Nama :
• Fan Dariel Kusnanda 2010122210062
• Salman Alfarisi 2010122310037
• Muhammad Fauzi Noor 2010122210056
• M. Khairin Fazri 2010122210047
1. SUMBER DAYA LAHAN BASAH
• Lahan basah merupakan habitat utama di Kalimantan yang luasnya meliputi lebih dari 10
juta ha, kira-kira 20% massa daratan Kalimantan (MakJinnon & Artha, 1981). Tahun 1985
sebanyak 19.000 ton ikan kering dikirim ke Jawa; nilai hasil yang berasal dari seekor buaya
muara betina dan keturunan selama hidupnya, ditaksir US$80.000 (Whitaker, 1984).
Manfaat- manfaat yang tersembunyi ini jarang dihitung nilainya dan sering terlupakan
dalam rencana- rencana pembangunan daerah. Lahan-lahan basah merupakan habitat
yang sangat produktif. Luas daerah yang disebut terakhir ini merupakan 9% dari seluruh
rawa pasang-surut di Indonesia. Sebelum lahan basah ini dikonversi, saat ini adalah waktu
yang tepat untuk bertanya apakah. Gulma air Eleocharis dulcis merupakan indikator air
yang menggenang permanen dengan pH rendah, E. Tumbuhan lain seperti Gammelina,
dan Emilia menunjukkan pH yang rendah. Lahan rawa pasang surut dengan rezim air yang
dikelola dengan baik dapat dikonversi menjadi lahan pertanian yang produktif.
Punggung daerah aliran sungai yang miskin, masa bera yang panjang dan menurunnya
kesuburan tanah menguntungkan gulma yang datang menyerbu, dan secara bersama-
sama membentuk lingkungan yang tidak menguntungkan petani untuk menanam padi.
sepanjang pesisir, sebagai akibat konversi lahan rawa menjadi lahan pertanian. Selain
itu, nilai komersial hutan rawa cukup tinggi, dan dapat menyamai nilai komersian
banyak hutan lain di daerah pengunangan (Burbridge dkk, 1981). Dalam jangka
panjang, bentuk yang paling bijaksana dan paling menguntungkan dalam penggunaan
rawapasang-surut adalah perikanan rawa itu tertutup hutan, sehingga dapat
menunjang perikanan rawa dan perikanan pesisir, sekaligus menjamin pasokan kau
komersial dan hasil-hasil hutan lainnya secara berkelanjutan.
Date Your Footer Here 4
3. KEARIFAN LOKAL