Anda di halaman 1dari 3

Judul buku : Robohnya Surau Kami Judul sinopsis : Kebanggaan Berlebih Pengarang : A.A. Navis Penerbit : PT.

Gramedia Pustaka Utama Pensinopsis : Alfakristanto Mulyakandya.

Topi helm adalah topi yang sangat biasa seperti halnya topi topi lain. Tapi ada sesuatu yang membuat topi itu sangat dihormati yang tak lain dan tak bukan adalah pemakainya. Tuan O.M. adalah pemimpin di bengkel kereta api di kota kecil Padang Panjang. Semua orang yang bekerja di bengkel tersebut sangat takut pada Tuan O.M., mereka menjuluki Tuan O.M. dengan si topi helm. Si topi helm menjadi sesuatu yang sangat ditakuti oleh semua orang yang bekerja di sana. Apabila ada seseorang yang menyebut si topi helm maka semua orang akan sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Tetapi ada saja orang yang iseng, dia meneriakkan si topi helm maka orang orang yang sedang bersantai akan kembali mengerjakan tugasnya sedangkan sebenarnya Tuan O.M. tidak ada maka semua pekerja akan merasa tertipu dan tertawa terbahak bahak. Pada akhirnya topi helm itu membuat semua orang menjadi curiga satu sama lain. Pada akhirnya jatuhlah satu korban. Korban itu adalah seorang masinis, gara gara si topi helm ia turun pangkat menjadi setokar kembali. Kejadian itu terjadi ketika para pekerja sedang membersihkan bagian bawah dari sebuah lok kereta api. Mereka bekerja sambil mengobrol dengan asyiknya dan tiba tiba ada seseorang yang mengucapkan si topi helm maka mereka dengan semangat membersihkan bagian bawah kereta itu. Hanya seorang yang tidak memperhatikannya, orang itu adalah sang masinis. Masinis itu disebut kingkong karena badannya yang besar. Ia tertawa dengan keras dan mengira bahwa itu semua adalah gurauan.Ia mengejek Tuan O.M. dengan sebutan monyet, monyet tidak akan menang melawan kingkong lalu ia tertawa terbahak bahak. Saat ia mendengar orang berdehem maka ia memalingkan wajahnya dan badannya yang besar itu seolah olah menciut melihat monyet. Setelah itu dia diturunkan pangkatnya. Mungkin karena sudah tua topi helm itu tdk pernah dipakainya lagi. Orang orang pun sudah lupa akan topi helm itu. Tetapi suatu kejadian mengingatkan orang akan topi helm itu. Topi helm itu sekarang dipakai oleh Pak Kari, kejadiannya itu terjadi ketika Tuan O.M.

dipindahkerjakan ke Bandung. Karena Tuan O.M. tidak mau memakai topinya karena sudah tua maka topi itu diberikan kepada Pak Kari. Pak Kari adalah seorang juru rem pada kereta api. Orang orang teman kerja menjuluki Pak Kari dengan si Gunarso seperti nama asli dari Tuan O.M. Pak Kari adalah seorang yang sangat penyabar. Tapi karena topi helm itu ia berubah menjadi orang yang suka menyumpahi hujan karena akan membasahi topi helmnya, ia menjadi lekas marah karena teman teman sekerjanya menertawakan dan menyembunyikan topi helmnya. Ia tidak suka akan pemimpinnya yang menyuruh memakai topi dinas saat bekerja sehingga ia tidak bisa memakai topi helmnya. Kewajiban memakai topi dinas itu dicabut saat banyak pekerja yang kehilangan topinya karena tertiup angin. Pada suatu hari ada kejadian yang membuat topi helm itu menjadi hal yang tidak berguna. Kejadian itu terjadi pada suatu hari setelah hujan, kereta api dalam perjalanannya ke Kayutanam. Karena hujan maka rel rel menjadi licin, itulah tugas juru rem, menjaga apakah remnya terlalu mencengkeram roda atau tidak mencengkeram roda. Apabila rem terlalu mencengkeram maka akan membuat roda berhenti berputar sehingga pada saat ada tikungan mengakibatkan kereta akan keluar dari rel dan apabila rem tidak mencengkeram maka kereta tidak akan berhenti. Pak Kari berada di gerbong paling akhir. Apabila terdengar bunyi peluit, semua juru rem harus melihat rem yang berada dalam tanggungjawabnya. Terdengar bunyi peluit, maka Pak Kari akan memeriksa rem. Pak Kari melihat dengan berjongkok di tangga gerbong dengan bergayut dengan menggunakan sebelah tangannya agar ia dapat lebih jelas melihat roda itu. Tiba tiba ia sadar bahwa kereta api sedang memasuki jembatan yang berpelengkung dan ia menarik tubuhnya agar tidak disambar oleh pelengkungan itu. Ketika kereta api sampai di stasiun kecil barulah teman temannya tahu bahwa pak Kari tidak lagi ditempatnya. Mereka berprasangka buruk bahwa Pak Kari telah tewas disambar pelengkungan itu seperti teman mereka dahulu. Dengan rasa was was mereka kembali ke pelengkungan itu. Sesampainya di sana terlihat pak Kari sedang meniti diatas rel dengan memakai topi helm kesayangannya. Hal ini membuat kepala masinis menjadi marah dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan entengnya Pak Kari bercerita kalau pada saat itu topi helmnya disambar pelengkungan sehingga jatuh kesungai maka dari pada itu Pak Kari

meninggalkan tempatnya dan mengambil topinya itu. Betapa marahnya kepala masinis itu dan membuang topi helm itu ke dalam perapian. Orang sudah lupa tentang topi helm itu tetapi Pak Kari tidak akan melupakan topi helmnya yang dibuang ke api oleh kepala masinisnya. Pak Kari ingin membalas dendam, maka pada saat kepala masinis itu lewat Pak Kari melemparkan seonggok bara panas ke wajahnya hingga membuat kepala masinis itu buta. Pak Kari lega.

Anda mungkin juga menyukai