Anda di halaman 1dari 5

Nama : delta shelyn sabdhana

Cerpen Bertema Lingkungan

Selamatkan Hutan

Langit cerah menghiasi bumi seisinya. Birunya langit menandakan adanya


kedamaian. Pohon bergoyang ke kanan kiri, melambaikan tangan dengan riangnya.
Hijau pohon menyejukkan segala pandangan. Seorang petani yang tinggal di pinggir
hutan sedang bergembira menyambut hari cerah di pagi ini. Petani itu hanya tinggal
bersama seorang aNaknya, karena istrinya sudah meninggal 4 tahun lalu. Di sebelah
rumah petani itu terdapat sebuah desa yang bernama Desa Suka Maju.
Ketika petani sedang duduk di teras sambil melihat keadaan desa, aNaknya yang
bernama Alisya menghampirinya sambil membawa secangkir teh hangat.
“Diminum dulu tehnya, Yah.”kata Alisya sambil menaruh secangkir teh hangat
di meja.
“Iya, Nak.” jawab si petani. Kemudian ia meminum secangkir teh hangat yang
dibuat oleh Alisya.
Setelah meminum teh buatan Alisya, ia bercerita tentang kondisi lingkungan
alam desa saat ia masih muda.
“Kalau kamu tau, Sya. Lingkungan desa kita sekarang jauh berbeda dengan
dulu.”kata si petani.
“Maksud AYah?” tanya Alisya penasaran.
“Dulu itu, setiap warga di sini sangat antusias untuk menanam berbagai jenis
tumbuhan di depan rumahnya. Dengan demikian, desa kita menjadi sejuk dan rindang.
Akan tetapi, sekarang banyak warga yang sudah tidak peduli dengan lingkungan. Hal itu
menyebabkan desa kita menjadi panas dan tidak sejuk seperti dulu lagi.”Kata si petani
menceritakan keadaan desa yang dulu.
Kemudian ia menambahkan, “Hutan desa yang dulunya menjadi habitat banyak
rusa, sekarang menjadi habitat tumbuhan saja. Hal itu karena banyak warga yang
memburu rusa untuk dijual. Dulu aYah sering bermain dengan rusa-rusa itu, tetapi
sekarang rusa-rusa itu sudah tidak ada lagi. Selain itu, dulu semua warga sangat
menyadari pentingnya menjaga lingkungan alam. Akan tetapi, seiring dengan kemajuan
teknologi, warga justru berbuat seeNaknya pada lingkungan alam. AYah berpesan
kepada Alisya, supaya Alisya terus menjaga dan merawat lingkungan.” jelas si petani
kepada Alisya.
“Insyaallah, Yah. Alisya akan berusaha menjaga lingkungan ini dengan sebaik-
baiknya.”ucap Alisya dengan penuh semangat.
Pada suatu hari yang tenang dan damai, dimana burung berkicau dengan suka
cita. Pepohonan sedang bermain dengan angin dan menari-nari ke sana kemari, hingga
menghasilkan gerakan yang sangat indah. Akan tetapi, ketenangan itu kini terusik oleh
kedatangan orang-orang berseragam proyek dengan berbagai alat berat. Seketika Alisya
kaget melihatnya, semua warga tampak antusias dan senang atas kedatangan mereka.
Hal itu yang membuat Alisya merasa bingung dan heran.
“Mengapa warga malah senang dengan kedatangan mereka?”ucap Alisya dalam
hati. Tanpa berpikir panjang, Alisya segera menemui aYahnya di sawah.
“Permisi, Yah.”sapa Alisya buru-buru.
Petani itu langsung menghentikan kegiatannya di sawah. “Iya, Nak. Ada apa?”
tanya si petani.
“Ada hal yang sangat penting, Yah” jawab Alisya cemas.
“Penting? memangnya ada apa, Nak?” tanya si petani penasaran.
“Ada sekelompok orang berseragam proyek datang ke desa. Mereka menuju ke
hutan. Kelihatannya mereka ingin menebangi pohon, Yah.” jelas Alisya.
Si petani terdiam, ia segera meninggalkan pekerjaannya dan menuju ke hutan.
Sesampainya di hutan ternyata hutan tersebut sangat ramai warga. Para warga
melihat pekerja-pekerja yang sedang menghitung jumlah pohon dan menyusun rencana
untuk melaksanakan proyek mereka. Bahkan ada juga warga yang berjualan di
sekitarnya demi mendapatkan uang. Hal itu terjadi, karena ada proyek besar di desa. Si
petani langsung menemui Bapak Kepala Desa yang sedang berbincang-bincang dengan
ajudannya. Emosi si petani tidak dapat tertahan lagi.
“Apa yangBapak lakukan dengan semua ini?” tanya si petani dengan lantang.
Sampai-sampai para warga memperhatikannya.
“Lho, Anda kok tiba-tiba marah? saya tidak mengerti maksud anda.” jawab
Bapak Kepala Desa yang terlihat tenang.
“Bapak menyetujui proyek yang akan merugikan warga dalam jangka waktu
yang panjang. Apakah Bapak tidak berpikir bahaya apa saja yang akan ditimbulkan?”
ucap si petani kecewa.
Bapak Kepala Desa langsung membalas perkataan si petani, “Saya kepala desa
di sini. Saya mengerti kebutuhan warga saya. Anda tidak bisa menentang kebijakan
saya.” jawab Bapak Kepala Desa.
“Baiklah, saya tidak akan berbicara panjang lebar.Saya peringatkan, proyek ini
tidak akan bisa berjalan lama. Bapak yang menghancurkan, dan Bapak juga yang
menanggung akibatnya. Bapak akan menyesal suatu saat nanti” jelas si petani dengan
tegas.
Bapak Kepala Desa tersenyum sinis “Lihat! warga mendukung kebijakan saya
dengan hadir di proyek ini.” jawab Bapak Kepala Desa dengan angkuhnya.
Si petani langsung pergi, tanpa menghiraukannya.
Pada siang hari ketika seorang petani dan anaknya sedang tidur, tiba-tiba
terdengar suara mesin yang memilukan hati. Selain itu,terdengarjuga suara gemuruh
dari pepohonan yang tumbang. Dengan segera, si petani bangun dari tempat tidurnya
dan menuju ke sumber suara tersebut.
“Hey kalian, hentikan perbuatan itu!” teriak petani kepada gerombolan penebang
kayu.
Akan tetapi, para penebang kayu di dalam hutan itu tidak mendengarkan
sedikitpun perkataan si petani. Setelah berusaha dengan sekuat tenaga, si petani berhasil
mendekat ke arah penebang kayu. Ia menghentikan penebangan tersebut dengan berdiri
di dekat gergaji mesin.
“Apa yang kau lakukan? Apa kamu mau cari mati?” teriak salah seorang di
antara penebang kayu.
“Aku tidak akan membiarkan kalian terus menebang pepohonan di hutan ini.
Apakah kalian tidak mengetahui bahwa banyak sekali makhluk hidup yang sangat
bergantung dengan mereka. Apakah kau juga tidak mengetahui akibat yang akan terjadi
jika semua pohon di sini habis kau tebangi?” teriak petani itu.
Para penebang pohon merasa terganggu dengan kehadiran si petani. Mereka juga
merasa kesal, bahkan mereka membawa si petani dengan paksa untuk menjauh dari
lokasi tersebut.
Si petani itu tidak tinggal diam. Ia segera pergi untuk menemui Bapak Kepala
Desa. Ia mengadukan semua kejadian itu. Tetapi apa daya, usaha yang dilakukan oleh si
petani itu gagal. Ternyata alasan Bapak Kepala Desa menyetujui adanya proyek itu
adalahia ingin mensejahterakan rakyat melalui proyek besar yang ada di desa.Petani itu
menyerah pada keadaan ini. Ia langsung memutuskan untuk kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, petani itu langsung duduk di teras.
“Mengapa? karena alasan ingin sejahtera. Apakah mereka tidak sadar bahwa
lingkungannya akan hancur dan pasti mereka akan menjadi korbannya. Alam akan
menjadi musuh jika kita tidak memeliharanya dan alam akan bersahabat jika kita
memeliharanya.” kata si petani hampir meneteskan air mata kesedihan karena usahanya
gagal. Alisya, sebagai anaknya langsung menenangkan si petani.
“Ayah, Alisya mohon. Ayah jangan bersedih. Mungkin kita tidak dapat
menghentikan, tetapi kita bisa mendoakan supaya mereka diberi kesadaran, Yah.” jawab
Alisya sambil menghapus air mata si petani.
“Terima kasih Nak, ternyata anak ayah sudah mulai tumbuh menjadi dewasa,
dan bijak.” kata petani itu sambil tersenyum.
Mendengar kata-kata si petani,Alisya tersenyum malu “Ah, ayah bisa saja.”
Setelah 1 bulan, proyek itu selesai. Para pekerja pada proyek itu sudah
menghabiskan semua kayu yang ada di hutan, dan tidak ada yang tersisa sedikitpun.
Kini hutan itu menjadi gersang. Si petani langsung datang ke rumah Bapak Kepala Desa
dan membicarakan hal tersebut.
“Desa kita sekarang menjadi gersang, Pak. Jika kita tidak segera menanam
pohon, maka akan terjadi bencana yang tidak kita inginkan. Bagaimana jika besok kita
adakan kerja bakti dan penanaman pohon di hutan. Apakah Bapak setuju?”kata si petani
kepada Bapak Kepala Desa.
“Untuk apa menanam pohon? pohon itu tidak ada pengaruhnyauntuk kita. Lagi
pula desa kita ini sudah sejahtera dengan adanya proyek penebangan pohon
kemarin.”jawab Bapak Kepala Desa dengan tegas.
“Apakah bapak tidak merasakan dampak penebangan pohon yang telah terjadi di
desa ini? desa kita sekarang menjadi panas, karena sudah tidak ada pohon yang dapat
menghasilkan udara segar, Pak.”kata si petani dengan penuh amarah.
Kemudian ia menambahkan, “Untuk itu, maka kita harus mengadakan
penanaman pohon supaya desa kita tidak panas dan tidak terjadi kekeringan, Pak.” Kata
si petani dengan tegas.
Bapak Kepala Desa berpikir sejenak, “Baiklah, terima kasih kamu telah
mengingatkan saya. Saya setuju dengan pendapat kamu. Nanti akan saya umumkan
kepada semua warga desa bahwa besok pagi akan diadakan kerja bakti dan penanaman
pohon di hutan.” kata Bapak Kepala Desa.
“Sama-sama, Pak. Mari kita perbaiki desa ini bersama-sama. Kalau begitu saya
pamit dulu ya, Pak.”kata si petani.
            Matahari mulai muncul dari ufuk timur. Kini saatnya kerja bakti dan penanaman
pohon dimulai. Si petani dan anaknya sangatbersemangat dengan diadakannya kegiatan
ini.Tidak hanya si petani dan anaknya yang bersemangat, tetapi para warga juga
bersemangat dengan diadakannya kegiatan ini. Alasannya adalah, karena mereka sadar
bahwa mereka tidak boleh merusak dan sembarang menebang pohon-pohon yang ada di
hutan. Hutan adalah sumber kehidupan yang harus dijaga kelestariannya.
Bapak Kepala Desa dan para warga sudah berkumpul di hutan. Mereka sudah
siap untuk menanam pohon.
            “Baiklah, sekarang kita mulai kerja bakti dan penanaman pohonnya. Akan
tetapi, sebelum memulai kegiatan pada pagi hari ini, marilah kita berdoa menurut
keyakinan kita masing-masing.” kata Bapak Kepala Desa.
            Selesai berdoa, mereka langsung bekerja bakti untuk membersihkan hutan.
Sementara itu, si petani dan anaknya menyiapkan tanaman yang akan ditanam di hutan.
“Yah, tanamannya sudah saya hitung. Semua ini jumlahnya ada 385 pohon.”
kata Alisya kepada si petani.
“Baiklah, Nak. Pupuknya juga sudah ayah siapkan. Sekarang kita membatu
membersihkan hutan terlebih dahulu.” kata si petani kepada anaknya.
Selesai menyiapkan pohon-pohon yang akan ditanam, mereka langsung ikut
membantu membersihkan hutan dengan alat yang mereka bawa.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB.
“Mohon perhatiannya untuk semua warga. Hutan sudah menjadi bersih. Kini
saatnya penanaman pohon dimulai. Silakan setiap warga mengambil satu pohon untuk
ditanam di hutan dan mengambil pupuk secukupnya.” kata Bapak Kepala Desa.
“Baik, Pak.” jawab seluruh warga dengan kompak.
Para warga langsung mengambil pohon dan menanamnya. Selesai menanam
pohon mereka langsung memberi pupuk secukupnya.
Beberapa tahun kemudian pekerjaan mereka mulai ada hasilnya.
“Hutan kita mulai hijau kembali,Yah. Desa kita sudah tidakpanas lagi.” kata
Alisya kepada si petani.
“Iya, Nak. Ini berkat keja sama kita semua.” jawab si petani.

Akhirnya para warga hidup dengan gembira, karena sekarang hutan menjadi hijau
kembali. Para warga pun menyadari, bahwa hutan itu perlu untuk menjaga harus
dipelihara dengan sungguh-sungguh tidak ada lagi penebangan pohon.

Anda mungkin juga menyukai