Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad reeval habililla hidayat

No : 21
Kelas : XII MIPA 2

Senja berlalu, malam datang mengantar suasana mencekam. Setidaknya bagi orang-
orang di kampungku. Jalan-jalan sepi. Pintu-pintu rumah dan jendela dikunci rapat.
Selain lampu neon yang menerangi jalan, tak lagi tampak kehidupan. Mereka berkata,
ada kuntilanak! Desas-desus itu kira-kira berawal tiga pekan lalu.

Tiba-tiba aku mendengar derap langkah-langkah kaki yang terburu diiringi teriakan-
teriakan tidak jelas. Ada lebih satu orang terdengar berlari sambil berteriak, "Ada
setan! Ada Kutilanak!" Tanpa sempat berpikir apa bedanya setan dengan kuntilanak,
aku langsung menghambur

ke luar.

"Ada Apa?" tanya Pak Johan, tetanggaku. "Saya juga tidak tahu," jawabku singkat
sambil masih mencari-cari suara.

"Kita ke sana saja Pak," kataku setelah kulihat kerumunan di perempatan. Ternyata
hampir seisi kampung berkerumun di perempatan. Aku susah payah menyelinap
kerumunan agar sampai ke tengah-tengah. Di sana aku menyaksikan tiga orang yang
membungkuk sambil terengah-engah. Satu tangan mereka bertumpu di lutut, satu
tangan lagi menyeka-nyeka keringat.

"Kami...ufh...ufh...ufh...melihat kuntilanak!" kata mereka bertiga bersamaan.


Kerumunan pun langsung menyerbu dengan pertanyaan-pertanyaan. "Di mana?"
"Kapan?" "Kalian yakin melihat kuntilanak?" Ada juga yang bertanya, "Sekarang
kuntilanaknya ada di mana?"

Seorang yang menjadi pusat kerumunan itu berusaha menjawab sambil terengah-
engah,

"Kami...jalan-jalan...di dekat jembatan...sepi... tiba-tiba...muncul...."

Terdengar napas tercekat dari orang-orang. Mungkin karena takut, mungkin karena

terkejut kenapa kejadian yang seharusnya hanya ada di film itu terjadi di kampung
kami. Orang-orang pun perlahan bubar dengan muka pucat. Aku masih tinggal di
perempatan bersama beberapa orang yang masih ingin mendengarkan cerita itu.

Esok harinya orang masih memperbincangkan kuntilanak. Kebanyakan cerita itu


ditambah-tambahi. Ada yang bilang bahwa hutan yang ditebang adalah penyebabnya,
para kuntilanak jadi tidak punya tempat tinggal. Ada pula yang bilang bahwa
kuntilanak muncul karena lurah tidak becus mengurus desa, yang ini pasti dari calon
yang kalah.
"Mereka memang suka membesar-besarkan masalah," kata nenekku. Nenek tinggal
bersama keluarga kami sejak setahun yang lalu ketika kakek meninggal. Karena
rumah kami luas dan aku anak tunggal, ibu kemudian mengajak tinggal bersama kami.

"Nenek ini gimana, Iha wong namanya juga ada kuntilanak, nggak ribut gimana?" ibu
menimpali sambil menggoreng tempe untuk lauk sarapan. Nenek tidak mau kalah,
"Kan kuntilanak nggak mencuri sapi, nggak ngambil sepeda motor, nggak mengurangi
tabungan di bank, ya wis ta, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.

Ibu menggeleng-gelengkan kepala. Mungkin dalam hati ia berkata, "Dasar orang tua."

Aku justru berpikir omongan nenek ada benarnya.

Akan tetapi, desas-desus kuntilanak semakin hari semakin santer. Tiba-tiba kiai-kiai
banyak didatangi untuk dimintai nasihat. Jimat-jimat banyak di pasang di depan
rumah. Ibu tidak ketinggalan memasang rajah tolak balak di depan pintu.
*********************************************************************
kengerian dikampung kami semakin mencekam. bahkan anak-anak kampung kami
tidak bermain seperti biasa
“ibu, kampung kita benar-benar sepi, seperti tidak ada kehidupan saja” ucapku
“iya nak, kira-kira apa penyebab kampung kita menjadi tidak tentram seperti ini”
tambah ibu
“aku coba cari internet dulu ibu, siapa tau dapat jawaban” tukas ku
“iya nak, rasanya sangat gelisah melihat kehidupan seperti ini” ucap ibu

setelah menulusuri banyak sumber, aku menemukan cara untuk mengedalikan situasi.
aku akan mencoba menghubungi pak ustad yang ada di kampung sebelah. Bahkan di
internet dijelaskan bahwa mengundang orang pinter ternyata perbuatan musyrik. aku
semakin bingung karena banyak istilah yang tidak aku mengerti. Langkah pertama
yang aku ambil adalah menemui ustad di kampung sebelah

“assalamualaikum pak ustad, permisi” ucapku


“waalaikumsalam wr wb. masuk nak” jawab pak ustad
“maaf menganggu waktunya pak, saya ingin meminta pertolongan kepada pak ustad
untuk menangani masalah di kampung kami” ucapku
“meminta pertolongan hanya kepada Allah nak, coba jelaskan” jawab pak ustad
“di kampung kami sering dihantui sesuatu yang menyeramkan pak, kami
menyebutnya kuntilanak. kuntilanak itu sering muncul di kampung kami saat malam
hari, hal ini membuat warga merasa resah dan tidak aman” jelasku
“kuntilanak yaa… begini saja nanti malam bapak akan ke kampung kalian untuk
melihat kondisinya” jawab pak ustad
“baik pak, terima kasih banyak, nanti saya jemput dan antar pulang kembali ya pak”
jawabku lagi
hari sudah petang, aku pun bergegas menuju kampung sebelah untuk menjemput pak
ustad. saat perjalanan, lingkungan kampung benar-benar sepi tidak ada kegiatan
apapun, padahal masih pukul 6 sore.

“bapak sudah siap? mari kita berangkat” ajakku


“ayo nak” jawab pak ustad

setalah sampai di kampung kami, pak ustad segera kuarahkan ke tempat yang sering
kedatangan kuntilanak tersebut

“nak, ini tidak ada yang sembahyang di masjid?” tanya pa ustad


“semua warga tidak berani keluar rumah pak” jawabku
“astagfirullahaladzim, kita hanya boleh takut kepada Allah swt nak, dengan adanya
hal seperti itu jangan membuat kita jauh dari sang pencipta” jelas pak ustad
“maaf pak ustad, saya pribadi juga masih sering bolong-bolong ibadahnya” ucapku
“belajar agama sama bapak ya nak, kita gapai ridha Allah sama-sama” lanjut pak
ustad

saat sampai di daerah yang dianggap angker, pak ustad memasang raut wajah yang
tidak bisa digambarkan, pak ustad seperti kecewa dengan berbagai sesajen atau aji-aji
yang kami pasang.

“astagfirullahalazim nak, ini hal yang tidak dibenarkan dalam ajaran kita” ucap pak
ustad
“bagaimana pak maksutnya?” tanyaku
“nak ini perbuatan musyrik, pantas saja kampung ini tidak tentram karena dipenuhi
hal-hal yang dilarang agama seperti ini” jelas pak ustad
“lalu apa yang harus kita lakukan pak?”
“nak besok kita agendakan pengajian bagaimana, kamu kumpulkan para warga di
masjid, nanti bapak aku mengisinya” jawab pak ustad
“baik pak ustad” lanjut ku

hari sudah berlalu dan aku sudah mengumpulkan warga kampung untuk pengajian di
masjid.

“assalamuaikum wr wb, hadirin sekalian”


“waalaikumsalam wr wb” jawab kami serempak
“para warga yang dirahmati Allah, langsung saja ke inti pembahasan mengenai adanya
makhluk halus yang membuat kampung ini terasa singup.” jelas pak ustad

pak ustad menjelaskan bahwa perbuatan kampung kami disebut musyrik, yaitu
perbuatan menyekutukan Allah swt. Satu istilah yang kemarin tidak kuketahui
akhirnya terjawab. dan baru kusadari ternyata aku dan keluargaku jauh dari agama,
kami jarang beribadah. aku sadari juga, masjid kampung kami tidak pernah ada yang
memakai, bahkan azan pun jarang dikumandangkan. hal ini sangat menyayat hati
mengetahui kamu kurang akan ajaran agama sehingga hidup kami tidak tentram.
mengenai kuntilanak yang menghantui, pak ustad tidak menyangkalnya. karena
makhluk halus memang ada kata pak ustad, semua makhluk di bumi ini ada atas ijin
allah, kita cukup mempercayai saja tidak perlu mengikutinya, karena hal itu termasuk
cara jin untuk menarik kita ke hal yang menjauhkan diri kita dari ajaran agama.

Anda mungkin juga menyukai