Anda di halaman 1dari 3

Aditya Subhakti

07161004
Tugas Teknik Sungai dan Pantai A

Kajian Ekohidraulik pada Sungai Martapura di Kalimantan Selatan


Penulis: Eriza Islakul Ulmi, Nilna Amal M.Eng
Institusi: Jurusan Teknik sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat

Pendahuluan
Muara dari Sungai Martapura atau Sungai Banjar Kecil terletak di kota Banjarmasin
dan hulu dari sungai ini terletak di kota Martapura, Kalimantan Selatan. Sungai ini sangat
berperan penting terhadap budaya, sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal di sekitar
sungai, karena konsentrasi masyarakat dan interaksinya selalu dengan sungai maka lahirlah
budaya yang disebut dengan kebudayaan sungai yang menjadi ciri khas orang Banjar. Contoh
dari kebudayaan sungai adalah tinggalnya penduduk di pinggir sungai dan terciptanya pasar
terapung.
Aktivitas penduduk Banjar berpengaruh pada perubahan morfologi, ekologi dan
hidraulik Sungai Martapura. Hidraulika murni tidak dapat digunakan pada Sungai Martapura
ini karena tidak mempertimbangkan dampak yang terjadi setelah dilakukannya pembangunan
pada sempadan sungai. Maka dengan itu perlu dilakukannya konsep ekohidraulik terhadap
Sungai Martapura

Identifikasi Sungai Martapura


Panjang Sungai Martapura yang diteliti pada jurnal ini adalah 1681 m dan cabangnya
yaitu Sungai Karang Intan yang berjarak 200 m. Bantaran kiri dan kanan sungai merupakan
permukiman penduduk atau desa-desa.
Tanah permukaan tebing bantaran hulu sungai adalah tanah lanau plastisitas tinggi,
pada tengah dan hilir sungai merupakan tanah lanau plastisitas rendah.
Jenis tanah pada bantaran kiri dan kanan dari penelitian ini yaitu pada kedalaman 0 –
7.2 m tanah lempung, 7.4 - 7.6 m pasir kelanauan, 7.8 - 10.2 lempung, 10.4 - 10.6 pasir
kelanauan, 10.6 - 11.6 pasir padat.
Vegetatif atau tumbuhan yang tumbuh sepanjang bantaran Sungai Martapura antara lain
pohon kelapa, pohon pisang, bambu dan pohon belang kasua.
Fauna atau hewan yang hidup di sepanjang bantaran Sungai Martapura antara lain
monyet, ikan nila, ikan papuyu, burung pipit, burung walet, ikan haruan, ikan puyau, buaya
dan bidawang.
Aktivitas sosial atau kegiatan masyarakat yang tinggal berbatasan langsung dengan tepi
sungai antara lain mandi, mencuci, menggunakan air sungai untuk minum dan memasak.
Kesadaran masyarakat sudah tinggi untuk tidak membuang sampah di sungai.

Analisis Kelongsoran Tebing Sungai


Lalu, penulis jurnal melakukan analisa kelongsoran tanah tebing sungai menggunakan
software plaxis pada tebing hulu Sungai Martapura, tebing hulu Sungai Karang Intan dan
tebing hilir Sungai Martapura. Dapat disimpulkan di semua tebing diperkirakan selama 200
hari ke depan akan terjadi longsoran.
Dari semua hasil analisis tersebut, maka dengan itu diperlukannya kajian ekohidraulik
pada Sungai Martapura.

Kajian Ekohidraulik Sungai Martapura


Penanganan kelongsoran diberikan pada salah satu tebing yaitu tebing hilir Sungai
Martapura dengan menggunakan kombinasi antara bambu dan rumput vetiver.
Alasan menggunakan bambu adalah kondisi medannya yang cocok untuk bambu
bertumbuh, yaitu tebing. Bambu memiliki bentuk batang seperti pipa dan berbuku-buku. Dan
alasan menggunakan rumput vetiver karena rumput ini mudah bertumbuh pada berbagai
kondisi kesuburan tanah, dapat tumbuh pada tanah kering atau tanah bergenang air.
Penanamannya mudah dan tidak perlu dilakukan perawatan/pemeliharaan. Akar rumput vetiver
dapat tumbuh ke kedalaman tanah hingga 3 meter dan relatif lebat.
Rumput vetiver ditanami pada bantaran, Bambu dipancang secara vertikal pada tebing
yang terancam longsor untuk mengokohkan kemiringan tanah, lalu batang bambu dipasang
juga secara melintang dan mendatar yang diikatkan pada bambu vertikal.
Pada sela-sela bambu vertikal diberikan ranting atau dahan pohon, dengan maksud
untuk menahan air banjir dari sungai dan dapat menyaring atau mengikat sedimen. Setelah
sedimen dari air sungai mengendap pada ranting atau dahan pohon maka rumput vetiver akan
tumbuh lebih kuat dan teratur, sehingga dapat mempercepat proses pengendapan sedimen dari
air sungai. Lama kelamaan seiringnya waktu tentunya bambu akan kering dan rapuh, maka
rumput vetiver dan endapan yang sudah terkumpul pada tebing sungai akan cukup stabil untuk
menahan gerusan.
Pasangan batu kosong diletakkan secara vertikal diantara bantaran sungai dan kaki
tebing untuk pengendali erosi, Ketika muka air sungai turun, sela-sela pada pasangan batu
kosong ditanami rumput vetiver sehingga pasangan batu kosong akan semakin kokoh dan
terikat dengan tebing karena bantuan dari tumbuhnya rumput vetiver.

Gambar 1. Ilustrasi Pemasangan Bambu, Rumput Vetiver dan Pasangan Batu Kosong

Pada belokan sungai air menabrak tebing sungai sehingga terjadi erosi pada tebing
karena kecepatan air, untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut maka perlunya ditanami
bambu setiap pembelokan aliran air dibagian tebing yang tertabrak oleh air pada kelokan
sungai.
Gambar 2. Ilustrasi Pemasangan Bambu pada Setiap Kelokan Sungai

Kesimpulan
Dari hasil analisis dan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Tebing pada bantaran Sungai Martapura berpotensi longsor berdasarkan analisis yang
dilakukan oleh penulis menggunakan software plaxis.
2. Direkomendasikan penggunaan konsep ekohidraulik yaitu menggunakan bambu dan
rumput vetiver pada tebing untuk menjaga tebing agar tetap kokoh.

Saran
Saran yang dapat diberikan kepada permasalahan ini yaitu:
1. Ekohidraulik masih sangat awam untuk masyarakat dan pemerintah setempat, maka
perlu dilakukannya sosialisasi tentang konsep ekohidraulik ini, agar dapat diterapkan
demi dampak positif dimasa mendatang
2. Permukiman penduduk di bantaran sungai perlu dialihkan ke luar dari garis sempadan
Sungai Martapura, agar vegetasi tetap tumbuh pada bantaran.

Sumber Jurnal: https://caridokumen.com/downloadFile/5a46b2d0b7d7bc7b7a18dad1

Anda mungkin juga menyukai