Anda di halaman 1dari 6

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PEDESTRIAN

JALAN DI MALIOBORO YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

An nisa Tri Marlina (F111808)

Corry Prisilia (F1118017)

Rizki Mangatur PS (F1118055)

Sarah Sekar (F1118058)

Yulian Devi Bernardi (F1118067)

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018
I. Latar Belakang

Kawasan Malioboro merupakan salah satu pusat pertumbuhan di Kota


Yogyakarta. Kawasan Malioboro biasa digunakan sebagai pusat kegiatan
kepemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata, budaya dan lain sebagainya.
Dikarenakan adanya fungsi Malioboro yang beragam sehingga menyebabkan
adanya pembludakan pengunjung, baik pada saat hari kerja atau hari libur.
Pengunjung yang dimaksud adalah pengunjung baik dari dalam kota atau
bahkan dari luar kota. Moda transportasi yang digunakan untuk melewati
Malioboro juga beragam seperti transportasi pribadi (mobil, motor, sepeda
dll), kendaraan umum seperti trans jogja, bahkan berjalan kaki. Daerah yang
digunakan oleh pejalan kaki untuk melewati daerah Malioboro disebut sebagai
pedestrian Malioboro. Pedestrian sendiri memiliki pengertian sebagai pejalan
kaki, yakni manusia yang berjalan kaki di daerah lalu lintas jalan (Permen PU
No.03/PRT/M/2014).

Pemerintah DIY mulai menerapkan kota inklusif dengan menerbitkan


Peraturan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta No.4 Tahun 2012, tentang
Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Salah satu
penerapannya dengan melakukan revitalisasi kawasan Pedestrian Malioboro
menjadi lebih inklusif yaitu dengan adanya guiding block di sepanjang
pedestrian Malioboro.

Dengan adanya revitalisasi tersebut diharapkan akan lebih menambah


kenyamanan dan kemudahan disabilitas saat berkunjung di Malioboro.

II. Pendekatan
A. Pendekatan Kebijakan
1. Sosial Budaya;
Untuk mengenalkan Malioboro kepada para pengguna jalan
Malioboro. Malioboro menjadi ruang publik yang lebih nyaman
dan ramah dengan disediakannya bangku-bangku dan guiding
block bagi penyandang disabilitas di sepanjang pedestrian
Malioboro.
2. Ekonomi-Keuangan; Untuk mendapatkan pemasukan pendapatan
dari para pedagang di sekitar Jalan Malioboro.
Adanya revitalisasi pedestrian Malioboro akan menambah
kunjungan wisatawan. Semakin banyak wisatawan yang
berkunjung maka akan semakin menambah pendapatan pedagang-
pedagang di sekitar Malioboro. Selain itu banyak hotel-hotel di
sekitar Malioboro yang akan terisi, dimana hal tersebut juga dapat
menambah pemasukan daerah.
3. Politi/Kebijakan
Revitasasi pedestrian Malioboro merupakan implementasi dari
kebijakan Pemerintah Daerah DIY melaui Peraturan Daerah DIY
No 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak
Penyandang Disabilitas.
B. Pendekatan Fisik dan Lingkungan’
1. Pendeketan Makro
Dalam pelaksanaan pendestrian di kawasan Malioboro, bagaimana
hasil atau nilai manfaat yang diterima masyarakat khususnya kaum
disabilitas bisa dirasakan dengan baik. Di lain itu, masalah yang bisa
muncul kurangnya pemeliharaan dalam pendestrian jalan di Malioboro
sehingga di masa mendatang pendestrian ini tidak ada nilai
kegunaannya lagi, seperti jalan untuk disabilitas sebelumnya
pavingnya terbuat dari semen namun sekarang ada pembeda jalannya
terbuat dari alumunium
2. Pendekatan Mikro
Pada pendekatan ini memfokuskan pada perhitungan dari biaya yang
akan dikeluarkan dan biaya yang akan diperoleh, sehingga pembuatan
pendestrian ini dapat sesuai dengan anggaran yang akan direalisasikan.
C. Pendekatan Teknis
1. Daya dukung lahan
 Malioboro terbentang di atas sumbu imajiner menghubungkan
Keraton Yogyakarta, Tugu, dan Puncak Gunung Merapi
 Temperatur udara rata-rata : 32̊C
 Rata-rata curah hujan 40-70 milimeter/hari
 Terletak didepan Stasiun Tugu Yogyakarta dan sekitar 800
meter dari Keraton Yogyakarta
 Kondisi pertokoan, keberadaan banyak toko, kios,perkantoran,
, kuliner serta kesenian dan kebudayaan yang disajikan oleh
seniman lokal mendukung untuk dikembangkan menjadi
kawasan wisata dan sentral dagang
2. Aksesibilitas
 Terletak dijalan utama sepanjang 2,5 km
 Kondisi jalan sangat baik dengan arus ramai lancar dan dilalui
moda transportasi umum
3. Sumber Daya Manusia
 Supply tenaga kerja dari wilayah sekitar cukup tinggi,
masyarakat membutuhkan pekerjaan
4. Kelembagaan/Pendapatan
 Gubernur DIY dengan kesepakatan bersama PT KAI, Pemkot
Yogyakarta, dan Keraton Kalsutanan Yogyakarta
 Studi kawasan Malioboro tahap lanjutan dibiayai Asian
Development Bank (ADB) sampai ada dokumen yang dapat
ditawarkan ke swasta
D. Potensi Pendukung
 Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo ini merupakan pasar tertua dengan nilai-nilai
historis yang tidak dapat dipisahkan dari Yogyakarta. Pasar
Beringharjo ini terletak di di kawasan Malioboro. Dalam pasar
Beringharjo banyak terdapat penjual yang menjualkan berbagai
produk antara lain batik, kerajinan tangan, makanan, rempah-
rempah, dan lain-lain dengan harga terjangkau. Pasar
Beringharjo buka mulai dari pukul 08.30 sampai 21.00 WIB.
 Bangunan Bersejarah
Di kawasan Malioboro terdapat beberapa bangunan bersejarah
antara lain Benteng Vredeburg, Monumen Serangan Umum 1
Maret, Bank Indonesia, Wisata Taman Sari, Alun-Alun Utara
dan Kidul Yogyakarta, Stasiun Tugu Yogyakarta, Taman
Budaya Yogyakarta (TBY). Dengan adanya bangunan sejarah
yang terdapat di sekitar kawasan Malioboro menjadikan
potensi bagi Malioboro.
 Wahana Wisata Taman Pintar Yogyakarta
Di Taman Pintar ini menyediakan berbagai sarana
pembelajaran pengetahuan science. Di Taman Pintar ini bisa
dikunjungi berbagai umur dari balita hingga dewasa dengan
tiket yang terjangkau.
E. Pendekatan Pasar
Dilihat dari segi demand (permintaan) peningkatan kebutuhan
masyarakat Indonesia saat ini terhadap tempat rekreasi menyebabkan
setiap daerah menggali wisata. Kawasan Malioboro merupakan salah
satu pilihan masyarakat Indonesia ketika ke Yogyakarta untuk
menikmati suasana kawasan, wisata kuliner dan juga dapat dijadikan
tempat untuk berbelanja dengan harga yang terjangkau. Di kawasan
Malioboro juga cocok untuk berolahraga.
Dilihat dari segi supply perombakkan pedestrian kawasan Malioboro
untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah Malioboro. Dengan
adanya perkembangan wisata di berbagai daerah untuk
memaksimalkan kunjungan wisata Malioboro maka adanya perubahan
pedestrian kawasan Malioboro dengan sesuai fungsinya.
F. Pendekatan Pasar berdasarkan keberadaan Kompetitor
Salah satu kompetitor pedestrian Malioboro adalah pedestrian
Kotabaru, Kota Yogyakarta yang juga baru dikerjakan. Konsep
pedestrian Kotabaru dibuat sama dengan pedestrian Malioboro. Pada
pedestrian Kotabaru juga terdapat bangku-bangku dan guiding block
untuk disabilitas seperti yang ada di pedestrian Malioboro. Saat ini
pedestrian Kotabaru masih dalam proses pembangunan. Namun
pedestrian Kotabaru memang hanya diperuntukkan untuk pedestrian,
bukan seperti pedestrian Malioboro yang menjadi di sekitarnya tedapat
para pedagang-pedagang.
III. Kesimpulan

Pedestrian Malioboro ini digunakan sebagai sarana bagi para pejalan


kaki agar dapat berjalan kaki dengan nyaman, aman, dan tenang.
Keputusan atau kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Yogyakarta untuk meluaskan daerah pejalan kaki, dan menertibkan
parkiran para pesepeda motor agar tidak memarkirkan kendaraannya di
sepanjang pedestrian Malioboro juga merupakan keputusan yang bijak
karena hak para pejalan kaki menjadi lebih diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai