saudagar kaya pemilik kapal muncul)
Saudagar
Apakah kalian benar-benar sedang menginginkan sebuah pekerjaan?
Rasyid
Benar, Tuan Saudagar!
Saudagar
Kebetulan saya sedang mencari 2 orang pekerja untuk kapalku.
Apakah kalian mau bekerja bersamaku?
Rasyid
Tentu saja kami mau Tuan saudagar. Kira-kira kapan kami
diperbolehkan mulai bekerja?
Saudagar
Nanti kalau kapal ini sudah sampai. Kalian bisa bekerja di rumahku.
Malin Kundang
Rumah Tuan Saudagar ada di mana?
Saudagar
Nanti saja kalau kapal ini sudah berlabuh. Kalian berdua ikuti saja
langkahku
Malin Kundang dan Rasyid
Baik Tuan Saudagar
BAGIAN IV
Putri
Ayah siapakah nama dua orang itu .
Saudagar
Yang mana?
Putri
Yang gagah, tampan dan rajin dan itu, Yah.
Saudagar
Oh yang itu, dia bernama Malin Kundang
Putri
Oh, namanya Malin Kundang
Saudagar
Memangnya ada apa, Putriku?
Saudagar
Baiklah, Nak.
Babak V
Sejak hari itu, Putri semakin kagum pada Malin Kundang. Selain itu
Putri juga jatuh cinta sejak pandangan pertama kepada Malin
Kundang.
Hal yang sama juga dirasakan Malin Kundang. Karena dirasa Malin
Kundang adalah anak yang baik dan rajin. Saudagar pun mengijinkan
putrinya menikah dengan Malin Kundang.
Suatu hari Malin Kundang dan istrinya berlayar ke Pantai Air Manis
untuk membeli sesuatu.
Putri
Akhirnya kita sampai sudah, kanda.
Malin kundang
Iya, dindaku sayang. Dinda, lihatlah pedagang baju itu. Ia adalah
Rasyid teman kanda yang dulu dipulangkan karena sering malas-
malasan dalam bekerja.
Putri
Benarkah demikian, Kanda ?
Malin kundang
Benar, Dinda. Mari kita datangi dan bantu dia.
Putri
Mari, Kanda.
Malin Kundang
Hai, sahabatku Rasyid
Rasyid
Oh ternyata kamu, sahabatku. Kamu sudah jadi orang kaya sekarang
dan engkau sudah menjadi suami dari Putri tuan kita dulu, Selamat
ya!
Malin Kundang
Iya, kawan Syukur Alhamdulillah. Seandainya dulunya kamu tidak
malas-malasan, mungkin kamu bisa menjadi sepertiku sekarang
Rasyid
Benar apa yang engkau katakan, kawan. Sedari dahulu yang
namanya penyesalan memang akan datang belakangan. Aku
menyesal karena dulu kerja malas-malasan.
Malin Kundang
Ya sudah saya pamit mau membeli sesuatu dulu, ya. Dan tolong
terima ini. Aku memberimu modal supaya usahamu makin
berkembang.
Rasyid
Terima kasih, kawan.
Babak VI
Mande
Malin, Malin (berteriak), Malin Kundang anakku tersayang. Kamu
sudah pulang, Nak. Ibu sudah sangat rindu padamu, Nak.
Putri
Kamu siapa? Berani-beraninya kamu mengaku sebagai ibu
mertuaku?
Mande
Saya ibundanya Malin Kundang, Nak.
Malin Kundang
Bohong, Apa kamu sudah gila, mana mungkin saya mempunyai ibu
miskin, tua seperti kau.
Mande
Malin, ini Ibumu nak,aku yang melahirkan dan
membesarkanmu,mengapa engkau berubah menjadi seperti ini?
Apakah kekayaanmu telah membuatmu lupa pada ibu yang telah
melahirkanmu?
Putri
Suamiku tidak mungkin memiliki ibu yang miskin, tua dan kotor
sepertimu.
Malin Kundang
Kamu bukan ibuku! Menjauhlah dariku, nanti bajuku bisa kotor
wanita tua (sambil mendorong ibunya)
Mande
Ya Allah, mengapa anakku berubah menjadi seperti ini? Mengapa
hatinya menjadi sekeras batu? Aku yang telah melahirkan dan
merawatnyaa Ya Allah. Berilkanah anakku itu teguranmu,
sesungguhnya anakku telah menjadi anak yang durhaka!! Tuhan
kukutuk dia menjadi sebuah batu.
Malin Kundang
Aaaahhhhh, Mohon ampun Ibu. Maafkan Malin, Ibu !!!!