Anda di halaman 1dari 2

LEGENDA BUAYA PUTIH

Di tepian Sungai Siak, di kota Pekanbaru, hiduplah sebuah komunitas yang menjunjung
tinggi nilai-nilai alam. Pagi itu, matahari muncul di ufuk timur, dan warga desa sibuk dengan
aktivitas harian mereka. Amir, seorang nelayan yang gigih, mengarungi air Sungai Siak untuk
mencari ikan sehari-hari.
Suatu malam, ketika bulan purnama menerangi langit, Amir merasakan getaran aneh di
sampan kayunya. Kegelapan yang menyelimuti sungai terpecah oleh keberadaan makhluk
bersinar. Terpampang di depannya, sebuah buaya putih dengan mata yang bersinar seperti
bintang.
Meskipun takut, Amir merasa ada kebaikan dalam buaya itu. Dengan lembut, buaya putih
mulai berbicara. Suara halusnya mengisi malam, dan Amir mendengarkan dengan penuh kagum.
Buaya itu mengungkapkan keprihatinan terhadap nasib Sungai Siak yang terancam oleh
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
"Sungai ini adalah rumah bagi banyak makhluk hidup, termasuk saya. Namun, peradaban
manusia mengancam keberlangsungan alam," ucap buaya putih.
Dengan mata yang bersinar, buaya itu menitipkan pesan. Pesan tentang kebutuhan
mendesak untuk menjaga kelestarian alam, membersihkan sungai, dan memelihara
keseimbangan ekosistem. Dengan senyuman, buaya putih itu lenyap di dalam gelap malam.
Keesokan harinya, Amir kembali ke desanya dan menceritakan pengalamannya kepada
tetangga-tetangganya. Masyarakat bersatu untuk menghadapi ancaman yang diungkapkan oleh
buaya putih. Mereka memulai kampanye kebersihan sungai, melibatkan seluruh desa dalam
upaya merawat alam.
Bersama-sama, mereka membersihkan sampah-sampah plastik dan limbah berbahaya yang
mencemari sungai. Penanaman pohon dan usaha konservasi menjadi agenda sehari-hari. Sungai
Siak pun kembali bersinar dengan keindahan alamnya, dan buaya putih tak lagi harus khawatir.
Tidak lama kemudian, buaya putih itu muncul lagi, kali ini untuk menyampaikan terima
kasih atas usaha masyarakat. Dengan penuh kegembiraan, buaya itu berjanji akan menjadi
penjaga alam yang setia, hadir saat sungai dalam bahaya. Masyarakat desa pun mengadakan
upacara syukur, mengukuhkan buaya putih sebagai simbol harmoni antara manusia dan
lingkungan.
Legenda buaya putih terus berkembang dalam sejarah kota Pekanbaru, mengajarkan bahwa
kepedulian terhadap alam adalah kunci untuk hidup bersama dalam damai dengan makhluk-
makhluk mistis yang melindungi bumi. Dan sejak saat itu, setiap bulan purnama, warga desa
berkumpul di tepian Sungai Siak untuk merayakan kebersamaan mereka dengan buaya putih
yang bersinar di malam yang tenang.

Anda mungkin juga menyukai