Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS KONDISI RIPARIAN SUNGAI PESANGGRAHAN ( DARI KEBUN JERUK KEDOYA)

Tugas Matakuliah Ekohidrolika

HADI SUHATMAN F451120121

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

1.

Pendahuluan Pembangunan wilayah keairan (sungai, danau, dan pantai) di seluruh dunia dewasa ini

besar masih menggunakan pola pendekatan rekayaa teknik sipil secara parsial (hidraulik murni), sehingga hasil rekayasa tersebut sangat terkesan lepas bahkan bertentangan dengan pendekatan ekologi. Usaha eksploitasi sungai secara besar-besaran semakin intensif pada akhir abad 19 sampai pertengahan abad 20. Pada pertengahan abad 20 sampai akhir abad 20 timbul kesadaran lingkungan yang sangat tinggi. Bertepatan dengan hal tersebut, muncul dampak negatif dari eksploitasi sungai yang dilakukan dekade sebelumnya berupa banjir di hilir setiap tahun, erosi dasar sungai, longsor, bantaran sungai yang hilang, morfologi sungai alamiah dan elemen-elemennya seperti pulau, delta, riffle, dan dune rusak hebat, berkurangnya keragaman hayati wilayah sungai, muka air tanah, dan konservasi air menurun, dan lain-lain.

2.

Definisi Riparian Riparia berasal dari bahasa Latin riparius. Menurut Kamus Webster, riparia artinya

milik tepi sungai. Istilah riparia secara umum menggantikan bahasa Latin tersebut. Riparia biasanya menggambarkan komunitas biotik yang menghuni tepian sungai, kolam, danau dan lahan basah lainnya. Naiman et al. (2005) menggunakan istilah riparian sebagai kata sifat dan istilah riparia sebagai kata benda tunggal atau majemuk. Istilah riparia untuk menekankan pada perpaduan biotik dari zona transisi akuatik-teresterial yang berasosiasi dengan air mengalir. zona riparian adalah area semiteresterial transisional/peralihan yang secara reguler dipengaruhi oleh air tawar, biasanya meluap dari tepian badan perairan ke tepian komunitas daratan atas (upland).

3.

Fungsi dan Nilai Riparian Gordon et al. (2004) menyebutkan bahwa sungai memiliki 2 nilai. Nilai yang dimiliki

ekosistem sungai juga dimiliki oleh ekosistem riparian. Nilai riparia tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu: 1. Nilai ulitarian

2. Nilai intrinsik

4.

Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan DAS Pesanggrahan bentuknya memanjang dan ramping. Bagian hulu lebih runcing dan melebar menuju bagian tengah kemudian menyempit dan melebar kembali menuju hilir. Bagian hilir bentuknya lebih oval dan lebih luas dibandingkan bagian hulu dan tengah. Hulu DAS Pesangrahan terletak di perumahan Budi Agung, Tanah Sareal Kota Bogor dan bagian hilirnya bertemu dengan saluran Cengkareng Drain. Luas kawasan DAS ini 17.737 Ha. Tipe penutupan lahan di DAS Pesanggrahan lebih di dominasi oleh lahan terbangun ( 60%). Daerah pemukiman lebih banyak di temukan di bagian tengah sampai hilir. Diantara lahan terbangun yang ada daerah Bogor, yaitu Bojong Gede, Cilebut, Depok, Sawangan, Pondok Cabe, Kebayoran Lama, Cileduk, Kebon Jeruk dan Srengseng di Jakarta Barat. Pemukiman padat paling banyak ditemukan kurang lebih 38,43% dari luasan DAS adalah daerah pemukiman padat yang tersebar paling banyak di daerah hilir,

Gambar 1. Batas dan Bentuk DAS Pesanggrahan

khususnya disekitar Kebayoran lama, Kedoya dan kebon jeruk di Jakarta Barat. Berdasarkan hasil analisis hanya terdapat Kurang lebih 7% Kawasan hijau hanya sebagian kecil berada

di bagian hilir dan sebarannya tidak merata termasuk hutan kota di Srengseng Jakarta Barat. Sungai Pesanggrahan mengalir di antara Kali Ciliwung dan Cisadane. Di bagian hulu, Sungai Pesanggrahan mendapat suplesi dari Kali Pekancilan di Kota Depok dan saluran Kali Baru di daerah Bojongsari. Pada bagian tengah, Kali Pesanggrahan mendapat pasokan dari Kali Grogol melalui sudetan Grogol-Pesanggrahan. Sungai Pesanggrahan melalui daerah pemukiman yang kepemilikannya sudah sedemikian rupa hingga menyebabkan sulitnya membuat tampang basah sungai yang memadai untuk mengalirkan air maupun untuk

memelihara kualitas badan air agar masih memenuhi persyaratan. Sejalan dengan perkembangan pemukiman di wilayah Jabodetabek, terjadi perubahan daerah tangkapan yang semula dapat menyerap air hujan (infiltrasi) menjadi aliran permukaan (excess run-off) yang membebani daya tampung sungai. Akibatnya, debit aliran sungai yang tadinya kecil semakin lama semakin besar dan pada lokasi tertentu terjadi luapan dan genangan sebagai akibat tidak tertampungnya excess run-off yang semakin besar. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya banjir pada lokasi tertentu yang pada umumnya terjadi di daerah pemukiman. 5. Riparian Sungai Pesanggrahan (dari Kebun Jeruk Kedoya) Pengamatan dilakukan di tiga titik yaitu Jembatan Kebun Jeruk Jalan Lapangan Bola, Jembatan Jalan Sanggrahan, depan kantor MetroTV dan Jembatan Kedoya. Arah aliran dari Jembatan Kebun Jeruk menuju Jembatan Kedoya, jadi posisi Jembatan Kebun Jeruk paling hulu. Dari Gambar 2a, lebar sungai 8 10 meter, Kedua sisinya masih terdapat pohon yang rindang dengan tingkat kepadatan pepohonan yang relatif rendah. Di sisi kiri terdapat pusat jasa yaitu Kebun Jeruk Busness Park (Gambar 2b) dengan vegetasi yang sudah tidak alamiah karena sudah di
Gambar 2 (a). Sungai Pesanggrahan melewati sisi Ruko Kebun Jeruk Bisniss Park

tanam dengan pohon sejenis akasia oleh developer. Penanggulan sudah dilakukan pada sisi tersebut sehingga mengurangi atau

Penanggulan sungai

menghilangkan vegetasi riparian terutama sekali semak-semak sebagai tempat hidup binatang seperti kadal, ular, jangrik dan lainlain. Penanggulan mengakibatkan aliran air mengalir lebih cepat karena tidak adanya barrier alami seperti batu-batu atau tanah

Gambar 2 (b). Sisi Kiri dari Jembatan Kebun Jeruk

yang

menjorok

sehingga

menciptakan

turbulensi dan menurunkan kecepatan aliran air serta energi air.

Pada sisi kanan (Gambar 2c), tidak dilakukan penanggulan


Tanpa Penanggulan

yang merupakan sehingga mengalami

daerah tampak

pemukiman ada aliran

penduduk yang

turbulensi. Di sisi ini masih terdapat vegetasi


Aliran Turbulensi

semak belukar walaupun dengan tingkat kepadatan yang rendah dan vegetasi

Gambar 2 (c). Sisi kanan dari Jembatan Kebun Jeruk

pepohonan rindang, di tempat ini masih

dijumpai binatang seperti kadal.

Lahan pertanian dan tempat parkir air Pengurug dan Penanggulan

Gambar 3 (a). Foto dari Jembatan Depan MetroTV

Gambar 3 (b). Foto dari Jembatan Sanggrahan

Gambar 3a dan Gambar 3b memperlihatkan kondisi riparian yang berbeda. Gambar 3a memiliki vegetasi riparian yang lebih banyak. Pemanfaatan Sungai Pesanggrahan bukan saja untuk mengairi lahan pertanian (aspek produktif) tetapi juga riparian di sini dapat difungsikan sebagai tempat parkir air pada saat volume air naik sehingga dapat mengurangi dampak banjir pada daerah lebih hilir (aspek nilai etika ekosentris). Pada Gambar 3b pemanfaatan lahan untuk konstruksi pembangunan apartemen mengakibatkan terjadinya hilang sebagian besar vegetasi riparian dan penyempitan lebar sungai karena proses urug untuk pembangunan tanggul.

Gambar 4(a). Foto Dari Jembatan Kedoya

Gambar 4(b). Vegetasi Riparian

Dari Gambar 4a dan Gambar 4b dapat diamati vegetasi riparian cukup lebat baik tanaman merambatnya sebagai semak belukar dan pepohonan yang cukup tinggi 5-7 meter di kedua sisinya. Lebar riparian tidak terlalu luas sekitar 3 4 meter dengan keterjalan yang cukup curam. Pemanfaatan untuk aspek penelitian dan pendidikan dapat dikembangkan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan mengenai lingkungan hidup dan pengaruhnya terhadap manusia serta nilai etika biosentris.

Daftar Pustaka Faza, Mohammad Faiz. 2012. STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI SUNGAI PESANGGRAHAN DARI BAGIAN HULU ( BOGOR, JAWA BARAT) HINGGA BAGIAN HILIR (KEMBANGAN, DKI JAKARTA). Skripsi. Depok: Universitas Indonesia Waryono, Tarsoen. 2008. KONSEPSI RESTORASI EKOLOGI KAWASAN PENYANGGA SEMPADAN SUNGAI DI DKI JAKARTA. Seminar Nasional Evaluasi Pasca dan Rancang Tindak Penanggulangan Banjir Wilayah Perkotaan. Kedutaan Belanda (Kuningan Jakarta).

Anda mungkin juga menyukai