Tokoh :
Narator :
Pada jaman dahulu kala di Pantai Air Manis, Padang Sumatera Barat ada
seorang janda bernama Mande Rubayah, janda tersebut mempunyai seorang
anak laki laki bernama Malin Kundang Kundang. Malin Kundang sangat
disayangi ibunya lantaran sejak ia kecil sudah ditinggal oleh sang ayah. Malin
Kundang pun telah tumbuh dewasa, dan ia merasa harus bisa merubah
kehidupan ekonomi keluarganya. Pada suatu hari Rasyid, yang tidak lain adalah
teman Malin Kundang mengetahui bahwa ada kapal besar yang sedang
bersandar dipantai Air Manis dan ia berniat mengajak Malin Kundang untuk
ikut merantau bersamanya.
Malin : Tadi pagi saya ketemu Rasyid. Dia memberi tahu ada kapal
yang bersandar di pantai dekat desa kita. Lalu kami berdua
memutuskan untuk pergi merantau lewat kapal itu
Mande : Malin, apakah kau tega meninggalkan ibumu yang sudah tua
ini tinggal di rumah sendirian?
Malin : Malin juga tidak tega, Bu. Tetapi Malin juga ingin merubah
nasib keluarga kita supaya bisa menjadi kaya. Malin sudah
bosan hidup miskin dan dihina sama tetangga terus menerus,
Bu.
Malin : Baik, Ibu. Terima kasih atas doa dan restunya, Bu. Malin
berjanji akan pulang dan menjemput ibu bila sudah sukses
nanti.
Malin : Iya, Bu. Doakan Malin agar selamat dan berhasil sampai
tujuan ya, Bu.
Babak III
(Perabotan Rumah)
Narator :
Akhirnya kapal pun sampai. Saudagar segera turun usai memerintahkan anak
buahnya menurunkan barang-barang yang dibeli dari Pantai Air Manis. Malin
Kundang dan Rasyid mengikuti kemana pun saudagar itu pergi. Hingga
sampailah mereka pada sebuah rumah besar yang sangat indah.
Kedatangan saudagar kaya itu disambut oleh seorang perempuan muda yang
sangat cantik parasnya. Belakangan diketahui bahwa perempuan muda itu
merupakan putri dari saudagar. Begitu sampai di rumah saudagar. Rasyid dan
Malin Kundang segera bekerja seperti yang diperintahkan sang saudagar.
Babak V
Narator :
Sejak hari itu, Putri semakin kagum dan cinta pada Malin Kundang. Putri selalu
memperhatikan Malin Kundang diam-diam.
Narator :
Setelah mereka berkenalan mereka akhirnya semakin dekat sampai akhirnya
Malin memutuskan untuk menikah dengannya.
Narator :
Putri pun sangat kaget mendengarnya, kemudian ia tersenyum
Putri : tentu saja aku mau menikah dengan mu.
Babak VI
(Kapal, kain sebagai air, batu, terumbu karang, karung penjual, alas berjualan)
Narator :
Karena dirasa Malin Kundang adalah anak yang baik dan rajin. Saudagar pun
mengijinkan putrinya menikah dengan Malin Kundang. Setelah menikah
dengan putri saudagar tersebut. Malin Kundang semakin rajin bekerja. Berkat
ketekunannya, kini Malin Kundang telah menjadi kaya raya.
Sayangnya nasib malang justru dialami Rasyid. Sebab, sering malas-malasan
dalam bekerja. Ia pun dipulangkan ke kampung halamannya. Suatu hari Malin
Kundang dan istrinya berlayar ke Pantai Air Manis untuk membeli sesuatu.
Narator :
Sesudah Malin Kundang berlalu, Rasyid segera mengabari Mande, dan
mengajak Mande pergi menemui anak semata wayangnya ke dermaga.
Putri : Suamiku tidak mungkin memiliki ibu yang miskin, tua dan
kotor sepertimu.
Narator :
Namun semua sudah terlambat. Setelah tersambar kilat tubuh Malin Kundang
menjadi batu. Dan sampai sekarang batu Malin Kundang si anak durhaka itu
masih bisa disaksikan.