Anda di halaman 1dari 4

Artikel P5

Disusun Oleh :
1. Narendra Ahmad Al D (25)

2. M. Farel Mirza S. (27)

3. M. Syaifulloh Al Amin (24)

4. Panji Ariya F. (27)

5. Firstito Rayhan Davino (14)

6. Farel Islamy Pasha (11)

SMAN 15 Surabaya
Jl. Dukuh Menanggal Sel. No.103, Dukuh Menanggal, Kec.
Gayungan, Kota SBY, Jawa Timur 60234
Website : www.sman15-sby.sch.id
Malioboro Yang Kotor

Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menjadi dinasti favorit bagi para pelancong
maupun wisatawan dari berbagai daerah di penjuru Indonesia. hal ini tentunya bukan tanpa
alasan, para pendatang memilih Yogyakarta menjadi tempat bersinggah mereka karena terdapat
beberapa faktor. faktor utama yang memengaruhi hal tersebut, diantaranya yaitu biaya hidup
yang cukup rendah di Yogyakarta, tempat yang strategis karena terletak di tengah tengah pulau
jawa. selain itu, banyaknya tempat tempat wisata dan pusat perbelanjaan juga menjadi faktor
banyaknya wisatawan yang berkunjung kesana. Ketika daerah lain biasanya ramai ketika musim
liburan saja, lain halnya dengan kota Yogyakarta. Sepertinya julukan "istimewa" yang melekat
pada kota ini bukan hanya sekedar julukan. hampir setiap harinya, bisa dipastikan ada wisatawan
yang masuk maupun keluar kota Yogyakarta. mulai dari wisatawan domestik, wisatawan asing,
maupun siswa siswi yang sedang study tour disana.

salah satu destinasi yang menjadi tempat favorit para wisatawan ketika berkunjung di
Yogyakarta diantaranya yaitu Jalan Malioboro. Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang
tidak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan
Keraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi. Kawasan Malioboro sebagai tujuan awal
wisatawan. Dengan meningkatnya wisatawan yang berkunjung di Malioboro tentunya akan
timbul dampak, baik dampak positif maupun negatif. Ada beberapa dampak positif dari
meningkatnya wisatawan di Malioboro yaitu bertambahnya pendapatan daerah membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat maupun masyarakat yang jauh dari Kawasan
Malioboro yang bekerja di Kawasan Malioboro menjadikan Malioboro sebagai salah satu
destinasi wisata unggulan di Kota Yogyakarta banyak seniman yang berminat untuk menjadikan
Malioboro tampak indah dengan memasang hasil seninya di sepanjang Malioboro, dan masih
banyak
keuntungan lainnya.

Dampak Negatifnya adalah kebersihan di Malioboro menjadi kurang terjaga, banyak


wisatawan yang membuang sampah sembarangan padahal telah disediakan tempat sampah,
rusaknya taman yang ada di Malioboro dan kurang terawatnya sarana prasarana yang ada tingkat
kriminalitas meningkat, terjadi banyak pelanggaran, dan lain – lain. Dengan adanya dampak
positif dan negatif, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dengan Peraturan
Walikota membentuk Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro. Unit pelaksana
ini bertujuan untuk mengawasi serta memastikan kawasan Malioboro agar tetap terjaga
kebersihan dan kerapiannya.
Kerapian, kebersihan, ketertiban dan keamanan di kawasan semi pedestrian Malioboro,
baik sebagai destinasi utama wisata maupun sebagai bagian dari kawasan sumbu filosofi, harus
benar-benar dijaga. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Budi
Wibowo mengatakan, sebenarnya untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di Malioboro adalah
tugas bersama dan tanggungjawab semua pihak. Jika Malioboro terus semakin kumuh, kotor,
banyak sampah hingga ada kerusakan dimana-mana, maka perlu diambil sikap tegas. Termasuk
banyaknya pedagang asongan, pedagang kaki lima maupun pedagang keliling yang berjualan di
tempat yang dilarang seperti di area publik Titik Nol Kilometer hingga pagar museum Benteng
Vredeburg. Meskipun pedagang kaki lima yang biasanya berjualan di sepanjang trotoar jalan
malioboro telah ditertibkan, namun keadaan yang terjadi sama saja. Bukan pedagangnya yang
menyebabkan sampah ini, melainkan para pengunjungnya. Tempat sampah yang telah disediakan
di beberapa titik seperti hanya penghias saja, dan tidak dipergunakan dengan semestinya.

Menurut saya, hal seperti inilah yang seharusnya perlu dibenahi oleh dinas terkait kota
Yogyakarta. karena Malioboro ini merupakan salah satu ikon atau sebuah identitas dari kota
Yogyakarta sendiri. selain itu juga pastinya masyarakat lokal disana justru terganggu dengan
perilaku wisatawan yang seperti ini. tidak menutup kemungkinan mereka akan marah, dan akan
menuntut hak mereka kepada pemerintah. tentunya ini akan berdampak terhadap wisatawan yang
akan berkunjung di sana. diperlukan beberapa upaya cara penanggulangan agar hal demikian
tidak terus terjadi kedepannya. baik itu yang dilakukan oleh diri kita sendiri, dilakukan oleh
masyarakat sekitar, maupun yang dilakukan oleh pemerintah setempat.

Untuk diri kita, diperlukam adanya sikap kedisiplinan atau kesadaran terhadap tempat
yang sedang kita singgahi. Kita menyadari bahwa itu bukan merupakan tempat kita, sehingga
kita perlu menjaganya agar tidak rudak karena kehadiran kita. Selain itu, kita juga bisa saling
mengingatkan satu sama lain agar tidak mengotori atau tidak membuang sampah sekecil apapun
di sepanjang trotoar jalan malioboro. Kita juga bisa menegur sesama wisatawan yang kedapatan
tidak menjaga kebersihan selama di malioboro ini. Seperti halnya peribahasa "Dimana bumi
dipijak, disitu langit dijunjung". Dimana kita sedang bersinggah atau enetap, disitulah kita
mengikuti atau menganut kebiasaan yang ada di daerah tersebut. Masyarakat sekutar Malioboro
juga bisa turut membantu agar permasalahan ini bisa cepat terselesaikan. Yaitu dengan
mengarahkan atau memberi petunjuk mengenai tempat sampah di sepanjang jalan Malioboro.
Karena terkadang sebagian kecil wisatawan tidak tahu dimana tempat sampah, sehingga ia
memilih untuk membuang di trotoar. Masyarakat sekitar juga berhak untuk menegur ketika hal
tersebut terjadi. Dari elemen pemerintah juga harus ikut andil dalam menyelesaikan
permasalahan ini. salah satu upaya yang bisa dilakukan diantaranya yaitu dengan membuat
peraturan tegas mengenai larangan membuang sampah di sepanjang trotoar Jalan Malioboro.
Juga dibarengi dengan adanya denda bagi siapapun itu yang melanggar peraturan tersebut, baik
dari warga lokal maupun wisatawan tidak ada perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai