Anda di halaman 1dari 5

SISTEM MATA PENCAHARIAN

(Sebuah Deskripsi Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Urang Banjar)

Melihat segi geografis alam Kalimantan sangat subur dengan dialiri


sungai-sungai yang mengalir tetap sepanjang tahun, kecenderungan
masyarakatnya pun hidup di daerah-daerah dataran rendah dan dekat
dengan sungai, corak ekonominya pun sudah beragam yakni ada yang
bergerak di bidang peternakan, perikanan, perkebunan, perdagangan,
membuat kerajinan-kerajinan (bisa yang berupa kerajinan tangan skala
rumahan atau meningkat skala besar), pengangkutan, mencari barang
tambang (berupa emas atau intan istilahnya mendulang), pembuatan kain
tradisional, dan lain sebagainya.
Sistem ekonomi tradisional yang ada di Kalimantan Selatan memiliki
beberapa kriteria yaitu:
1. Usaha yang dilakukan baru pada tingkat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
2. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana sekali, bahkan tak
jarang ada yang dibuat sendiri.
3. Belum terlihat secara tegas atau sama sekali belum terlihat adanya
pengkhususan dalam bidang pekerjaan yang digeluti dalam usaha
pemenuhan kebutuhan.
4. Belum terlihatnya pemisahan antara hubungan yang bersifat ekonomis
dengan hubungan yang bersifat sosial atau kebudayaan dalam
menghasilkan barang-barang kebutuhan.
5. Masih besar semangat kegotong-royongan yang terbina dalam sebuah
kegiatan dalam menghasilkan barang-barang kebutuhan.
6. Pada umumnya belum terlihat peranan dan fungsi pasar sebagai tempat
penyaluran hasil barang tersebut.

Melihat corak ekonominya, maka dapat dibagi menjadi beberapa sub


bidang yaitu:

1. Pertanian

Kehidupan masyarakat Banjar tidak lepas dengan kehidupan agrarisnya,


mengingat kebanyakan penduduk Kal-Sel menyandarkan pendapatannya
dalam bidang ini, walaupun untuk usaha sampinganpun juga dilakukan
apalagi bagi penduduk yang bertempat tinggal didataran rendah, dataran
tinggi, rawa dan dekat sungai. Dalam hal istilah dalam bertani sendiri,
masing-masing mempunyai kata tersendiri untuk menyebutkannya seperti:

a. Khusus dataran tinggi, ada beberapa kriteria penyebutan seperti:

 Ladang Tegalan atau Bahuma Gunung. Biasanya dilakukan oleh


masyarakat yang bermukim didaerah pegunungan seperti pengunungan
meratus yang sistemnya masih menggunakan sistem tebang-bakar atau
swidden (berpindah) yang menggunakan sistem siklus apabila lahan
yang telah digunakan nantinya dapat kembali ditanami apabila telah
menjadi belukar. Ini mungkin memerlukan waktu yang relative lama,
tetapi karena telah menjadi kebiasaan maka nantinya tanah tersebut
akan tetap diolah.

 Berkebun Kacang Tanah di Gunung atau Bakacang. Khusus daerah


Kabupaten Tapin kecamatan Piani, membuka lahannya khusus
untuk berkebun kacang tanah. Sehingga urang Banjar sendiri
sangat mengenal istilah kacang rantau yang sering di supply untuk
daerah-daerah lain dan pasokan kacangpun secara khusus di
datangkan dari Rantau.

b. Khusus dataran rendah, menyebutnya dengan istilah:

Sawah untuk membedakan antara pertanian dataran tinggi dan rendah


dimana pada pertanian dataran rendah sendiri berada di aliran sungai-
sungai besar yang ada di Kalimantan Selatan, dibedakan menjadi:
 Sawah Tahun. Umur padinya sampai berumur 1 tahun, biasanya
dilakukan oleh masyarakat yang tersebar didaerah khusunya
seluruh Kal-Sel.
 Bahuma Surung. Menanam bibit padi dilakukan pada saat musim
kemarau tiba, dengan panennya saat musim hujan. Bahuma surung
ini dilakukan Urang Banjar hanya sebagai penyeling Sawah Tahun,
hingganya lahan tidak terlantar dan tidak akan menjadi lahan tidur.
 Bahuma Rintak. Kebalikan dari bahuma surung maka
pelaksanaannya dapat dilakukan pada saat musim penghujan,
sedangkan panennya dilakukan pada saat kemarau.

 Bahuma Gadabung. Sama seperti pada sawah tahun, hanya saja


dalam hal perbedaan penanaman bibitnya menyesuaikan dengan
keadaan musim. Bahuma Gadabung sudah tidak dilakukan lagi
mengingat musim yangb tidak menentu.
 Bahuma Penyambung. Mengingat kemungkinan musim hujan yang
lama maka dilakukanlah bahuma penyambung ini agar tidak terjadi
kegagalan panen pada saat musim yang tidak menentu.

Huma musim untuk musiman biasanya dilakukan setelah penen :


 Batanam gumbili dengan jenis yang ditanam biasanya adalah
gumbili Negara dan gumbili lancar (karena tanaman ini merayap
ditanah).
 Batanam sumangka, waluh, dan jagung. Penanaman dilakukan
mengingat waktu jeda antara setelah panen maka bibit yang
ditanam biasanya adalah sumangka habang, bilungka langkang, dan
mentimun.

c. Berkebun. Berkebun merupakan kegiatan masyarakat yang


dilakukan di dataran rendah dan di dataran tinggi sesuai dengan
geografis wilayahnya. Usaha berkebun ini sebagai usaha jangka
panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan Urang
Banjar diklasifikasikan menjadi:

Khusus daerah dataran rendah dan dataran tinggi dapat mengusahakan


perkebunan bidang:
 Kebun Rumbia. Jenis perkebunan ini ditanam di dataran rendah
yang dialiri sungai –sungai besar seperti sungai Bahan, Negara, dan
sungai tapin. Hasil dari perkebunan ini adalah sagu, daunnya untuk
atap, dan pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya
digunakan untuk makan ternak yaitu untuk pangan itik. Begitu
bermanfaatnya rumbia sebagai usaha bidang perkebunan maka
usaha ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten
Tapin.
 Kebun Nyiur. Merupakan perkebunan kelapa yang berada di dataran
rendah yang biasanya ditanam di atas tanggul atau galangan dan
parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah yang dipetik
dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.

 Kebun Pisang. Pengusahaan Pohon pisang juga dilakukan di dataran


rendah, yang ditanam di galangan sawah.
 Kebun Paring atau Bambu. Kebun paring banyak terdapat didaerah-
daerah dataran tinggi yang kadang terlihat seperti hutan bamboo,
karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai bahan
baku untuk membuat kerajianan alat penangkapan ikan, dan
anyaman bambu.
 Kebun Hanau atau Enau. Jenis pekebunan ini ditanam di daerah
pegunungan dengan hawa sejuk, proses pengambilan sarinya di
sebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini merupakan
salah satu bahan baku untuk membuat gula merah atau gula
habang. Dalam proses penyadapan, orangnya harus naik keatas
pohon untuk mengambil sari atau nira dan diletakkan didalam
bumbung atau sejenis batang pohon bambu yang besar untuk
menyimpannya, setelah beberapa jam (saat nira telah habis menetes
yang terkandung) maka bumbung yang telah berisi cairan enau tadi
diambil dan disaring untuk memisahkan sari dari kotoran-kotoran
yang ada didalamnya, maka proses selanjutnya adalah perebusan
sari sampai cairan tersebut mengental, untuk menghasilkan warana
gula merah yang bagus (kekuning-kuningan) maka oleh sebagian
orang diberi parutan kemiri secukupnya. Maka proses terakhir
adalah penuangan sari kedalan cetakan khusus.
 Kebun Karet. Hampir di seluruh pelosok Kalimantan-Selatan
terdapat perkebunan karet, mengingat pengusahaan bidang ini
dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang mengusahakannya,
khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten
Tanjung, Tabalong,HSU, HST, HSS dan Tapin yang mengusahakan
lahannya untuk perkebunan karet. Secara umum penjualan hasil
karet ini terdapat di daerah Tanjung. Proses penyadapannya
biasanya dilakukan pada saat pagi hari dengan menggunakan alat
sejenis pahat. Caranya pahat tadi digunakan sebagai penoreh
batang karet tetapi khususnya di bagian kulit ari batang, dan jangan
sampai mengenai kulit bagian dalam batang mengingat apabila
terkena maka hasil sadapan tidak terlalu banyak dan batang
tersebut menjadi rusak karena proses pelukaan tadi. Proses awalnya
penorehan batang dengan melingkari batang, dengan menggunakan
alat tersebut dan ditorehkan dari atas ke bawah, sedangkan karet
yang keluar ditadahkan dan mengalami proses selanjutnya.
 Kebun Lurus. Diusahakan di dataran tinggi, dan dimanfaatkan
untuk usaha perkayuan, sebagai bahan baku meubel.
 Kebun buah-buahan bermusim. Untuk kebun buah-buahan
bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau
cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan
tertentu, jenis buah-buahan ini tersebar di seluruh pelosok
Kalimantan Selatan.

2. Perikanan
 Perikanan darat.
 Perikanan di sungai besar.
 Kumpai Paiwakan. Jenis pengusahaan perikanan ini umumnya
berada di tepian sungai-sungai besar dengan memanfaatkan
media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang
disatukan, dengan media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai
bersarang pada media tersebut.
 Raba. Sama halnya dengan kumpai paiwakan maka media yang
digunakan adalah batang pohon dan enceng gondok. Namun,
pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat
memancing dan menombak ikan yang hidup didalamnya.
 Danau. Daerah Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau
yaitu danau panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan
Danau Bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada berbagai
macam ikan yang hidup di danau tersebut, penangkapannya pun
masih menggunakan alat-alat tradisional yang disesuaikan
dengan pola musim.
 Sungai paiwakan. Anak-anak sungai ditujukan ke daerah rawa
untuk kemudian sebagai tempat perkembangan ikan dengan
menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada saat
musim penghujan maka penghalang antara anak sungai dengan
rawa ini dibuka dimaksudkan agar ikan-ikan ini kemudian
tertampung di air rawa.
 Sumur paiwakan. Hampir sama dengan sungai paiwakan, tetapi
biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya terdapat kesulitan
untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.
 Perikanan laut. Khusus bagi masyarakat yang bertempat tinggal
ditepi-tepi pantai sebagai mata pencaharian utamanya.

3. Peternakan

 Peternakan kerbau atau hadangan (dilakukan di daerah dataran


rendah dan dataran tinggi)
 Peternakan sapi
 Peternakan itik
 Peternakan ayam rumah

4. Meramu

Kegiatan meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:


 Meramu galam
 Meramu kapur naga, papung, dan balangiran.
 Meramu halayung dan sirang
 Meramu rotan

5. Kerajinan Tangan.
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di Kalimantan Selatan
antara lain:
 Penggosokan intan dan batu-batu alam
 Kerajinan dengan media daun-daunan (misalnya daun rumbia)
 Kerajinan rotan
 Kerajinan jangkang
 Pertukangan rumah
 Tukang mas
 Kerajinan kuningan
 Pandai besi
 Kerajinan gerabah
 Kerajinan pembuatan kain tradisional
 Kerajinan pembuatan alat penangkap ikan
 Pembuatan anyaman purun
 Kerajinan sulam-menyulam dan membordir
 Pembuatan kue-kue tradisional
 Kerajinan anyaman bambu

6. Kegiatan perdagangan
Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang
bertempat tinggal di bantaran sungai, bidangnya ada berbagai macam
perdagangan yang dijalankan oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat
keperluan. Namun, ada ciri khas dalam kegiatan berdagang itu sendiri
yakni dikenalnya sistem penyambangan atau pembalantikan (sebagai
pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen tingkat
lanjut yang biasanya menunggu di tempat-tempat tertentu untuk membeli
secara langsung barang-barang yang akan dijual langsung dari produsen).

Sumber Bacaan:

Idwar Saleh, dkk. 2007. Urang Banjar dan Kebudayaannya. Kalimantan


Selatan: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan dan Pustaka Banua.

Tim penyusun. 1983. Sistem Ekonomi Tradisional Sebagai Perwujudan


Tanggapan Masyarakat Terhadap Lingkungannya Daerah Kal-Sel.
Banjarmasin: DEPDIKBUD.

Anda mungkin juga menyukai