Tapi batuk dan sesak napas yang dialami ibu semakin parah, tadinya batuk biasa
menjadi batuk darah.
Kini dia hidup seorang diri dan rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak
luas. Di suatu pagi yang cerah, Toba pergi memancing di sungai.
Toba :”Ya Allah. Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar.”
Toba :”Terima kasih Tuhan, kau memberikanku ikan yang besar, dan ikan ini
juga indah sekali. Sisiknya berwarna merah bersinar seperti emas. Pasti nikmat
sekali bila ku makan nanti.
Lalu Toba pulang ke rumah dan meletakkan ikannya di dapur, ia pun sesegera
keluar untuk mencari kayu bakar untuk membakar ikan yang ditangkapnya hari ini.
Ketika ia sudah mendapat kayu bakar. Toba pun kembali ke rumah, sesampainya
dirumah Toba terkejut ketika ikannya di ember tidak ada.
Toba : “Aduh dimanakah ikan besar cantik nan rupawan itu, apakah dia di makan
kucing?”
Putri : Tunggu, kau jangan memakan ku. Aku bersedia menemanimu asal aku
tidak kau makan.
Toba :”Siapa yang bicara itu?.”
Putri : “Jangan takut pak, aku juga manusia sama seperti engkau. Aku sangat
berutang budi padamu karena kau telah menyelamatkanku dari kutukan Sang
Dewata. Aku bersedia menjadi istrimu.”
Toba : “Benarkah?”
Putri : “Tentu saja.”
Toba : “Perkenalkan namaku Toba. Mari kita lekas pulang. Aku sudah tak sabar
ingin memberitahukan bahwa kau akan menjadi istriku.”
Putri : “Tapi Toba, ada satu hal yang harus kau rahasiakan tentang diriku.”
Toba : “Apa itu?”
Putri : “Aku mohon kau tidak menceritakan asal usulku yang berasal dari ikan,
karena jika masyarakat itu tahu akan hal tersebut pasti akan terjadi bencana besar
yang melanda desa ini.”
Toba : “Baiklah, percayakan semua ini padaku. Ayo kita pulang.”
Saat mereka memasuki kampung Pa Toba, ada beberapa orang yang tidak suka
akan kehadiran Putri.
Masyarakat 1 : “Hei inang, tahu tidak kau itu si Toba tadi ku tengok membawa
pulang seorang cewe. Uh..bodinya mantap.”
Masyarakat 2 : “Alaah, paling si cewe itu dia guna-guna biar tertarik padanya.
Kau kan tau si Toba itu BUPUK, alias Bujang Lapuk.”
Perempuan 1 : “Oh iyayah.. Pintar kali kau ini.”
Perempuan 2 : “Sudahlah, lekas kita pulang jijik aku melihatnya.”
Putri Mendengar hal tersebut, tetapi dia mengabaikannya. Mereka pun pulang ke
rumah dan menjalankan kehidupan mereka layaknya sepasang suami istri. Pa Toba
merasa bahagia dan tentram. Setahun kemudian, kebahagiaan Pa Toba dan Putri
bertambah karena Putri melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama
Samosir. Samosir tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang sehat dan kuat,
tetapi agak nakal. Ia mempunyai kebiasaan yang aneh, yaitu selalu merasa lapar
dan ia juga selalu membuat jengkel kedua orangtuanya karena ia tidak pernah mau
membantu pekerjaan orang tuanya.
Toba masih bisa menahan kesabarannya. Namun kesabaran seseorang itu pasti ada
batasnya. Sampai suatu ketika Toba tidak dapat menahan amarahnya.
Dari awal Samosir memang sudah tidak berniat mengantarkan makanan tersebut.
Sesampainya di pertengahan jalan.
Samosir : “Jalan ke sawah saja sudah membuatku lelah, lebih baik kumakan saja
bekal bapa ini.”
Tanpa sadar bekal tadi telah habis dimakan oleh Samosir. Lalu dengan perasaan
tak bersalah, Samosir pun pulang dan melanjutkan permainannya. Bapanya yang
sudah kepanasan dan kelaparan menunggu memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah.
Toba : “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku makan masakan istriku.”
Toba : (membuka tudung saji lalu mengerenyitkan dahi) “ Samosir! Kau
kemanakan semua
makanan masakan Ibu kau?”
Samosir : “Sudah Samosir habiskan lah, bapa. Ketika sedang mengantarkan
makanan bapa aku memakannya, karena perjalanan ke sawah sangat melelahkan ”
Toba : “Dasar anak ikan! Rakus kali kau!” (geram)
Setelah mendengar suara gaib, seketika itu juga Samosir dan Putri lenyap tanpa
jejak dan bekas. Tiba-tiba langit menjadi gelap dan turun hujan yang sangat deras
disertai petir.
Akhir cerita, setibanya Putri di tepi sungai, mendadak langit menggelap, kilat
menyambar disertai bunyi guruh yang menggelegar. Putri kemudian melompat ke
dalam sungai. Ia berubah menjadi seekor ikan besar lagi. Toba tak bisa
menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan,
genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar. Di
kemudian hari, orang-orang menyebutnya Danau Toba dan pulau kecil yang berada
di tengah-tengahnya dinamai Pulau Samosir.
Amanat dari asal usul danau toba adalah jangan lah bangga terhadap diri sendiri
karena diri kita pastinya belum mencapai sempurna, menjadi kepribadian yang
tekun jika ingin mendapatkan sesuatu jangan mudah putus asa, jangan pernah
menilai seseorang dari bentuk luar atau cashingnya terkadang kita tertipu akan
fisiknya dan dibutakan hatinya.