Anda di halaman 1dari 4

MONUMEN TUGU NGEJAMAN DI MALIOBORO

YOGYAKARTA

NAMA : LUKMAN DITA ARIFIAN

NIT : 22091882

PROGRAM STUDI : D4 MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA

KELAS : CHARLIE
Dalam melakukan observasi kali ini, saya memilih Malioboro sebagai tempat observasi saya,
salah satu alasan saya memilih Malioboro adalah karena tempat ini merupakan salah satu tempat paling
iconic di Yogyakarta. Banyak orang bilang “belum ke jogja kalau belum ke malioboro”. Nah dari situ saya
tertarik untuk melakukan observasi di sana. Di sepanjang jalan malioboro
ternyata banyak sekali saya temui toko maupun mall, orang berjualan
makanan, orang menjual jasanya (tukang becak), banyak juga pengunjung
yang datang ke malioboro. Disana juga ada tempat duduk dan lampu dengan
gaya bangunan seperti jaman dulu, mungkin itu yang menjadikan malioboro
estetik, kata anak jaman sekarang. Ketika saya datang ke sana saya mencoba
membeli sebuah minuman khas jogja yaitu wedhang ronde. Dan ternyata rasa
wedang ronde ini cocok di lidah saya, padahal bisa dibilang harga yang
ditawarkan sangat murah. Disana banyak sekali toko baju batik, tas, pernak
pernik khas jogja, ada juga delman bahkan disana ada wahana yang Bernama
rumah hantu malioboro, disana ternyata ada pasar juga yang Bernama “Pasar
Bringharjo” . di dalam pasar tersebut ternyata banyak sekali orang berjualan,
mereka berjualan baju,tas,sepatu,peralatan masak, dan lain sebagainya. Lokasi pasar Bringharjo tepat di
tengah tengah malioboro. Pada siang hari Malioboro memang terkesan sepi, tetapi ketika saya berkunjung
kesana ternyata ada beberapa orang yang memanfaatkan malioboro sebagai background untuk foto
prewedding. Dan mungkin salah satu alasan orang datang ke Malioboro adalah karena cuacanya lebih sejuk
dan tidak panas seperti pada siang hari.

Selain jalan Malioboro yang terkenal, di sekitar situ ternyata juga ada salah satu tempat yang
tak kalah ramai, tempat itu adalah teras malioboro 1 dan teras malioboro 2. Teras malioboro satu merupakan
tempat baru bagi para pedagang kaki lima yang biasa berjualan di kawasan
Malioboro. Teras Malioboro 1 terletak di Gedung Eks Bioskop Indra, atau
tepat di seberang Pasar Beringharjo. Teras Malioboro diresmikan oleh
Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada Rabu, 26
Januari 2022 dalam acara “Wilujengan”. Teras Malioboro menjadi lokasi
pusat perbelanjaan barang-barang khas kota Jogja dan sekitarnya. Berbagai
jenis oleh-oleh seperti kerajinan tangan dari bahan alam, batik, kaos khas
Jogja dan kuliner kini tertata apik dengan konsep indoor di Teras Malioboro
1. Mengusung tema industrial modern, Teras Malioboro 1 merupakan tempat
belanja yang nyaman dan bersih, dilengkapi dengan eskalator, lift, tempat
kuliner, serta tempat foto yang estetis dan Instagrammable. Untuk
kenyamanan, pengunjung dapat memperhatikan tempat parkir yang
berdekatan dengan 1 Teras Malioboro.

1.
Kantong parkir di Jalan Beskalan, Parkir Selatan Pasar Beringharjo, Parkir di depan Taman
Pintar, Parkir di depan Pusat Perbelanjaan-TBY adalah rekomendasi untuk sepeda motor dan parkir pribadi
terdekat dari Teras Malioboro 1. Tak jauh berbeda dengan Teras Maliobro 1, Teras Malioboro 2 juga para
pedagang kaki limanya berjualan berbagai aneka jenis baju
seperti baju kaos, baju santai, celana, tas, dan lain sebagainya.
Perbedaan teras malioboro 1 dan 2 yakni, Teras Malioboro satu
berada di gedung bekas Bioskop Indra yang terletak di kawasan
selatan Malioboro. Sedangkan Teras Malioboro 2 berada di
lahan kosong yang merupakan bekas kompleks kantor dinas
pariwisata utara Malioboro, tepatnya di sebelah utara Kantor
DPRD DIY.

Setelah jalan di malioboro, saya salah fokus sama


salah satu tugu yang berada di jalan malioboro yaitu tugu
ngejaman. Sejak Jalan Malioboro dibersihkan dari pedagang
asongan , banyak bangunan bersejarah yang telah dikembalikan
ke bentuk aslinya. Ada juga banyak monumen yang telah
terbengkalai. Salah satunya adalah Tugu Ngejaman yang
sebenarnya merupakan hadiah dari Belanda. Nama asli Tugu Ngejaman adalah Tugu Standsklok. Nama
Ngejaman berasal dari bentuknya yang monumental dengan jam bundar di atasnya. Tugu ini terletak di
bagian selatan Jalan Malioboro, hanya sepelemparan batu
dari titik 0 km utara, di pertigaan Jalan Margamulya,
persis di depan gereja GPIB Margamulya. Sayangnya,
tingginya hanya 1,5 meter dan diameter monumen hanya
45 sentimeter, sehingga banyak orang menganggapnya
sebagai monumen biasa daripada monumen bersejarah
yang disumbangkan dari Belanda. Menurut sejarah,
monumen ini dibangun pada tahun 1916. Jam Kota Tugu
Ngejaman atau adalah penanda waktu bagi masyarakat
Kota Yogyakarta. Tugu jam ini terdiri dari dua bagian,
yaitu alas berbentuk bujur sangkar dan jam bundar di
atasnya. Situasi disana pada siang hari ramai karena di
malioboro ada event Jambore Stroke Indonesia,
drumcrops Gema Dirgantara dari kampus STTKD
berpartisipasi dalam event tersebut, jadi situasi dan
konsidi disana terpantau ramai.

2.
Harapan saya dalam observasi kali ini adalah sebaiknya monument bersejarah peninggalan
jaman Belanda dapat dirawat dengan baik atau bahkan diberi tanda agar para turis atau pengunjung
dapat mengetahui makna dan arti dari bangunan atau tugu tersebut. Selain itu monument atau tugi ini
seharusnya diberi penjelasan singkat menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris agar para
wisatawan local maupun asing dapat sama – sama tau dan mengerti. Peninggalan sejarah ini juga harus
dirawat sebagai bentuk penghargaan atas sejarah dan kisah – kisah yang ada di dalamnya.

Selain hal tersebut, harapan saya adalah adanya pendisiplinan bagi orang – orang yang
membuang sampah sembarangan karena dari pengamatan dan observasi yang saya lakukan masih banyak
sekali sampah yang berserakan di jalan dan di sekitar monument., padahal monument sebagai icon
peninggalan harus steril dalam hal apapun apalagi sampah. Dari pengamatan saya juga masih kurangnya
tempat – tempat sampah yang ada dan tempat – tempat sampah yang berada disanapun saya nilai masih
kurang dari standar dimana tempat sampah yang ada masih belum dipisahkan menurut waste management
atau pemisahan sampah menurut jenisnya.

Sebagai salah satu kota wisata yang menjadi tujuan wisata dan menjadi tempat favorit bagi
wisatawan local maupun asing serta menjadi kota pelajar bagi ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia kota
jogja sendiri seharusnya tidak menutup mata akan hal ini dan lebih memperhatikan hal – hal kecil semacam
ini. Dengan banyaknya peninggalan sejarah yang ada dikota jogja juga pemerintah kota jogja seharusnya
dapat lebih memperhatikan kondisi serta melakukan perawatan yang lebih baik kepada tempat – tempat
wisata yang dinilai masih “underrated” atau kurang dikenal. Pemerintah jogja juga diharapkan tidak hanya
focus pada pengembangan dan perawatan tempat wisata besat tapi juga harus mengimbangi dengan
memperhatikan peninggalan sejarah yang lain.

3.

Anda mungkin juga menyukai