Aku …
Jika hal itu terjadi, itu bagus untuk kelas, tapi bila
tidak maka harus tetap untuk bersiap. Kalau dia terus
mendendam padaku, Horikita dan kelas ada kemungkinan
Haruka akan melukai kelas karena alasan pribadi.
“Ee.., Iya …”
“Kau sebaiknya tidak berpikir kalau lingkungan yang
sama seperti hari yang kemarin-kemarin sedang
menunggumu …”
“Pagi …”
“Entahlah …”
“Sulit juga ya …”
Ringkasan
Aturan
Jika pindah dari kelas saat ini ke kelas lain, tapi pada
akhirnya kelasmu sebelumnya berhasil lulus di kelas A,
kau mungkin akan cemas untuk waktu yang lama karena
akan tergoda dengan tiket ini.
“Hal itu tidak jadi masalah kok … Untuk saat ini aku
tak berpikir kelas lain begitu menarik sampai harus
meninggalkan kontrak denganmu Horikita-girl …”
“Mungkin aja …”
Kōenji tampak tak acuh, sangat bebas dan sepertinya
juga mempunyai pemikiran yang diperhitungkan
dibaliknya.
“Eh───”
“Ti-tidak apa-apa …”
“I-iya …”
“Aku permisi …”
“Tentang Airi?”
“Aku mengerti.”
“Apa maksudmu?”
“Itu …”
“Te-terima kasih …”
“Kenapa?”
“Oh.., Baiklah.”
“Iya ya …”
“Uu …”
“…Begitu ya.”
“Apa maksudnya?”
“Kushida-san …?”
“Iya …”
“Yaudah deh───”
“Hmmm …”
Meskipun sudah mengerti, tapi sebenarnya dia tidak
peduli.., dia hanya ingin menyentuhku dengan tak henti-
henti mencolek pipiku.
Pada dia yang seperti itu, aku meraih tangan Kei lalu
menciumnya.
“Permisi …”
Tentu saja aku sudah tahu semua hal yang ingin dia
bicarakan.
“Tapi───”
“Itu …”
Jika Kei dan Yōsuke benar-benar pacaran, itu alasan
yang dapat dibenarkan.
“Ya. Baiklah …”
“Etto.., gimana ya …”
“Yah iya juga sih. Jika ada orang lain yang selalu
juara 1 dalam kompetisi tim, itu bahaya, mungkin. Tapi
meski begitu, bukannya tak mudah ya untuk membentuk
tim? Suzune juga sudah bilang, memaksa mengikat kuat-
kuat 5-6 orang.., bisa menimbulkan efek buruk … Selain
itu, yah mengatakannya jadi agak gimana.., tapi sangat
sulit jika 5-6 orang berkumpul dan bertarung dalam satu
tim.”
“Beneran?”
“Ya ‘kan …”
“Hirata kah …”
Yah seperti yang diduga, Sudō terpikirkan siapa
orangnya …
“Eh Kiyotaka-kun?”
“Sensei.., juga?”
“Iya …”
“Ya …”
“Enggak masuk?”
“Ada apaan?”
“Hah?”
“Masuklah …”
“───nu”
“Nu?”
“Konyolnya …”
“Ya.”
“I-iya ya …”
“Caraku salah …”
“Eh?”
“Aww!!”
“Cukup sudah───hentikan!!”
“Haah …”
“Oii …”
“Pede banget ya …”
“Menjijikkan …”
“Jadi gimana?”
“Iya …”
“Maksudnya?”
“… Haah?”
“… … … …”
“Jangan mengejekku!!!”
“Heeh?”
Tampaknya tidak hanya Kushida-san yang ada di
depanku, tetapi juga untuk Ibuki-san.., mereka berdua
menunjukkan reaksi terkejut yang sama.
“… … … …”
“Jawab Ibuki-san …”
“Ah elah!”
“Oii!”
“Maksudnya?”
“Kiri …”
“Itu───”
“Hah?”
“Aaa …”
“Sekarang kah?”
“Bye-bye!”
“Ee.., eh?”
“Ano.., Karuizawa-san!”
“Tapi …”
“Baik …”
“Siapa pun itu.., ada siswa lain yang peduli saat Mii-
chan absen dari sekolah.”
“Ya …”
“Uu ….”
“Uu … Memalukan …”
“Ini dia …”
Aku tidak tahu apa yang dia cari.., tapi dia tidak akan
menemukan apa yang dicarinya …
“Hahaha lucu~”
Pada tahap ini aku tidak tahu apa jalan romansa Mii-
chan terbuka atau tidak.
“Itu, tidak───”
“Kau tidak perlu menyukaiku Wang-san. Aku yang
membongkar rahasiamu itu fakta yang tak bisa diubah..,
aku juga tidak bermaksud untuk mengakrabkan diri lagi.
Eh ya hal ini tak perlu dikatakan lagi sih …”
“Itu bagus …”
“… Iya.”
“… Terima usulan?”
Jadi itu hari ini kah … Pasti hal yang tak terduga
bagi Horikita bahwa Haruka datang ke sekolah.
“Risiko?”
“Duduklah.”
“Iya.”
“Oh …”
“Kembalikan Airi …”
“Tapi───!”
“Jawaban?”
“Enggak mau …”
“Entahlah …”
Provokasinya dihindari.
“…. Kenapa?”
“Eh …?”
“Hoo?”
“Apa itu?”
“…. Baiklah.”
“Iya …”
“Ah───”
“Aa, Tunggu!?”
“… Waduh …”
“Enggak mau …”
Meski merasa tidak enakan kepada teman baiknya,
tapi Kei tidak berniat untuk berkompromi dengan hal itu.
“Loh? Yo Ayanokōji!”
“… Ah, begitu, ya …”
“Eh …?”
“I.., iya …”
Ishizaki mengangkat wajahnya dengan gembira.
“Eh?”
“Itu …”
“Tapi ‘kan───”
“…. Ayanokōji-kun?”
“Itu …”
“Aku───”
*4.4
“Kekalahan Sakayanagi-san?”
“Terima kasih.”
“Enggak.”
Itu kata yang bisa diandalkan. Lalu, tak lama dari sini
pelompat terakhir berdiri di garis start.
“Ya …”
Melihat kepergian mereka dengan ringan, aku mulai
memandang Ibuki-san lagi yang mulai berlari.
“Aku berhasil──!”
“Bukan apa-apa …”
“Fufufu … Ketahuan ya …”
“Apa maksudnya?”
“… Iya yah …”
“… Aw sakit …”
“Hah?”
“Tapi!”
“… Baiklah. Tolong ya …”
“Benar …”
“Berakhir imbang?”
“I-itu …”
“… Matoba.”
“… Aku tahu.”
“Sebenarnya───”
“Itu!”
“Ugh …!”
“Kau puas?”
“Enggak!”
“Hah?”
“Iya …”
“Eh …?”
Tapi …
“Kau juga?”
“Kali ini───tenggelamlah!!”
“Sayang sekali~”
“Ibuki-san!”
“Yang di incar───!”
“Out!”
“… Ya.”
“Eh?”
“Oke …”
Sudō dan Onodera yang bicara dalam hati untuk
dirinya sendiri, mengambil raket.
Tetapi …
“Hōsen …”
“Sial!”
Saat tangannya mencengkeram raket dengan kuat,
Sudō mengangkatnya dan mencoba membanting raket itu
ke tanah.
“Sudō-kun jangan!”
“Ugh …”
“Ta-tapi … !”
“Kyah … !?”
“Onodera!”
“Ugh …”
“…. Hah?”
“… Itu …”
“Ma-mantra?”
“Gi, gimana?”
“───Ya.”
“Oryaaaaaaaa …”
Menggenggam raketnya kuat-kuat, teriakan Sudō
menggema di seluruh gimnasium.
“Suzune … kah …”
“Tunggu, kau───”
“Ta-tapi!”
“Sudō-kun!”
“I.., iya.”
“Permisi …”
“Silakan …”
“… Maksudnya silakan?”
“Apa enak?”
“Ya …”
“Eh?”
“Fufufu …”
“Yah mungkin …”
“A.., ano …”
“Menang?”
“Mungkin …”
“Iya sih …”
“Ya.., begitulah.”
“Siapa ya?”
Kata pria itu, dari balik pintu yang tahu aku tidak
beranjak dari posisiku sekarang.
Suaranya terdengar masih muda. Bukan orang
dewasa, tapi seumuran.
“Begitukah …”
Lalu───
“… Ya.”
“Haruka …”
“Aku───”
Mencoba mengulurkan tangan Hasebe, kemudian dia
tarik kembali.