Anda di halaman 1dari 2

Dahulu kala, disebuah lembah subur di Sumatra Utara, hiduplah seorang pemuda bernama Toba.

sehari
hari dia bekerja diladang sebagai seorang petani. Dia sebenarnya termasuk orang yang giat, namun
sayang hasil panen tahun ini benar-benar sangat sedikit. Tak seperti musim sebelumnya. Sehingga dia
harus mencari penghasilan lain. Salah satunya adalah memancing ikan disungai dekat rumahnya untuk
sekedar dimakan sendiri ataupun di jual ke pasar. Suatu hari ketika pulang dari ladang, Toba berencana
memancing ikan untuk dijadikan lauk makan malam. Cukup lama menunggu umpannya disambar ikan,
membuatnya hampir putus asa. tiba-tiba pancingnya ditarik oleh sesuatu. Toba kegirangan karena
penantiannya tidak sia-sia. Pancingnya ditarik sekuat tenaga, dan nampak ikan yang amat cantik bersisik
keemasan serta berukuran besar. Tanpa Buang waktu lagi, Toba segera memasukan ikan itu kedalam
wadah dan segera membawanya pulang untuk lekas memasaknya. Sesampainya dirumah dia sedikit
kecewa karena kayu bakarnya telah habis, Sehingga terpaksa harus kembali ke ladang untuk mencari
kayu bakar. Ikan itupun dia letakkan didalam tempayan. Selama mencari kayu bakar dalam benak Toba
adalah menu makan malam yang begitu istimewa. Dia bisa memakan ikan besar yang ditangkapanya
tadi. Sudah cukup mencari kayu bakar, dia segera menyalakan api. Namun ketika akan mengambil ikan,
dia keheranan karena ikannya telah lenyap. Yang ada hanya beberapa keping emas. Entah dari mana
datangnya. Toba kebingungan dengan keanehan itu dan bermaksud masuk ke kamar untuk
menenangkan diri. Namun saat membuka pintu kamar Toba sangat terkejut. Nampak seorang wanita
berambut panjang berdiri sambil menyisir rambutnya. dengan gemetaran Toba bertanya kepada wanita
itu. “ Siapakah engkau ? ” Wanita itu memalingkan wajahnya ke arah Toba sambil tersenyum manis.
Melihat hal itu Toba terpesona dan tertegun sejenak. Ternyata orang yang didepannya memiliki paras
yang luar biasa cantik. Belum pernah dia melihat wanita secantik ini sebelumnya. “ Siapakah gerangan
bidadari ini ? Apa mungkin dia pencuri ? Tapi tidak mungkin ada pencuri secantik ini ! “ Gadis itu pun
mendekatinya serta menyadarkan Toba dari lamunannya. “ Saya adalah jelmaan ikan yang kamu
tangkap tadi." “ Hah.. Jelmaan ikan ? Tunggu dulu !." "Kepingan emas itu adalah sisa-sisa dari sisik ku . “
" Bagaimana bisa wanita cantik sepertimu bisa menjadi seekor ikan ? “ “ Dulu aku adalah seorang putri
dan dikutuk oleh dewata menjadi ikan. Tapi berkat engkau, kutukan itu kini telah menghilang." " Izinkan
aku tinggal disini ! sebagai gantinya aku akan membuatkanmu makanan, kamu pasti lapar. “ Toba yang
masih bingung dengan semuanya hanya menurut ketika wanita itu mengajaknya ke dapur. Dengan cepat
makanan tersaji untuk mereka berdua. Toba juga sangat takjub dengan kelihaian wanita itu. Sampai-
sampai ketika makan dia berandai-andai dalam hati. “ Seandainya wanita ini menjadi istriku pasti akan
indah hari-hari yang akan ku lalui. “ Rupanya keinginan Toba diketahui oleh wanita itu. “ Aku mau
menjadi istrimu, akan tetapi aku punya satu syarat yang tidak boleh engkau langgar.” Mendengar
perkataan wanita itu toba terkejut sekaligus senang. “ Katakan, Apa syaratnya ?” “ Jika kita menikah,
jangan pernah mengungkit atau memberitahu kepada siapapun tentang asal mulaku. Jika engkau
melanggar, akan ada hal buruk yang akan terjadi. “ “ Baiklah Itu adalah hal yang mudah bagiku. Demi
mendapatkan istri secantik kamu dan sepandai dirimu, apapun akan ku lakukan. “ Akhirnya keduanya
menikah. Toba semakin giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecilnya. Seiring
berjalannya waktu, sang istri telah hamil. Toba tidak sabar menunggu kelahiran anaknya. Singkat cerita,
sang istri melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama yaitu Samosir. Samosir tumbuh menjadi
anak yang malas dan nakal. Akibat selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya terutama sang ibu.
Sehari-hari dia hanya bermalas-malasan, bermain dan keluyuran. Toba terkadang merasa prihatin
dengan kelakuan sang anak. Hingga suatu ketika, sang ibu meminta tolong kepada Samosir untuk
mengantarkan bekal makan siang ayahnya. Semula Samosir menolaknya. Namun sang ibu terus
membujuknya hingga akhirnya Samosir mau berangkat walaupun dengan muka masam. Ditengah jalan,
Samosir memutuskan untuk bermain terlebih dahulu. Dia yakin, sang ayah mau menunggunya untuk
beberapa saat. Sementara itu diladang, Toba tidak sabar menunggu makanannya yang tak kunjung
datang. Dia sangat kelaparan. Lelah bermain Samosir pun merasa lapar. Tanpa pikir panjang dimakanlah
bekal itu dan menyisakan sedikit untuk sang ayah. Lama menunggu, dari kejauhan tampak Samosir
datang dengan membawa bekal. Melihat hal itu Toba merasa senang. Toba pun tersenyum menyambut
kedatangan sang anak. Dia berfikir bahwa sang anak telah berubah dan mau membantu kedua orang
tuanya. “ Mari nak ayo kita makan bersama ? “ “ Ehhhhmmm... tidak ayah, aku sudah kenyang ayah !
Terimakasih ayah ! " “ Ayolah ! Kita makan Bersama ! " " Tidak ayah aku sudah kenyang ! Ayah saja yang
makan ! “ " Kau sudah berjalan cukup jauh dari rumah ke ladang, pasti kau juga lelah dan lapar. “
Diajaklah Samosir untuk memakan bekal itu dibawah pohon nan rindang. Namun ketika Toba membuka
bekalnya. Alangkah terkejutnya dia. “ Haaahh....? Apa ini Samosir? Kau sudah memakannya dijalan ya ? “
“ Iya...! Aku memakannya sedikit waktu dijalan tadi. Itu aku sisakan sedikit untuk ayah. Setidaknya masih
cukup kan? “ Mendengar jawaban Samosir yang merasa tidak ada rasa bersalah, Toba pun naik pitam. “
Kelakuanmu ini sungguh diluar batas ! Kau pemalas dan selalu menyusahkan orang tua. Kemari kau ?
Dasar anak ikan ! “ Kemarahan Toba sudah tak terbendung lagi tanpa sadar dia sudah melanggar janji
yang di ucapkannya dahulu. Sambil menangis, Samosir berlari pulang. Ditengah jalan pun dia masih
merenungi bahwa dirinya bukanlah anak ikan. Tetapi anak dari ibunda yang telah lama mengandungnya.
Sesampainya dirumah, Samosir mengadu kepada ibunya. Dengan terisak-isak dia bercerita, bahwa sang
ayah menyebutnya sebagai anak ikan yang pemalas dan menjadi beban orang tuanya. " Ibu...! Aku
bukan anak ikan bu..! Aku bukan anak ikan.. ! Mendengar cerita itu, Ibu Samosir terkejut dan merasa
sedih. Dia tidak menyangka jika suaminya melanggar janji dengan mengungkit asal usulnya. " Kata-kata
ayah tadi jangan kamu masukkan ke hati ya ! Kamu tetaplah anak ibu. Ibu ingin berpesan kepada
Samosir, jadilah anak yang mandiri, sabar dan selalu berbuat baik kepada orang lain. Sekarang cepatlah
kau lari ke atas bukit sebelum bencana besar datang." Jaga dirimu baik-baik nak ! “ Samosir bergegas
menuruti ibunya. Seketika langit berubah menjadi gelap. Guntur kilat menyambar berkali-kali. Terjadilah
hujan badai yang begitu dahsyat. Badai itu membuat air sungai meluap-luap hingga membuat banjir
bandang. Lalu istri Toba melompat kedalam air bah dan kembali ke wujud ikan. Toba yang sedang
bekerja diladang terkejut karena air yang begitu besar tiba-tiba datang. Dia tidak sempat melarikan diri.
Toba pun hanyut dan tenggelam kedalam air bah. “ Kau telah melanggar janjimu. Maafkan aku. “ Air
telah menggenangi tempat itu dan hanya menyisakan puncak bukit ditengahnya. Ditempat itulah
Samosir bersembunyi. Kini bukit itu disebut dengan pulau Samosir dan air bah yang telah menjadi danau
dikenal sebagai Danau Toba.

Anda mungkin juga menyukai