Anda di halaman 1dari 13

Malin Kundang

Tokoh :

1. Malin Kundang : Narendra Ahmad


2. Mandhe : Marsha
3. Rasyid : Farel Mirza
4. Saudagar : Panji
5. Putri : Sally
Babak I
(Kapal)

Narator :
Pada jaman dahulu kala di Pantai Air Manis, Padang Sumatera Barat ada
seorang janda bernama Mande Rubayah, janda tersebut mempunyai seorang
anak laki laki bernama Malin Kundang Kundang. Malin Kundang sangat
disayangi ibunya lantaran sejak ia kecil sudah ditinggal oleh sang ayah. Malin
Kundang pun telah tumbuh dewasa, dan ia merasa harus bisa merubah
kehidupan ekonomi keluarganya. Pada suatu hari Rasyid, yang tidak lain adalah
teman Malin Kundang mengetahui bahwa ada kapal besar yang sedang
bersandar dipantai Air Manis dan ia berniat mengajak Malin Kundang untuk
ikut merantau bersamanya.

Rasyid : Hei, Malin…


Malin : Hei, ada apa rasyid…
Rasyid : Apakah kamu mendengar ada kapal besar milik seorang
saudagar kaya sedang berlabuh di dekat sini?
Malin : Iya, aku mendengar kabar tersebut. Lantas ada apa?
Adakah untungnya bersandarnya kapal itu bagi kita?
Bukankah kapal-kapal itu seperti kapal lainnya yang sering
singgah di sini?
Rayid : Aduh kamu ini, Malin…Kapal itu bisa mengubah nasib
kita, Malin.
Malin : Maksudmu bagaimana?
Rayid : Kita datang ke sana lalu melamar pekerjaan sebagai anak
buah kapal. Siapa tahu kita diijinkan bekerja di sana. Ku
dengar gaji kerja di kapal jauh berkali-kali lipat dibanding
dengan gaji kita sekarang.
Malin : Benarkah yang kau katakan itu, Rasyid?
Rasyid : Tentu. Aku ingin ke sana lalu melamar pekerjaan di sana.
Siapa tahu lamaranku diterima dan kemudian aku
diperbolehkan kerja di sana.
Malin : Kalau kerja di kapal. Kamu akan merantau?
Rasyid : Iya, aku akan merantau. Kamu mau ikut?
Malin : Iya, aku ingin ikut merantau. Sebab, aku sudah bosan hidup
miskin seperti ini saya mau merubah nasib, ya saya mau
sekali jadi kapan kita mulai berangkat ?
Rasyid : Baik bagaimana kalau besok pagi ?
Malin : Baiklah kalau begitu lebih cepat lebih baik, tetapi saya
harus meminta restu kepada ibuku lebih dulu.
Rasyid : Baiklah, Malin. Mintalah restu pada ibumu. Siapa tahu
berkat restu dari ibu akan membukakan rejeki buatmu di
perantauan nanti.
Babak II

(Meja, Kursi, Perabotan rumah, vas bunga, taplak)


Narator :
Malam harinya Malin Kundang segera meminta restu kepada ibunya yang baru
saja pulang bekerja

Malin : Bu, Malin mau minta restu

Mande : Kamu mau kemana, Nak?

Malin : Saya mau mengubah nasib keluarga kita, Bu

Mande : Bagaimana caranya, Nak?

Malin : Tadi pagi saya ketemu Rasyid. Dia memberi tahu ada kapal
yang bersandar di pantai dekat desa kita. Lalu kami berdua
memutuskan untuk pergi merantau lewat kapal itu

Mande : Malin, apakah kau tega meninggalkan ibumu yang sudah tua
ini tinggal di rumah sendirian?

Malin : Malin juga tidak tega, Bu. Tetapi Malin juga ingin merubah
nasib keluarga kita supaya bisa menjadi kaya. Malin sudah
bosan hidup miskin dan dihina sama tetangga terus menerus,
Bu.

Mande : Baiklah, Malin. Jika itu memang sudah menjadi


keputusanmu. Ibu akan memberimu restu. Doa ibu akan
senantiasa menyertaimu. Ibu berharap kamu akan sukses dan
menjadi kaya seperti yang kamu inginkan. Tetapi, jika sudah
kaya jangan lupa untuk pulang, ya, Nak.

Malin : Baik, Ibu. Terima kasih atas doa dan restunya, Bu. Malin
berjanji akan pulang dan menjemput ibu bila sudah sukses
nanti.

Mande : Kapan kamu berangkat, Nak?

Malin : Malin akan berangkat merantau besok pagi, Bu.


Mande : Secepat itukah kamu akan pergi, Nak, Kamu akan pergi
meninggalkan ibu sendirian?

Malin : Iya, Bu. Doakan Malin agar selamat dan berhasil sampai
tujuan ya, Bu.
Babak III

(Kapal, kain sebagai laut)


Narator :
Keesokan harinya dengan diantarkan ibunya. Malin Kundang dan Rasyid pergi
menuju ke pantai desa mereka, tempat kapal besar milik saudagar kaya itu
bersandar.
Tidak lama berselang kapal itu segera berlayar meninggalkan kampung halaman
Malin Kundang dan Rasyid.

Malin : Akhirnya kita sampai juga di tanah perantauan, kawan.

Rayid : Iya, Malin kita sudah dekat dengan cita-cita kita.

Malin : Bagaimana ini kawan, kita di sini akan kerja apa?

Rasyid : Tidak tahu Malin Kundang, saya juga sedang kebingungan.


Saudagar : Apakah kalian benar-benar sedang menginginkan sebuah
pekerjaan?
Rasyid : Benar, Tuan Saudagar!
Saudagar : Kebetulan saya sedang mencari 2 orang pekerja untuk
kapalku. Apakah kalian mau bekerja bersamaku?
Rasyid : Tentu saja kami mau Tuan saudagar. Kira-kira kapan kami
diperbolehkan mulai bekerja?
Saudagar : Nanti kalau kapal ini sudah sampai. Kalian bisa bekerja di
rumahku.
Malin : Rumah Tuan Saudagar ada di mana?
Saudagar : Nanti saja kalau kapal ini sudah berlabuh. Kalian berdua
ikuti saja langkahku
Malin : Baik Tuan Saudagar.
Babak IV

(Perabotan Rumah)
Narator :

Akhirnya kapal pun sampai. Saudagar segera turun usai memerintahkan anak
buahnya menurunkan barang-barang yang dibeli dari Pantai Air Manis. Malin
Kundang dan Rasyid mengikuti kemana pun saudagar itu pergi. Hingga
sampailah mereka pada sebuah rumah besar yang sangat indah.

Kedatangan saudagar kaya itu disambut oleh seorang perempuan muda yang
sangat cantik parasnya. Belakangan diketahui bahwa perempuan muda itu
merupakan putri dari saudagar. Begitu sampai di rumah saudagar. Rasyid dan
Malin Kundang segera bekerja seperti yang diperintahkan sang saudagar.

Putri : Ayah siapakah nama dua orang itu .


Saudagar : Yang mana?
Putri : Yang gagah, tampan dan rajin dan itu, Yah.
Saudagar : Oh yang itu, dia bernama Malin Kundang
Putri : Oh, namanya Malin Kundang
Saudagar : Memangnya ada apa, Putriku?
Putri : Tidak ada apa-apa Yah, Saya cuma ingin tahu saja. Sudah
dulu ya, Yah. Saya, mau beberes di dapur dulu.
Saudagar : Baiklah, Nak.
(Nari play)

Babak V

Narator :
Sejak hari itu, Putri semakin kagum dan cinta pada Malin Kundang. Putri selalu
memperhatikan Malin Kundang diam-diam.

Malin Kundang : Subhanaullah cantik sekali dia. Siapakah dia ?

(Penari keluar kecuali putri)

Hai bolehkah aku berkenalan denganmu? Namaku Malin


Kundang
Putri : Tentu saja, nama ku Putri aku anak seorang saudagar

Narator :
Setelah mereka berkenalan mereka akhirnya semakin dekat sampai akhirnya
Malin memutuskan untuk menikah dengannya.

Malin : Tuan Putri, aku ingin menanyakan sesuatu padamu


Putri : Apa itu Malin silahkan tanya padaku, aku pasti akan
menjawabnya dengan jujur
Malin : Maukah kau menikah dengan ku?

Narator :
Putri pun sangat kaget mendengarnya, kemudian ia tersenyum
Putri : tentu saja aku mau menikah dengan mu.
Babak VI

(Kapal, kain sebagai air, batu, terumbu karang, karung penjual, alas berjualan)

Narator :
Karena dirasa Malin Kundang adalah anak yang baik dan rajin. Saudagar pun
mengijinkan putrinya menikah dengan Malin Kundang. Setelah menikah
dengan putri saudagar tersebut. Malin Kundang semakin rajin bekerja. Berkat
ketekunannya, kini Malin Kundang telah menjadi kaya raya.
Sayangnya nasib malang justru dialami Rasyid. Sebab, sering malas-malasan
dalam bekerja. Ia pun dipulangkan ke kampung halamannya. Suatu hari Malin
Kundang dan istrinya berlayar ke Pantai Air Manis untuk membeli sesuatu.

Putri : Akhirnya kita sampai sudah, kanda.


Malin : Iya, dindaku sayang. Dinda, lihatlah pedagang baju itu. Ia
adalah Rasyid teman kanda yang dulu dipulangkan karena
sering malas-malasan dalam bekerja.
Putri : Benarkah demikian, Kanda ?
Malin : Benar, Dinda. Mari kita datangi dan bantu dia.
Putri : Mari, Kanda.
Malin : Hai, sahabatku Rasyid
Rasyid : Oh ternyata kamu, sahabatku. Kamu sudah jadi orang kaya
sekarang dan engkau sudah menjadi suami dari Putri tuan
kita dulu, Selamat ya!
Malin : Iya, kawan Syukur Alhamdulillah. Seandainya dulunya
kamu tidak malas-malasan, mungkin kamu bisa menjadi
sepertiku sekarang
Rasyid : Benar apa yang engkau katakan, kawan. Sedari dahulu
yang namanya penyesalan memang akan datang belakangan.
Aku menyesal karena dulu kerja malas-malasan.
Malin : Ya sudah saya pamit mau membeli sesuatu dulu, ya. Dan
tolong terima ini. Aku memberimu modal supaya usahamu
makin berkembang.
Rasyid : Terima kasih, kawan.
Babak VII

(Kapal, kain biru sebagai laut, batu)

Narator :
Sesudah Malin Kundang berlalu, Rasyid segera mengabari Mande, dan
mengajak Mande pergi menemui anak semata wayangnya ke dermaga.

Mande : Malin, Malin (berteriak), Malin Kundang anakku


tersayang. Kamu sudah pulang, Nak. Ibu sudah sangat rindu
padamu, Nak.
Putri : Kamu siapa? Berani-beraninya kamu mengaku sebagai ibu
mertuaku?

Mande : Saya ibundanya Malin Kundang, Nak.

Malin : Bohong, Apa kamu sudah gila, mana mungkin saya


mempunyai ibu miskin, tua seperti kau.

Mande : Malin, ini Ibumu nak,aku yang melahirkan dan


membesarkanmu,mengapa engkau berubah menjadi seperti
ini? Apakah kekayaanmu telah membuatmu lupa pada ibu
yang telah melahirkanmu?

Putri : Suamiku tidak mungkin memiliki ibu yang miskin, tua dan
kotor sepertimu.

Malin : Kamu bukan ibuku! Menjauhlah dariku, nanti bajuku bisa


kotor wanita tua (sambil mendorong ibunya)

Mande : Ya Allah, mengapa anakku berubah menjadi seperti ini?


Mengapa hatinya menjadi sekeras batu? Aku yang telah
melahirkan dan merawatnyaa Ya Allah. Berilkanah anakku
itu teguranmu, sesungguhnya anakku telah menjadi anak
yang durhaka!! Tuhan kukutuk dia menjadi sebuah batu.
Narator :
Tiba-tiba langit menjadi gelap. Hujan badai terjadi dengan seketika. Dan sebuah
kilat menyambar tubuh Malin Kundang.

Malin : Aaaahhhhh, Mohon ampun Ibu. Maafkan Malin, Ibu !!!!

Narator :
Namun semua sudah terlambat. Setelah tersambar kilat tubuh Malin Kundang
menjadi batu. Dan sampai sekarang batu Malin Kundang si anak durhaka itu
masih bisa disaksikan.

Anda mungkin juga menyukai