Anda di halaman 1dari 9

NASKAH DRAMA MALIN KUNDANG

Tokoh dan Penokohan


Malin Kundang
Pekerja keras, sombong, tidak mau menerima keadaan, gigih dalam berjuang

Mande (Ibu Malin Kundang)


Lemah lembut, penyayang sekaligus tegas pada anaknya

Putri
Penyayang, hatinya lembut, mudah percaya dengan kata-kata orang lain

Rasyid
Pemalas dan pemimpi besar

Tuan Saudagar
Tegas, gigih, ulet dalam berdagang

Naskah:
Pada jaman dahulu di sebuah daerah bernama Pantai Air Manis, yang berada di Padang
Sumatera Barat hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah. Ia memiliki seorang anak
laki-laki yang bernama Malin Kundang. Sejak Malin Kundang ditinggal pergi ayahnya. Maka
tidaklah mengherankan kalau Mande Rubayah sangat menyayangi anak semata wayangnya
tersebut. Sejak kecil Malin Kundang telah terbiasa melakukan berbagai pekerjaan. Semua
dilakukannya agar dapur keluarganya tetap mengebul. Berkat pelajaran yang diberikan ibunya
sejak kecil. Malin Kundang tumbuh menjadi seorang pemuda pekerja keras. Ia tak pilih-pilih
dalam melakukan pekerjaan. Maka tidaklah mengherankan apabila orang-orang yang ada di
sekitaran pantai Air Manis sering memberi Malin Kundang pekerjaan. Hasil dari pekerjaannya
inilah yang digunakan Malin Kundang mencukupi kebutuhan untuk keluarganya. Meski sudah
bekerja dengan keras, tetapi karena yang dikerjakan Malin Kundang adalah pekerjaan kasar.
Upah yang diterimanya pun kecil. Upah yang dia terima hanya cukup untuk makan bersama
ibunya. Kecilnya upah yang dia terima setiap hari membuat Malin Kundang ingin merantau.
Malin Kundang berpikir bahwa hanya dengan merantau akan dapat mengubah kehidupannya
menjadi lebih baik.
Babak I
Malin Kundang memiliki seorang sahabat bernama Rasyid. Suatu hari ketika istirahat seusia
bekerja. Malin Kundang dan Rasyid mendengar ada kapal besar milik seorang saudagar kaya
sedang berlabuh di Pantai Air Asin. Seketika itu pulalah muncul keinginan Malin Kundang dan
Rasyid untuk pergi merantau. Rasyid dan Malin Kundang merasa hanya dengan merantaulah
mereka akan mampu merubah nasibnya.

Rasyid
Hei, Malin…

Malin Kundang
Hei Rasyid ada apa?

Rasyid
Apakah kamu mendengar ada kapal besar milik seorang saudagar kaya sedang berlabuh di
dekat sini?

Malin Kundang
Iya, aku mendengar kabar tersebut. Lantas ada apa? Adakah untungnya bersandarnya kapal itu
bagi kita? Bukankah kapal-kapal itu seperti kapal lainnya yang sering singgah di sini?

Rasyid
Aduh kamu ini, Malin…Kapal itu bisa mengubah nasib kita, Malin.

Malin Kundang
Maksudmu bagaimana?

Rasyid
Kita datang ke sana lalu melamar pekerjaan sebagai anak buah kapal. Siapa tahu kita diijinkan
bekerja di sana. Ku dengar gaji kerja di kapal jauh berkali-kali lipat dibanding dengan gaji kita
sekarang.

Malin Kundang
Benarkah yang kau katakan itu, Rasyid?

Rasyid
Tentu. Aku ingin ke sana lalu melamar pekerjaan di sana. Siapa tahu lamaranku diterima dan
kemudian aku diperbolehkan kerja di sana.
Malin Kundang
Kalau kerja di kapal. Kamu akan merantau?

Rasyid
Iya, aku akan merantau. Kamu mau ikut?

Malin Kundang
Iya, aku ingin ikut merantau. Sebab, aku sudah bosan hidup miskin seperti ini saya mau
merubah nasib, ya saya mau sekali jadi kapan kita mulai berangkat ?

Rasyid
Baik bagaimana kalau besok pagi ?

Malin Kundang
Baiklah kalau begitu lebih cepat lebih baik, tetapi saya harus meminta restu kepada ibuku lebih
dulu.

Rasyid
Baiklah, Malin. Mintalah restu pada ibumu. Siapa tahu berkat restu dari ibu akan membukakan
rejeki buatmu di perantauan nanti.

Malin Kundang
Besoknya pagi atau siang?

Rasyid
Kira-kira sekitar matahari sepenggalah kutunggu kau dermaga, ya?

Malin Kundang
Baiklah, kawan. Terima kasih, ya .

Rasyid
Iya sama-sama, kawan.

Babak II
Malam harinya Malin Kundang segera meminta restu kepada ibunya untuk pergi merantau

Malin Kundang
Bu, Malin mau minta restu
Mande
Kamu mau kemana, Nak?

Malin Kundang
Saya mau mengubah nasib keluarga kita, Bu.

Mande
Bagaimana caranya, Nak?

Malin Kundang
Tadi pagi saya ketemu Rasyid. Dia memberi tahu ada kapal yang bersandar di pantai dekat desa
kita. Lalu kami berdua memutuskan untuk pergi merantau lewat kapal itu

Mande
Malin, apakah kau tega meninggalkan ibumu yang sudah tua ini tinggal di rumah sendirian?

Malin Kundang
Malin juga tidak tega, Bu. Tetapi Malin juga ingin merubah nasib keluarga kita supaya bisa
menjadi kaya. Malin sudah bosan hidup miskin dan dihina sama tetangga terus menerus, Bu.

Mande
Baiklah, Malin. Jika itu memang sudah menjadi keputusanmu. Ibu akan memberimu restu. Doa
ibu akan senantiasa menyertaimu. Ibu berharap kamu akan sukses dan menjadi kaya seperti
yang kamu inginkan. Tetapi, jika sudah kaya jangan lupa untuk pulang, ya, Nak.

Malin
Baik, Ibu. Terima kasih atas doa dan restunya, Bu. Malin berjanji akan pulang dan menjemput
ibu bila sudah sukses nanti. Kapan kamu berangkat, Nak?

Malin Kundang
Malin akan berangkat merantau besok pagi, Bu.

Mande
Secepat itukah kamu akan pergi, Nak, Kamu akan pergi meninggalkan ibu sendirian?

Malin Kundang
Iya, Bu. Doakan Malin agar selamat dan berhasil sampai tujuan ya, Bu.
Babak III
Keesokan harinya dengan diantarkan ibunya. Malin Kundang dan Rasyid pergi menuju ke pantai
desa mereka, tempat kapal besar milik saudagar kaya itu bersandar. Tidak lama berselang kapal
itu segera berlayar meninggalkan kampung halaman Malin Kundang dan Rasyid.

Malin Kundang
Akhirnya kita sampai juga di tanah perantauan, kawan.

Rasyid
Iya, Malin kita sudah dekat dengan cita-cita kita.

Malin Kundang
Bagaimana ini kawan, kita di sini akan kerja apa?

Rasyid
Tidak tahu Malin Kundang, saya juga sedang kebingungan. (Lalu tiba-tiba saudagar kaya pemilik
kapal muncul)

Saudagar
Apakah kalian benar-benar sedang menginginkan sebuah pekerjaan?

Rasyid
Benar, Tuan Saudagar!

Saudagar
Kebetulan saya sedang mencari 2 orang pekerja untuk kapalku. Apakah kalian mau bekerja
bersamaku?

Rasyid
Tentu saja kami mau Tuan saudagar. Kira-kira kapan kami diperbolehkan mulai bekerja?

Saudagar
Nanti kalau kapal ini sudah sampai. Kalian bisa bekerja di rumahku.

Malin Kundang
Rumah Tuan Saudagar ada di mana?
Saudagar
Nanti saja kalau kapal ini sudah berlabuh. Kalian berdua ikuti saja langkahku

Malin Kundang dan Rasyid


Baik Tuan Saudagar.

Babak IV
Akhirnya kapal pun sampai. Saudagar segera turun usai memerintahkan anak buahnya
menurunkan barang-barang yang dibeli dari Pantai Air Manis. Malin Kundang dan Rasyid
mengikuti kemana pun saudagar itu pergi. Hingga sampailah mereka pada sebuah rumah besar
yang sangat indah. Kedatangan saudagar kaya itu disambut oleh seorang perempuan muda
yang sangat cantik parasnya. Belakangan diketahui bahwa perempuan muda itu merupakan
putri dari saudagar. Begitu sampai di rumah saudagar. Rasyid dan Malin Kundang segera
bekerja seperti yang diperintahkan sang saudagar.

Putri
Ayah siapakah nama dua orang itu .

Saudagar
Yang mana?

Putri
Yang gagah, tampan dan rajin dan itu, Yah.

Saudagar
Oh yang itu, dia bernama Malin Kundang

Putri
Oh, namanya Malin Kundang

Saudagar
Memangnya ada apa, Putriku?

Putri
Tidak ada apa-apa Yah, Saya cuma ingin tahu saja. Sudah dulu ya, Yah. Saya, mau beberes di
dapur dulu.
Saudagar
Baiklah, Nak.

Babak V
Sejak hari itu, Putri semakin kagum pada Malin Kundang. Selain itu Putri juga jatuh cinta sejak
pandangan pertama kepada Malin Kundang. Hal yang sama juga dirasakan Malin Kundang.
Karena dirasa Malin Kundang adalah anak yang baik dan rajin. Saudagar pun mengijinkan
putrinya menikah dengan Malin Kundang. Setelah menikah dengan putri saudagar tersebut.
Malin Kundang semakin rajin bekerja. Berkat ketekunannya, kini Malin Kundang telah menjadi
kaya raya. Sayangnya nasib malang justru dialami Rasyid. Sebab, sering malas-malasan dalam
bekerja. Ia pun dipulangkan ke kampung halamannya. Suatu hari Malin Kundang dan istrinya
berlayar ke Pantai Air Manis untuk membeli sesuatu.

Putri
Akhirnya kita sampai sudah, kanda.

Malin kundang
Iya, dindaku sayang. Dinda, lihatlah pedagang baju itu. Ia adalah Rasyid teman kanda yang dulu
dipulangkan karena sering malas-malasan dalam bekerja.

Putri
Benarkah demikian, Kanda ?

Malin kundang
Benar, Dinda. Mari kita datangi dan bantu dia.

Putri
Mari, Kanda.

Malin Kundang
Hai, sahabatku Rasyid

Rasyid
Oh ternyata kamu, sahabatku. Kamu sudah jadi orang kaya sekarang dan engkau sudah
menjadi suami dari Putri tuan kita dulu, Selamat ya!
Malin Kundang
Iya, kawan Syukur Alhamdulillah. Seandainya dulunya kamu tidak malas-malasan, mungkin
kamu bisa menjadi sepertiku sekarang

Rasyid
Benar apa yang engkau katakan, kawan. Sedari dahulu yang namanya penyesalan memang akan
datang belakangan. Aku menyesal karena dulu kerja malas-malasan.

Malin Kundang
Ya sudah saya pamit mau membeli sesuatu dulu, ya. Dan tolong terima ini. Aku memberimu
modal supaya usahamu makin berkembang.

Rasyid
Terima kasih, kawan.

Babak VI
Sesudah Malin Kundang berlalu. Rasyid segera mengabari Mande, dan mengajak Mande pergi
menemui anak semata wayangnya ke dermaga.

Mande
Malin, Malin (berteriak), Malin Kundang anakku tersayang. Kamu sudah pulang, Nak. Ibu sudah
sangat rindu padamu, Nak.

Putri
Kamu siapa? Berani-beraninya kamu mengaku sebagai ibu mertuaku?

Mande
Saya ibundanya Malin Kundang, Nak.

Malin Kundang
Bohong, Apa kamu sudah gila, mana mungkin saya mempunyai ibu miskin, tua seperti kau.

Mande
Malin, ini Ibumu nak,aku yang melahirkan dan membesarkanmu,mengapa engkau berubah
menjadi seperti ini? Apakah kekayaanmu telah membuatmu lupa pada ibu yang telah
melahirkanmu?
Putri
Suamiku tidak mungkin memiliki ibu yang miskin, tua dan kotor sepertimu.

Malin Kundang
Kamu bukan ibuku! Menjauhlah dariku, nanti bajuku bisa kotor wanita tua (sambil mendorong
ibunya)

Mande
Ya Allah, mengapa anakku berubah menjadi seperti ini? Mengapa hatinya menjadi sekeras
batu? Aku yang telah melahirkan dan merawatnyaa Ya Allah. Berilkanah anakku itu teguranmu,
sesungguhnya anakku telah menjadi anak yang durhaka!! Tuhan kukutuk dia menjadi sebuah
batu.

Tiba-tiba langit menjadi gelap. Hujan badai terjadi dengan seketika. Dan sebuah kilat
menyambar tubuh Malin Kundang.

Malin Kundang
Aaaahhhhh, Mohon ampun Ibu. Maafkan Malin, Ibu !!!!

Namun semua sudah terlambat. Setelah tersambar kilat tubuh Malin Kundang menjadi batu.
Dan sampai sekarang batu Malin Kundang si anak durhaka itu masih bisa disaksikan.

Anda mungkin juga menyukai