Anda di halaman 1dari 5

Eko infrastruktur adalah semua infrastruktur yang didasarkan atas pendekatan ekologi.

Misalnya pada sungai bisa dilakukan pemasangan batu atau beton. Namun hal tersebut bukan
merupakan tindakan eko infrastruktur. Sungai tersebut termasuk eko infrastruktur apabila
lingkungan di sekitarnya tetap dijaga dan dilestarikan, seperti rumput, pohon, ikan, dan lain-lain.
Kemudian ketika sungai mengalami erosi, tindakan eko infrastruktur yang dapat dilakukan
dengan menanam tanaman di sekeliling sungai.
Contoh lain eko infrastruktur pada bangunan gedung adalah tetap memasukkan unsur-
unsur ekosistem di lingkungan bangunan. Hal tersebut juga dapat mendukung penghematan
energi. Misalnya, pada siang hari tidak menggunakan listrik karena sudah menggunakan energi
sinar matahari. Kemudian menggunakan tampungan air hujan untuk memenuhi sebagian
kebutuhan sehingga dapat menghemat air yang ada. Lalu pemanas air menggunakan solar cell
juga dapat menghemat penggunakan listrik.
Kemudian pada infrastruktur jalan juga dapat menggunakan konsep eko infrastruktur.
Contohnya sepanjang jalan dapat ditanami tanaman sehingga air yang melewati jalan dapat
diserap oleh tanaman. Lalu air hujan tidak dialirkan ke sungai, namun dibuat penampungan air
seperti danau di pinggir jalan. Kemudian juga tanaman tersebut dapat membuat lingkungan
menjadi sejuk dikarenakan produksi oksigen yang baik.
Pengadaan taman kota juga merupakan salah satu bentuk dukungan konsep eko
infrastruktur. Taman bisa menjadi pusat penghijauan, agar kota tetap bisa bernafas dari tingginya
tingkat polusi dan radikal bebas.sehingga dengan penghijauan taman bisa menjadi paru-paru
kota. Selain sebagai pusat penghijauan dan paru-paru kota, taman kota tentu saja bermanfaat saat
musim penghujan tiba. Taman bisa menjadi tempat penyimpanan dan penyerapan air hujan.
Sehingga air tidak akan langsung terbuang ke sungai atau selokan, tetapi diserap terlebih dahulu
oleh tumbuh-tumbuhan dan pepohonan di taman tersebut.
BAGIAN II
Infrastruktur alamiah merupakan gabungan antara hidrolik dan ekologi yang menyatu
menjadi satu. Alam adalah kesatuan antara ekologi, flora, fauna, dan biotik (tanaman, batuan, air,
tanah dan lain sebagainya). Struktur dinamik dari sungai menyebabkan dinamika vegetasi dan
dinamika fauna. Tanaman yang ada di pinggir sungai merupakan salah satu bentuk eko
infrastruktur. Tanaman bukan hanya ekologi, namun juga termasuk infrastruktur sungai itu
sendiri. Jika tanaman ada di sepanjang sungai, hal tersebut dapat membantu meminimalisir
terjadinya erosi. Karena tanaman ini akan memperkuat cengkeraman akar ke tanah sehingga
erosi dapat dihindarkan.
Erosi dan sedimentasi akan menghambat jalannya ikan yang ada di bendung. Sehingga
diperlukan tangga ikan agar ikan-ikan bisa bergerak bebas. Jika bukan merupakan bendung tidak
tetap maka bisa menggunakan tirol weir. Namun jika bendung tetap, dapat dibangun beberapa
jenis konstruksi fish way sebagai berikut :
bottom ramp type, bypass channel type
bypass channel type
fish ramp type
slot pass type
Ada juga bangunan yang kita buat menentang atau melawan eko infrastruktur. Contohnya
sungai yang berkelok kelok dibangun menjadi lurus. Karena meskipun di kanan kirinya ditanami
tanaman tetapi secara makro hal tersebut bukan merupakan eko infrastruktur dan akan merusak
ekologi sungai itu sendiri. Pelurusan sungai yang terjadi juga dapat menyebabkan erosi terus
menerus dan meningkatkan debit air memuncak yang mengakibatkan terjadinya banjir.
Di dasar sungai terdapat banyak hewan-hewan yang harus dilindungi keberadaannya. Jika
batuan-batuan yang ada diambil semuanya, maka akan habitat hewan-hewan tersebut akan
terancam. Konsep eko infrastruktur harus bisa melindungi habitat hewan-hewan yang ada dengan
menaruh batuan-batuan tambahan di dasar sungai yang juga dapat menghambat laju kecepatan
air serta meningkatkan jumlah flora dan fauna.
Tanaman yang ada di pinggir sungai merupakan bangunan eko infrastruktur yang harus
dipelihara dengan baik dengan tidak memotong atau menghabisi tanaman. Hal tersebut dapat
membuat aliran sungai menjadi stabil karena ada tanaman yang menahan bentuk bagian kanan
dan kiri sungai. Jika ada pulau di tengah sungai juga dapat membantu menghambat laju
kecepatan air dan juga menjadi habitat hewan-hewan yang ada disana
Berdasarkan penelitian mengenai zoobenthos di Baden Wurttemberg, Jerman yang
dilakukan oleh Kiene pada tahun 1998, sebelum adanya pelurusan sungai yang dilakukan,
hewan-hewan yang ada masih banyak jenis dan jumlahnya. Namun, setelah adanya pelurusan
sungai, jumlah zoobenthos dan jenisnya menjadi berkurang drastis. Hal ini membuktikan bahwa
pola yang tidak mengikuti ekologi eko infrastruktur akan merusak habitat flora dan fauna yang
ada.
Sungai Borum Mollebaek di Denmark yang diluruskan pada tahun 1911. Kemudian pada
tahun 1984, sungai tersebut kembali seperti semula. Lalu Sungai River di Nebraska USA
diluruskan pada tahun 1971, kembali lagi bentuknya seperti awal pada tahun 1971. Hal tersebut
membuktikan bahwa pelurusan yang dilakukan hanya menghabiskan dana karena akan kembali
ke bentuk awal dan juga dapat merusak ekologi sungai tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Madsen dan Ten di Sungai Speenbach serta
Toesbach pada tahun 2000 membuktikan bahwa renaturalisasi sungai membuat habitat hewan-
hewan terutama ikan akan kembali seperti semula. Jumlahnya meningkat sangat pesat dari
kondisi sebelum direnaturalisasi dan dengan adanya ikan, jumlah habitat burung juga semakin
meningkat.
Penanaman rumput di pinggir sungai merupakan salah satu konsep eko infrastruktur.
Penanaman rumput dapat meminimalisir terjadinya erosi. Jika kita tidak mengenal eko
infrastruktur baik alamiah, buatan, maupun kombinasi, maka akan terjadi pemborosan. Jika
tanaman Cyperus elatus L. patah dan jatuh ke tanah sekitar sungai, maka akan tumbuh lagi dan
semakin memperkuat tebing sungai menjadi kokoh. Dan tanaman ini juga dapat berfungsi
menahan banjir.
Tumpukan pasir dan kerikil merupakan salah satu eko infrastruktur yang memiliki fungsi
yang sangat penting, yaitu menghambat kecepatan air agar tidak banjir, memurnikan bagian
untuk menjernihkan air, dan sebagai tempat menetasnya telur ikan. Batuan yang ada di sepanjang
sungai sangat berfungsi untuk menghambat kecepatan air dan erosi serta lumut yang menempel
di batuan bermanfaat untuk makanan dan tempat persembunyian ikan saat banjir.
Mata air yang ada di sepanjang pinggir sungai akan mati secara perlahan apabila
menggunakan pasangan batu karena akan mengalami penyumbatan dan penekanan air sehingga
membuat air berhenti mengalir.
Sempadan sungai (riparian zone) adalah zona penyangga antara ekosistem perairan
(sungai) dan daratan. Zona ini umumnya didominasi oleh tetumbuhan dan/atau lahan basah.
Tetumbuhan tersebut berupa rumput, semak ataupun pepohonan sepanjang tepi kiri dan/atau
kanan sungai.
Sempadan sungai yang demikian itu sesungguhnya secara alami akan terbentuk sendiri,
sebagai zona transisi antara ekosistem daratan dan ekosistem perairan (sungai). Namun karena
ketidak pahaman tentang fungsinya yang sangat penting, umumnya di perkotaan, sempadan
tersebut menjadi hilang didesak oleh peruntukan lain.
Sempadan sungai yang cukup lebar dengan banyak kehidupan tetumbuhan (flora) dan
binatang (fauna) di dalamnya merupakan cerminan tata guna lahan yang sehat pada suatu
wilayah. Keberadaan banyak jenis spesies flora dan fauna merupakan aset  keanekaragaman
hayati yang penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia dan alam dalam jangka panjang.
Kriteria penetapan garis sempadan sungai berdasarkan Peraturan Menteri PU No:
63/PRT/1993, pasal 5 s/d 10) dibagi berdasarkan tipe sungai, yaitu :
Sungai bertanggul (diukur dari kaki tanggul sebelah luar)
Sungai tak bertanggul (diukur dari tepi sungai)
Danau/waduk (diukur dari titik pasang tertinggi ke arah darat)
Mata air (sekitar mata air)
Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut (dari tepi sungai)
Hilangnya sempadan sungai karena diokupasi peruntukan lain akan menyebabkan
turunnya kualitas air sungai karena hilangnya fungsi filter yang menahan pencemar non-point
source. Hilangnya sempadan sungai juga mengakibatkan terjadinya peningkatan gerusan tebing
sungai yang dapat mengancam bangunan atau fasilitas umum lain karena tergerus arus sungai.
Sehingga kita terjebak pada kegiatan pembangunan fisik perkuatan tebing sungai yang tidak
pernah ada habisnya.
Karena gerusan tebing meningkat geometri tampang sungai akan berubah menjadi lebih
lebar, dangkal dan landai,  kemampuan  mengalirkan air juga akan menurun.  Sungai yang
demikian sangat rentan terhadap luapan banjir.

Anda mungkin juga menyukai