Di desa Wringintelu, yang dikelilingi oleh hutan-hutan hijau dan
sungai-sungai yang mengalir jernih, hiduplah sekelompok masyarakat yang harmonis dengan alam. Namun, suatu ketika, datanglah musim kemarau yang panjang dan menguji kehidupan di desa ini. Pada hari-hari yang terik, langit di Wringintelu menjadi semakin kering, dan tanah di sekitar desa menjadi retak. Penduduk desa yang awalnya hidup rukun dengan alam, sekarang merasa kekhawatiran dan kegelisahan. Sungai-sungai yang dulu mengalir deras kini menyusut menjadi aliran kecil, dan mata air-mata air di hutan mulai kering. Melihat keadaan ini, kepala desa yang bijaksana, Bapak Kusuma, memutuskan untuk berkumpul dengan para pemimpin masyarakat dan para tetua desa untuk mencari solusi. Mereka menyadari bahwa mereka harus kembali berhubungan dengan alam, menemukan cara untuk melestarikan sumber daya air, dan mengatasi kemarau yang melanda desa mereka. Mereka memutuskan untuk melakukan ritual kuno yang telah lama ditinggalkan oleh generasi sebelumnya, yaitu "Ritual Air Hujan". Ritual ini melibatkan doa-doa khusus yang dipanjatkan kepada Dewi Rinjani dan kalung embun ajaib yang konon bisa memanggil hujan. Meskipun awalnya banyak yang ragu, namun dengan tekad yang kuat, masyarakat Desa Wringintelu bersama-sama melakukan ritual tersebut. Selama beberapa hari, mereka menjalani ritual dengan penuh keyakinan dan harapan. Mereka membersihkan sungai-sungai, menanam pohon-pohon yang dapat menyimpan air, dan menjaga kelestarian hutan di sekitar desa. Setiap malam, mereka berkumpul untuk berdoa bersama dan mengenang kembali kebijaksanaan leluhur mereka. Hari-hari berlalu, dan akhirnya, di tengah-tengah ritual mereka, langit mulai membentuk awan-awan hitam yang menjanjikan hujan. Setetes demi setetes air turun dari langit, membasahi tanah yang kering dan memberikan kehidupan baru bagi desa Wringintelu. Orang-orang desa bersukacita dan bersyukur karena upaya mereka telah membuahkan hasil. Dari saat itu, masyarakat Desa Wringintelu belajar dari pengalaman kemarau panjang mereka. Mereka menyadari bahwa hubungan yang baik dengan alam adalah kunci keberlanjutan hidup mereka. Ritual Air Hujan tidak hanya membawa hujan ke desa, tetapi juga mengembalikan keharmonisan antara manusia dan alam, mengajarkan mereka untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Dan begitulah, Desa Wringintelu kembali menjadi tempat yang subur dan damai, dihiasi oleh kebijaksanaan alam dan kepedulian masyarakatnya terhadap lingkungan.