Anda di halaman 1dari 5

Di suatu pagi di desa Panggul Kulon hujan mulai turun,Ketika awan gelap mulai berkumpul di

langit, warga desa menyambutnya dengan perasaan haru dan rindu. Mereka tahu bahwa hujan
adalah anugerah dari langit yang akan menghidupkan kembali kehidupan di tanah mereka yang
kering, memberikan kesegaran bagi ladang-ladang yang dahaga, dan mengembalikan kehidupan
bagi sungai-sungai yang mulai surut.

Di saat pagi hari kami ingin bersilaturahmi ke rumah warga kami melihat di warung-warung kecil
di pinggir jalan, warga desa yang berkumpul untuk menikmati secangkir teh hangat atau kopi
yang menyegarkan. Mereka saling berbagi pengalaman dan berdiskusi tentang berbagai hal,
menciptakan suasana kebersamaan yang hangat dan akrab di tengah cuaca yang dingin.

Dan beberapa warga mungkin terlihat sibuk dengan kegiatan-kegiatan sosial atau keagamaan.
Mereka mungkin menghadiri pertemuan komunitas, pengajian, atau kegiatan amal di masjid atau
balai desa, menjalin ikatan sosial yang kuat di tengah-tengah hujan yang turun dengan lebat.
Dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan, terdapat semangat dan kebersamaan yang
menguatkan, mengingatkan bah hujan bukanlah penghalang bagi mereka untuk tetap aktif dan
berkontribusi bagi masyarakat.

Dan di saat itu kami melihat salah satu rumah yang memiliki penampungan air hujan yang ada di
rumah Pak Slamet. Penampungan air hujan di rumah Pak Slamet terletak di bagian belakang
rumah, di bawah atap yang runcing. Penampungan air hujan itu terbuat dari bahan beton yang
kokoh dan dilengkapi dengan saluran air yang mengalir ke dalam tangki penyimpanan.

Setiap kali hujan turun, air hujan akan mengalir ke dalam penampungan tersebut melalui saluran
air yang terhubung dengan atap rumah. Tangki penyimpanan air hujan itu cukup besar, sehingga
bisa menyimpan air dalam jumlah yang cukup untuk digunakan selama beberapa hari.

Warga desa lainnya juga memiliki penampungan air hujan yang serupa. Mereka percaya bahwa
air hujan adalah sumber air bersih yang bisa mereka manfaatkan dengan baik. Selain itu, dengan
memanfaatkan air hujan, mereka juga turut berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan
mengurangi risiko banjir.

Bak tersebut dibangun oleh masyarakat desa dengan bantuan dari pemerintah dan organisasi
non-pemerintah. Bak penampungan air hujan ini memiliki kapasitas yang mencukupi untuk
menyediakan air bersih bagi seluruh warga desa, terutama saat musim kemarau.

Keberadaan bak penampungan air hujan ini sangat membantu warga desa, terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan air bersih. Sebelum adanya bak penampungan ini, warga desa seringkali
kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat musim kemarau. Dengan adanya bak
penampungan ini, kini warga desa dapat memiliki akses yang lebih mudah dan aman terhadap air
bersih.

Selain itu, keberadaan bak penampungan air hujan ini juga memberikan dampak positif bagi
lingkungan sekitar. Dengan memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih, desa ini dapat
mengurangi ketergantungan terhadap sumber air permukaan seperti sungai dan sumur, yang
rentan terhadap pencemaran dan penurunan kualitas air.

Secara keseluruhan, desa ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana pemanfaatan sumber
daya alam yang ada dapat dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan menjaga lingkungan.

Melihat penampungan air hujan di rumah warga Desa Panggul Kulon menginspirasi banyak orang
untuk melakukan hal serupa. Mereka menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan
memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana. Dengan demikian, Desa Panggul Kulon
menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam hal pengelolaan air hujan yang ramah lingkungan.

Ada salah satu warga yang gemar mencari jamur tiram di saat hujan turun yang bernama ibu
Sumi. Ibu Sumi adalah seorang wanita paruh baya yang energik dan penuh semangat. Dia selalu
mengajak tetangga-tetangganya dan kami untuk pergi mencari jamur tiram setiap kali hujan
turun. ibu Sumi dan kami berkumpul di depan rumahnya. Kami membawa keranjang dan pisau
lipat untuk mencari jamur tiram di hutan yang tidak jauh dari desa. Warga desa lainnya juga
bergabung, sehingga rombongan mencari jamur itu semakin ramai.

Saat kami memasuki hutan, aroma segar dan tanah basah setelah hujan langsung menyergap
hidung kami. Kami berjalan pelan-pelan di antara pepohonan yang rindang, mencari-cari jejak
jamur tiram yang tumbuh di bawah rerumputan atau di balik batang pohon. Setiap kali
menemukan jamur tiram, kami dengan hati-hati memetiknya dan meletakkannya di dalam
keranjang.

Jamur tiram yang kami cari adalah jamur-jamur tiram liar yang tumbuh secara alami di hutan.
Warga desa percaya bahwa jamur-jamur ini memiliki rasa yang lezat dan bergizi tinggi. Selain itu,
mencari jamur juga menjadi kegiatan yang menyenangkan. Selain itu, warga desa juga suka
membuat keripik jamur tiram yang renyah dan enak. Mereka mengiris jamur tiram tipis-tipis,
kemudian menggorengnya hingga kering dan renyah. Keripik jamur tiram ini sering disajikan
sebagai camilan saat minum teh di sore hari. Mereka menjual produk-produk tersebut ke pasar
lokal dan mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat sekitar maupun wisatawan
yang datang berkunjung ke desa mereka.

Dengan semakin berkembangnya bisnis jamur tiram ini, desa tersebut menjadi terkenal sebagai
pusat produksi jamur tiram yang berkualitas. Pendapatan para petani pun meningkat, dan desa
mereka menjadi lebih makmur. Keberhasilan ini juga menginspirasi desa-desa lain di sekitarnya
untuk mulai mengembangkan budidaya jamur tiram sebagai sumber penghidupan alternatif.

Dengan kekayaan alam yang melimpah, warga desa Panggul Kulon terus menjaga tradisi mencari
dan mengolah jamur tiram sebagai bagian dari kehidupan mereka. Jamur tiram bukan hanya
sekadar bahan makanan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kearifan lokal dalam
memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana.
Setelah beberapa jam berada di hutan, keranjang-keranjang kami penuh dengan berbagai macam
jamur. Kami pun kembali ke desa dengan penuh kegembiraan, membawa hasil tangkapan kami
hari itu. Setibanya di desa, kami langsung membersihkan dan mempersiapkan jamur untuk
dimasak bersama dan makan bersama dengan warga lain.

Ketika selesai makan bersama warga kami pulang, dan di Saat melintasi jalan di pinggir desa, kami
terkejut melihat pohon besar tumbang menutupi jalan yang biasa kamu lalui. Pohon itu tumbang
akibat terpaan angin kencang yang disertai dengan hujan deras.

Tanpa pikir panjang, kami dan warga sekitar segera berusaha membersihkan pohon yang
tumbang itu agar jalannya bisa dilewati oleh orang lain. Meskipun hujan semakin deras, kami
tetap gigih melanjutkan membersihkan nya . Kami menggunakan sebilah parang untuk
memotong dahan-dahan pohon yang menghalangi jalan, beberapa warga desa yang melintas
melihatnya, mereka segera ikut membantu Adi membersihkan pohon yang tumbang itu.

Setelah beberapa saat, akhirnya jalan kembali terbuka. Kami melanjutkan perjalanan pulang,
meskipun basah kuyup karena hujan, kami merasa puas karena telah dapat membantu warga
membersihkan jalan yang tertutup pohon tumbang tersebut.

Di Saat sampai rumah, tiba-tiba listrik mati secara tiba-tiba. Kami merasa sedikit kaget, namun
kami segera mengambil senter dan lilin untuk menerangi rumah.

Kami keluar ke teras rumah dan melihat bahwa listrik di seluruh desa sepertinya mati. Kami
melihat beberapa tetangga juga keluar dari rumah mereka, membawa senter dan lilin untuk
menerangi lingkungan sekitar.

Meskipun listrik mati, tetapi suasana di desa tetap ramah dan hangat. Warga desa saling
membantu satu sama lain untuk menerangi rumah masing-masing. Mereka berkumpul di
halaman rumah sambil bercerita dan tertawa, mengobrolkan hal-hal sehari-hari. Meskipun listrik
mati, tetapi kebersamaan dan solidaritas warga desa merasa nyaman dan aman. Beberapa jam
kemudian, listrik akhirnya kembali menyala.

Dan setelah itu kami bersiap untuk sholat berjamaah di masjid dan menghadiri rapat remaja
masjid yang diadakan di masjid. Saat rapat sedang berlangsung, mata saya tertuju pada seorang
perempuan cantik yang duduk di ujung ruangan. Perempuan itu adalah seorang remaja yang aktif
dalam kegiatan keagamaan di desa itu.

Saya sering melihat perempuan itu di masjid dan merasa tertarik padanya. Namun, saya tidak
pernah berani mengungkapkan perasaannya karena takut ditolak. Setiap kali rapat remaja masjid,
hati saya selalu berdebar-debar saat melihat nya.

Selama rapat, saya mencoba untuk tetap fokus pada diskusi yang sedang berlangsung. Namun,
pikirannya selalu melayang pada perempuan itu yang berada di ujung ruangan. Setelah rapat
selesai, saya memutuskan untuk mengajak perempuan itu berbicara.

Dengan langkah ragu, saya mendekati perempuan itu dan memulai percakapan. Kami berdua
mulai berbicara tentang kegiatan remaja masjid dan berbagi cerita tentang pengalaman kami.
Saya merasa senang bisa berbicara dengan nya dan merasa ada ikatan yang kuat.

Meskipun saya tidak pernah mengungkapkan perasaan kepada perempuan itu, tetapi
kebersamaan kami dalam rapat remaja masjid itu telah menguatkan ikatan di antara kami. Setiap
kali rapat remaja masjid, saya selalu merindukan kebersamaan dengan nya dan berharap suatu
hari nanti bisa mengungkapkan perasaannya padanya.

Setelah itu di desa Panggul Kulon, karang taruna desa berkumpul di balai desa untuk rapat
penting. Mereka berkumpul untuk membahas program-program yang akan mereka jalankan
untuk meningkatkan kesejahteraan desa dan mempererat kebersamaan warga.

Setiap anggota karang taruna dengan antusias memberikan kontribusi dan mendukung setiap
rencana yang diusulkan. Mereka saling menginspirasi dan memberikan motivasi satu sama lain
untuk terus berkontribusi bagi desa tercinta. Rapat pun berlangsung dalam suasana kekeluargaan
yang hangat dan penuh semangat.

Duduk di ruang rapat yang sederhana namun nyaman, para anggota karang taruna saling berbagi
ide dan gagasan. Mereka berdiskusi tentang cara mengembangkan potensi desa, termasuk di
antaranya mengolah jamur tiram yang tumbuh subur di sekitar desa.

Warga membuat rencana untuk bekerja sama dengan ahli pertanian setempat untuk
mengajarkan cara menanam dan merawat jamur tiram. Selain itu, mereka juga merencanakan
untuk mengundang warga desa untuk ikut serta dalam pelatihan tersebut, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah jamur tiram.

Beberapa anggota karang taruna telah melakukan riset tentang budidaya jamur tiram dan melihat
potensinya sebagai usaha yang menguntungkan. Mereka merencanakan untuk memberikan
pelatihan kepada warga desa tentang cara menanam dan mengolah jamur tiram, sehingga dapat
menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga desa.

Setelah berdiskusi panjang, karang taruna sepakat untuk segera mengimplementasikan program
tersebut. Mereka juga merencanakan untuk mengadakan kegiatan sosial dan kebersamaan
lainnya, seperti gotong royong membersihkan lingkungan desa dan mengadakan pertemuan rutin
untuk saling bertukar informasi dan ide.

Rapat tersebut berlangsung penuh semangat dan kebersamaan, menggambarkan betapa


pentingnya peran karang taruna dalam memajukan desa mereka. Dengan usaha dan kerja sama
yang baik, mereka yakin desa Panggul Kulon akan semakin maju dan sejahtera. Setelah rapat
selesai, para pemuda bubar dan pulang ke rumah masing-masing.Kami memutuskan untuk
pulang lebih awal karena besok pagi kami harus bangun lebih cepat untuk persiapan aktivitas
keesokkan hari nya. Saat kami tiba di rumah, kami langsung mandi . Meski tubuh lelah, namun
pikirannya masih dipenuhi dengan pikiran-pikiran aktivitas keesokkan hari. Setelah itu, kami pun
segera beristirahat, dengan harapan esok hari akan menjadi hari yang lebih baik lagi untuk
melakukan aktivitas keesokkan hari nya.

Anda mungkin juga menyukai