Anda di halaman 1dari 3

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

MENGELOLA AIR,
MENJAGA ASMAT
Oleh: Rini Sulistyawati

Air adalah urat nadi kehidupan, tak terkecuali bagi


masyarakat adat Kampung Yepem yang terletak di tepi
Sungai Yomoth, pinggiran Kota Agats, Kabupaten Asmat,
Papua. Di kampung ini, masyarakat ikut serta dalam
upaya pengelolaan bersama hutan dan sumber air se-
bagai penyangga kehidupan dan kebudayaan Asmat.
Kampung Yepem dapat ditempuh setidaknya dalam
waktu 30-60 menit dengan menggunakan perahu
fiber maupun perahu cepat dari Agats. Saat menyu-
suri sungai, terlihat hamparan hutan mangrove ber-
jajar menghijau di pesisir Laut Arafuru. Berbagai je-
nis burung seperti bangau, kuntul, camar dan elang
tampak menghinggapi dahan. Saat memasuki pin-
tu muara Sungai Yomoth, kita bisa melihat sebuah
papan berukuran 2x2 meter terpasang di pintu
muara yang bertuliskan, “Peringatan: Stop Menebang
Pohon, Mari Kita Lindungi Hutan Bakau dan Sepa-
dan Sungai.”
“Kami selalu tegaskan kepada Masyarakat adat Kampung Yepem dikenal sangat
anak-anak dan saudara-saudara teguh menjaga hutan dan alam sekitarnya. Di kam-
pung yang dihuni oleh mayoritas Suku Asmat de-
untuk menjaga tempat ini supaya ngan jumlah penduduk 712 jiwa ini, berlaku lara-
jangan sampai terganggu, karena ngan bagi anak-anak maupun orang dewasa untuk
menebang pohon atau menembak burung sem-
leluhur selalu ada untuk kami,” barangan. Pemerintah kampung dan masyarakat
kata Kaspar. setempat juga tidak mengizinkan orang lain dari
luar Kampung Yepem masuk ke kawasan hutan dan
dusun mereka untuk mengambil hasil hutan, me-

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1


lakukan penebangan liar dan mengeksploitasi sum- muan sumber air ini berawal dari cerita para lelu-
ber daya alam. hur ketika merantau untuk mencari sagu, sehingga
tempat ini ditetapkan sebagai tempat sakral. “Kami
Perilaku dan kaidah ini didasari kepercayaan Suku selalu tegaskan kepada anak-anak dan saudara-
Asmat bahwa hutan dan dusun adalah tempat saudara untuk menjaga tempat ini supaya jangan
bersemayam leluhur mereka. Pemahaman inilah sampai terganggu, karena leluhur selalu ada untuk
yang ditanamkan dan dilestarikan dari generasi kami,” kata Kaspar.
ke generasi. “Kalau kita menebang hutan atau
pohon-pohon besar sembarangan secara otomatis Bagi orang luar kampung yang ingin masuk ke ka-
leluhur yang ada akan jauh dari kami. Sehingga ka- wasan ini perlu memperoleh izin terlebih dahulu
mi jaga betul tempat-tempat (sakral) itu,” jelas Kas- dari para tetua adat setempat. Di rumah adat Jew,
par Manmak, tokoh masyarakat Kampung Yepem. sebuah bangunan kayu berbentuk persegi panjang
dengan dinding terbuat dari anyaman daun sagu
Hutan-hutan dan dusun di mana terdapat sum- dan beratap daun nipah, para tamu akan ditanyai
bersumber air baik air tanah, air kali maupun air maksud dan keperluannya. Setelah mendapat izin,
rawa akan selalu dijaga dan dilindungi agar tidak pengunjung dapat melanjutkan perjalanan menyu-
terganggu dan tercemar oleh berbagai macam suri sungai kecil diantara hutan rawa yang lebat
sampah dan kotoran manusia lainnya. Sumber- menggunakan perahu fiber dengan jarak tempuh
sumber air ini biasanya diberi tanda-tanda khusus sekitar satu jam.
yang diperuntukan kepada leluhur mereka, seper-
ti dibuatkan palungan (para-para kecil) dan diberi- Luas areal badan rawa Yomoth mencapai seki-
kan sesaji. tar 767.380 ha, dengan kedalaman air setinggi
tiga meter. Berdasarkan hasil kajian Dinas Perta-
nian dan Peternakan Kabupaten Asmat dan Fa-
Sumber mata air kultas Geografi Universitas Gajah Mada pada
2010, air rawa Yomoth mempunyai kapasitas daya
Tak jauh dari Kampung Yepem, sekitar 21 kilome- dukung 2.302.140 meter kubik dengan kualitas
ter di bagian hulu Sungai Yomoth, terdapat sum- baik untuk dikelola sebagai sumber cadangan air
ber mata air rawa yang senantiasa tergenang bersih.
air tawar. Sumber air rawa ini berasal dari air hu-
jan yang jatuh melalui proses hidrologi dan lua-
pan air sungai-sungai kecil di sekitarnya. Masyara- Krisis air dan potensi cadangan air
kat Kampung Yepem memafaatkan air rawa yang bersih
mengalir melalui Sungai Yomoth untuk keperluan
sehari-hari, baik untuk memasak, minum dan mandi. Musim kemarau berkepanjangan seringkali melan-
da Asmat, mengakibatkan krisis air cukup parah,
Sumber air rawa Yomoth berada di kawasan rawa- sehingga sebagian warga mengungsi ke tempat
rawa, yang merupakan tanah ulayat milik warga lain seperti Merauke dan Mimika. Pemenuhan ke-
Kampung Yepem. Menurut Kaspar, asal mula pene- butuhan air penduduk Kota Agats untuk keper-

Foto:
Sumber air baik air tanah, air
kali maupun air rawa harus
selalu dijaga dan dilindungi agar
tidak terganggu dan tercemar
oleh berbagai macam sampah

2 USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN


Foto:
Papan peringatan berukuran
2x2 meter terpasang di pintu
muara Sungai Yomoth, meng-
ingatkan masyarakat akan
pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan.

luan sehari-hari mengandalkan air hujan yang di- dari Yepem untuk digunakan ke kota Agats. Tapi
tampung di dalam bak atau tong penampungan mesin yang ditaruh kami protes karena menggang-
air. Bagi penduduk Agats yang memiliki rata-rata gu dan dapat mencemari air yang ada di situ, kare-
1-2 tong penampung air, kebutuhan air bersih na air di situ masih murni,” tandas Kaspar.
setiap keluarga mencapai rata-rata 52-60 liter/
hari atau sekitar 5-10 liter/orang setiap hari.
Pengelolaan kolaboratif
Pemerintah Kabupaten Asmat berupaya menga-
tasi kekurangan ketersediaan air bersih di Agats Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupa-
melalui program pengelolaan air bersih dari sum- ten (RTRWK) Asmat, sumber air rawa Yomoth
ber air rawa Yomoth. Melalui Dinas Pekerjaan berada di kawasan hutan lindung. Dalam proses
Umum (PU), kebutuhan air di Agats akan disuplai penyusunan zonasi di Kampung Yepem yang difa-
dari air rawa Yomoth sebagai sumber cadangan silitasi oleh USAID LESTARI untuk pengelolaan
air bersih. Rencana ini mendapat persetujuan dari hutan dan lahan secara berkelanjutan, masyara-
ma-syarakat Kampung Yepem sebagai pemilik ula- kat Kampung Yepem mengusulkan supaya kawa-
yat, dengan kompensasi dan memperhatikan tra- san ini masuk dalam zona perlindungan setempat
disi budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat. sehingga selalu dijaga dan dilindungi oleh masya-
rakat adat setempat.
Pada tahun 2006, Dinas PU membangun sarana
pengolahan air bersih tahap I, berupa bangunan Mengingat masyarakat secara arif telah melaku-
rumah untuk mesin pompa di atas badan rawa kan tindakan perlindungan, penyelamatan dan pe-
Yomoth. Dikarenakan kapasitas pompa sentrifugal lestarian terhadap hutan dan sumberdaya air ra-
yang dipasang jauh lebih kecil dari debit air rawa wa dengan cara selalu dihindari dari pencemaran
Yomoth, pemanfataan air yang dialirkan ke Agats dan pengerusakan sehingga dapat dimanfaatkan
sangat terbatas dan belum dapat digunakan seca- secara bersama-sama. Pengelolaan air rawa Yo-
ra umum. Selain itu, pengoperasian mesin pompa moth sebagai sumber daya alam untuk berbagai
air kurang mengindahkan tradisi budaya dan ke- kepentingan harus dilakukan secara bijaksana
arifan lokal masyarakat setempat di mana bahan dan berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek
bakar dari mesin pompa menetes ke sungai, se- budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat.
hingga dinilai oleh masyarakat mencemari air di se-
kitar lahan. Upaya pengelolaan hutan dan lahan secara ber-
kelanjutan ini melibatkan warga Kampung Yepem
Masyarakat kampung Yepem telah melayangkan dan berbagai pihak di Asmat, di antaranya Dinas
pro-tes terkait hal ini, di samping masalah pemba- Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
yaran ganti rugi hak ulayat atas air rawa yang be- Pertanian, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kam-
rada di wilayah dusun mereka. Karena tak kunjung pung, KSDA Agats dan SKP Keuskupan Agats.
ada penyelesaian, masyarakat memalang jalan di Kesepakatan pengelolaan bersama sumber air
pintu masuk mesin pompa. Tindakan ini menga- rawa Yomoth diharapkan dapat membantu peme-
kibatkan air tawar dari sumber air rawa Yomoth nuhan kebutuhan air bersih di Asmat yang berke-
tidak bisa disuplai ke Agats. adilan bagi semua, termasuk bagi warga penjaga
air di Kampung Yepem.
“Pada prinsipnya kami (masyarakat) tidak keberatan
dengan rencana pemerintah untuk mengambil air

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Anda mungkin juga menyukai