Anda di halaman 1dari 11

Perencanaan Konsep Non-Teknis.

http://202.154.24.196/produk/detail/72 DATA KAB. BANDUNG.


http://bbwscitarum.com/2017/06/09/bulletin-bbws-citarum-2016-2-2/
MENGENAI CITARUM.
1. Peserta merencanakan konsep konservasi sungai pada lokasi studi !

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46753
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51136

Konsep Dasar

Konsep dasar perencanaan lanskap sempadan Sungai Citarum yaitu untuk meningkatkan
kualitas lingkungan alami dengan memperbaiki dan mengembalikan fungsi kawasan
Sungai Citarum sebagai kawasan ekologi yang dapat mendukung keberlangsungan
kehidupan ekosistem Sungai Citarum Perencanaan yang dikembangkan pada kawasan ini
juga diharapkan dapat mewadahi aktivitas rekreasi ruang luar masyarakat Kabupaten
Bandung pada segmen sungai tertentu.

Rencana Perbaikan dan Perlindungan Sungai

Teknik rekayasa untuk perbaikan struktur fisik kawasan sungai yang dapat dikembangkan
pada kawasan Sungai Ciliwung adalah metode vegetatif dan metode teknik lingkungan
(bio-engineering).

 Metode vegetatif
merupakan metode perlindungan struktur fisik kawasan sungai dengan memanfaatkan
komponen biotik dengan cara menanam berbagai jenis tanaman dengan kerapatan yang
tinggi. Dengan vegetasi ini, bahaya fisik dapat diminimumkan dampaknya. Pemilihan jenis
vegetasi perlu mempertimbangkan besarnya kecepatan air, golongan rumput-rumputan
(Famili Gramineae) dan kangkung-kangkungan (Famili Convolvulaceae) yang bersifat
lentur bisa digunakan untuk perlindungan tebing pada sungai yang kecepatan arusnya
tinggi.
Budinetro dalam Maryono (2008) mengusulkan tiga jenis vegetasi yang dapat digunakan
di Indonesia, yaitu Vetivera zizanioides (rumput vetiver atau rumput akar wangi), Ipomoea
carnea (karangkungan), bambu, dan tanaman berkayu (pohon).

Rumput vetiver adalah tanaman yang mudah tumbuh di berbagai tingkat kesuburan tanah,
tanah kekeringan dan tanah genangan air, serta penanamannya mudah, relatif tanpa
pemeliharaan. Akar vetiver ini tumbuh lebat menancap ke bawah (dapat mencapai 3
meter), sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara dengan tanaman lain. Daun vetiver
relatif rimbun sebagai penangkal erosi akibat hujan. Akarnya yang kuat akan mengikat
tanah disekitarnya serta menahan sedimen dan lumpur yang terbawa air, sehingga
terbentuk bangku terasering yang stabil. Ipomoea carnea atau kangkung londo termasuk
Familia Convolvulaceae, vegetasi ini dapat tumbuh disegala tempat serta tahan genangan
dan arus air (Maryono, 2008).

Bambu termasuk Familia Gramuneae (golongan rumput-rumputan), batangnya bersifat


berbentuk pipa, dengan buku-buku sebagai pembatas pipa, mempunyai lapisan khusus di
bagian dalam dan luar batangnya. Tebing sungai merupakan habitat yang sangat cocok
untuk bambu, kaitannya dengan perbaikan sungai dan sempadannya, maka bambu ditanam
di sepanjang bagian tebing sungai yang dianggap rawan bencana fisik.

Tanaman berkayu yang dipilih tidak hanya dari satu famili tertentu saja, akan tetapi dari
semua famili dapat diterapkan asalkan memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

1) memiliki tajuk yang berlapis-lapis sehingga dapat meredam energi butir air hujan yang
jatuh di permukaan tanah,

2) memiliki struktur perakaran yang dapat memperbaiki konstruksi tanah. Beberapa jenis
pohon yang direncanakan seperti mahoni Swietenia macrophylla), matoa (Pometia
pinnata), angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus elastica), bungur (Angerstroemia
speciosa) dan sempur (Dillenia indica) (masterplan ruang terbuka hijau Kota Bogor tahun
anggaran 2007).

 Metode teknik (bio-engineering)


merupakan rekayasa teknologi berkelanjutan dengan memanfaatkan komponen biotik dan
abiotik (ekologi) untuk perbaikan struktur fisik kawasan sungai. Metode bio-engineering
dilakukan dengan menumbuhkan vegetasi tertentu yang sesuai pada sempadan sungai yang
memiliki peluang bahaya fisik yang tinggi dengan dipadukan dengan komponen abiotik
(batu).
Bio-engineering memiliki beberapa keuntungan, antara lain (Maryono, 2008) :
1) menjaga kelestarian ekologi,
2) meningkatkan daya tahan terhadap erosi,
3) berfungsi sebagai alat pengendali banjir atau meretensi banjir, dan
4) biaya pemeliharaan relatif lebih murah dibanding konstruksi permanen beton.
Beberapa metode penahan tebing dalam perbaikan kawasan sungai dengan menggunakan
bio-engineering berupa metode penutup tebing dan tanaman antara pasangan batu kosong.
Metode penutup tebing adalah menutup tebing dari berbagai macam bahan, seperti dari
alang-alang, mantang-mantangan, jerami kering, rumput gajah kering dan daun kelapa.
Diantara penutup tebing tersebut dapat ditanami dengan tumbuhan.
Metode perlindungan sungai merupakan upaya untuk melindungi kehidupan biota air
dengan menyediakan tempat yang cocok bagi biota sungai tersebut. Konservasi sungai
dalam menyediakan tempat hidup yang cocok untuk biota air dilakukan dengan
menumbuhkan vegetasi pada sempadan sungai. Kriteria vegetasi (pohon) yang dipilih
adalah vegetasi yang bertajuk lebar karena dapat mengontrol cahaya yang masuk ke sungai
sehingga cocok untuk tempat berkembangbiak biota air karena suhu air yang tidak terlalu
tinggi. Selain itu, penggunaan vegetasi penutup tanah juga dianjurkan dalam melindungi
kehidupan biota air karena sedimen yang terbawa saat terjadi aliran permukaan dapat
terendapkan dipinggir sungai sehingga air sungai tidak keruh dan biota air dapat
berkembangbiak dengan baik.
Penerapan Rekayasa Ekohidrolika Untuk Penguatan Tebing Sungai dan Pemulihan
Habitat.
Aspek hidrolika dan aspek ekologi sungai memiliki hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan. Semakin baik kondisi ekologi wilayah sungai maka kondisi hidrolika
sungai akan semakin membaik, dalam hal menurunnya resiko terjadinya banjir besar,
berkurangnya erosi dasar sungai dan berkurangnya sedimentasi sungai.
1. Struktur penguat tebing sungai dengan rekayasa ekohidrolika berdampak positif pada
penurunan kecepatan arus air di tepi sungai saat terjadi peningkatan debit air sungai.
Mekanisme pengurangan erosi yang terjadi adalah:

a. Kecepatan arus di tepi sungai menjadi lebih lambat karena adanya batang kayu yang
menjorok ke badan air, sehingga kecepatan arus saat menepi dan mengenai tebing
sungai menjadi berkurang;
b. Adanya pondasi batu kali di dasar tebing sungai mengurangi kecepatan arus dan
mencegah gerusan arus secara langsung mengenai dasar tebing sungai dan mengurangi
potensi longsor akibat tergerusnya dasar sungai;
c. Adanya tanaman air di bantaran sungai yang tergenang saat debit air meningkatkan
kekasaran tebing sungai, memperlambat aliran air, dan menyediakan tempat menempel
bagi biota untuk berlindung dari derasnya arus agar tidak terhanyut ke hilir.

2. Penerapan rekayasa ekohidrolika untuk meningkatkan stabilitas tebing sungai yang


mengalami erosi memperlebar zona litoral saat debit air tinggi, sehingga menciptakan
habitat baru bagi tumbuhnya beragam jenis kehidupan biota perairan sungai. Pasca
penerapan rekayasa ekohidrolika terdapat peningkatan keragaman jenis taksa, peningkatan
persentase serangga Ephemeroptera, Plecoptera dan Trichoptera (EPT) yang sensitif
terhadap pencemaran air dan sedimentasi sungai, serta peningkatan kelimpahan populasi
ikan di lokasi penerapan rekayasa ekohidrolika.

KONSEP EKOHIDRAULIK DALAM PENANGGULANGAN EROSI

Bangunan perlindungan tebing sungai atau danau yang selalu digunakan dalam teknik
perlindungan tebing konvensional adalah perkerasan tebing dengan pasangan batu
isi atau kosong. Konstruksi ini menutup seluruh permukaan tebing. Bangunan semacam
ini secara langsung akan memperpendek alur sungai dan menurunkan faktor kekasaran
dinding (dinding menjadi relatif halus).
Disamping itu dapat menimbulkan kesulitan bagi biota sungai atau danau untuk bermigrasi
atau bergerak secara horizontal, bahkan dapat menghilangkan kemungkinan bagi
segala jenis biota sungai atau danau pada bantaran untuk masuk dan keluar sungai sesuai
dengan pola hidupnya. Sementara dengan eko-engineering dapat menjamin kelangsungan
keluar masuknya biota ke dan dari sungai atau danau, baik bagi biota air, amphibi, dan
biota daratan.

1. Diatas permukaan tanah menutup permukaan dan/atau mereduksi kecepatan aliran pada
perbatasan (interface) antara tanah dan air.
2. Di bawah tanah akar tanaman menahan partikel tanah agar tetap di tempatnya.

Peranan tumbuhan dalam erosi bergantung pada luas permukaan tumbuh-tumbuhan dan
kelenturan batang tumbuhannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan
kayu tidak mempunyai pengaruh buruk terhadap struktur tanggul, karena tidak
mengakibatkan timbulnya rongga rongga dalam tanah atau pipa-pipa di dalam tanah yang
diakibatkan oleh akar. Sebaliknya, adanya akar memperkuat dan menambah kuat geser
tanah di lapisan permukaan.

Jenis vegetasi untuk perlindungan tebing yang tepat adalah dengan menggunakan tanaman-
tanaman lokal (setempat). Tanaman setempat yang ada di sepanjang alur sungai atau danau
dapat diidentifikasi dan dipilih yang paling sesuai untuk keperluan lindungan tebing di
tempat tersebut. Dalam hal ini, tidak semua vegetasi di pinggir sungai cocok untuk berbagai
tempat. Karena jenis tanaman di suatu tempat dipengaruhi oleh faktor tanah, dinamika
aliran air, penyinaran matahari, serta temperatur dan iklim mikro lainnya.

Pada umumnya vegetasi yang ada sangat spesifik untuk penggal sungai tertentu. Maka
perlu dicari jenis vegetasi yang cocok untuk daerah yang akan dilindungi. Menurut hasil
studi Budinetro (2001) dalam Maryono (2008), mengusulkan tiga jenis tumbuhan yang bisa
digunakan di Indonesia seperti Vetiveria zizanioides (rumput vetiver atau rumput akar
wangi), Ipomoea carnea (karangkungan), dan bambu.

Pemilihan jenis vegetasi ini mempertimbangkan kecepatan air. Golongan rumput


rumputan (Familia Gramineae) dan kangkung-kangkungan (Familia
Convolvulaceae) yang bersifat lentur bisa digunakan untuk perlindungan tebing pada
kecepatan arus tinggi. Sedangkan yang sifatnya getas (mudah patah) untuk kecepatan
rendah. Pada penanaman vegetasi tersebut diatas, sehingga pada musim penghujan
berikutnya tanaman sudah kuat menahan energi aliran air. sangat diperlukan perlindungan
awal sampai vegetasi tersebut tumbuh dan berakar kuat sebelum terkena banjir atau arus
yang relatif kuat. Dengan demikian akan sangat jika ditanam pada pertengahan musim
kemarau atau akhir musim penghujan.

Kombinasi konstruksi bambu, rumput vetiver dan karangkungan sesuai untuk lokasi yang
mempunyai kondisi dimana kecepatan air saat banjir kurang dari 1,5 m/dt, air banjir banyak
membawa sedimen tersuspensi dan dasar sungai bukan tersusun oleh batu kerikil.

Cara pemasangannya adalah batang bambu dipancangkan vertikal pada lokasi yang
tebingnya mengalami ancaman gerusan, batang melintang mendatar dipasang dan
diikatkan pada batang vertikal sebagai penguat. Diantar baris batang vertikal dimasukkan
ranting pohon (segala jenis ranting dan dahan pohon). Dengan ini terbentuklah krib porus
yang dapat menahan air banjir dan mengikat sedimen. Setelah endapan terbentuk maka
karangkungan atau rumput vetiver ditanam. pengendapan. Pada saat batang bambu mulai
rapuh akibat panas dan waktu, rumput vetiver atau karangkungan dan endapan baru pada
kaki tebing sungai atau danau cukup stabil serta mampu menahan gerusan.

Tujuannya adalah :
 Dengan adanya kegiatan konservasi diharapkan dapat memperkecil laju erosi dan
sedimentasi yang terjadi di Sub DAS Cimuntur sehingga mampu meningkatkan
debit aliran dasar dan kapasitas tampungan Sungai Cimuntur.
 Dengan dibangunnya bangunan pengendali sedimen diharapkan dapat menampung
sedimen yang terangkut oleh air sehingga dapat mencegah terjadinya banjir pada
bagian hilir sungai.
 Dengan adanya perbaikan lahan di daerah hulu sungai, maka diharapkan dapat
memperbaiki kemampuan lahan dalam menyerap air dan memulihkan kualitas
dan kuantitas air yang berada di sumber-sumber air.

PENGERTIAN EKOHIDROLOGI
Prinsip dasar ekohidrologi adalah pengembangan sumber daya air yang berorientasi pada
kemampuan daya dukungnya dan kemampuan memelihara proses sirkulasi air dan energi
dalam basin-nya, sehingga dimensi ruang dan waktu merupakan hal penting dalam
ekohidrologi. Secara keruangan, pemahaman peranan biota perairan dan terestrial harus
dilakukan. Dari sisi waktu, perlu dilakukan rekonstruksi kondisi paleohidrologis sebagai
landasan dalam upaya pengembangannya di masa mendatang dengan mempertimbangkan
perubahan global. Pemahaman dimensi spasial dan temporar tersebut digunakan sebagai
acuan dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem secara interdisipliner.

SOIL BIOENGINERING
Soil Bioengineering adalah teknologi yang menggunakan bahan dari tanaman hidup dan
bagian dari tanaman, untuk mengatasi persoalan-persoalan mengenai alam lingkungan
seperti erosi permukaan tanah dan erosi lereng sungai. Dalam sistem soil bioengineering,
tanaman berperan sebagai komponen struktural yang utama, tidak hanya sebagai bagian
dari estetika lansekap. Hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan metode soil
bioengineering adalah pemilihan jenis tanaman dan persiapan lahan. Banyak jenis tanaman
yang dapat digunakan dalam metode soil bioengineering, namun tidak semua jenis tanaman
cocok untuk digunakan. Jenis tanaman yang cocok untuk digunakan adalah jenis tanaman
yang mempunyai karakteristik tumbuh dengan cepat dan berakar cukup dalam dan banyak.
Jenis tanaman yang dapat digunakan untuk menjaga stabilitas lereng dan erosi permukaan
meliputi rerumputan, palawija, semak-semak, dan pepohonan. Masing-masing
mempunyai keuntungan dan kerugian sesuai dengan karakteristiknya.
1. Vegetated rock gabion
Vegetated Rock Gabion adalah salah satu metode dari soil bioengineering yang
mengkombinasikan antara kontruksi dengan vegetasi. Dengan adanya kombinasi antara
konstruksi dan vegetasi maka metode ini akan memberikan ketahanan yang lebih baik
dalam menanggulangi longsoran tanah akibat erosi permukaan maupun pengikisan tanah
yang disebabkan oleh arus sungai. Gabion (bronjong) adalah kerangka berbentuk
bujursangkar yang terbuat dari kawat besi atau kawat berlapis vinyl (plastik elastis yang
kuat) dan berisikan batu-batu berukuran kecil sampai sedang (coarse agregate dan gravel).
Gabion-gabion tersebut disusun dan dipasang di tepi lereng atau tepi aliran sungai sebagai
kerangka tumpuan atau dinding samping yang berbentuk seperti anak tangga. Tumbuhan
dan cabang-cabang hidup ditempatkan didalam kerangka dan disetiap susunan gabion
tersebut. Cabang-cabang ini akan mulai berakar dan bertumbuh didalam gabion dan pada
tanah dibelakang kerangka (backfill). Akar-akar itu pada akhirnya akan menyatukan
kerangka yang ada dan melekatkannya pada lereng. Vegetated rock gabion juga
menanggulangi pengikisan pada lereng tepi sungai akibat arus sungai.

2. Contour Wattling / Live Fascines / Anyaman Vegetasi


Live fascine adalah salah satu metode soil bioengineering yang terdiri dari kumpulan
cabang hidup tanaman yang diikat menjadi satu ikatan berkas (bundles), dimana bundles
tersebut ditanam dalam suatu galian tanah berbentuk parit yang dangkal yang terletak pada
lereng. Vegetasi yang ada didalam bundles tersebut akan bertumbuh dan akar-akarnya akan
menyebar dan menjalar didalam tanah yang akan memperkuat tanah dan melindungi
lereng dari erosi.

3. Brush Layering
Brush Layering adalah salah satu metode untuk mengurangi erosi permukaan yaitu dengan
cara menanam tanaman di sepanjang dinding lereng, dan dibagi beberapa lapisan.
Penanaman brush layer terdiri dari bahan tanaman yang memiliki ranting yang cukup
banyak atau rerumputan yang memiliki batang cukup panjang yang ditempatkan pada
permukaan lereng sepanjang parit-parit yang telah digali sepanjang kontur-kontur lereng.

Kesimpulan
 Sistem Soil Bioengineering adalah system perbaikan alam yang tidak mutlak
jumlah pekerja yang relatif minimal menyebabkan kerusakan lahan yang minimal
pula pada saat pelaksanaan. Dengan demikian soil bioengineering cocok digunakan
pada area atau lahan dimana estetika, kesuburan lahan, dan habitat hewan menjadi
prioritas yang penting.
 Penerapan soil bioengineering memerlukan media lahan yang baik dan subur. Oleh
sebab itu soil bioengineering tidak dapat diterapkan pada lahan dengan tanah
berbatu, sangat berpasir, tergenang air terus menerus.

Pemukiman

Ciri dari permukiman kumuh adalah permukiman dengan tingkat hunian dan
kepadatan bangunan yang sangat
tinggi, bangunan tidak teratur, kualitas rumah yang sangat rendah. Selain itu tidak
memadainya prasarana dan sarana dasar seperti air minum, jalan, air limbah
dan sampah.

Lingkungan permukiman merupakan sistem yang terdiri dari lima elemen, yaitu :

a. Nature
(unsur alam) , mencakup sumber-sumber daya alam seperti geologi,
topografi,hidrologi, tanah, iklim, dan unsur hayati seperti vegetasi dan fauna.

b. Man
(manusia), mencakup segala kebutuhan pribadinya, seperti kebutuhan
biologis,emosional, nilai-nilai moral, perasaan dan persepsinya.

c. Society
(masyarakat), manusia sebagai bagian dari masyarakatnya.
d. Shell
(lindungan), tempat dimana manusia sebagai individu dan kelompok melakukan
kegiatan dan kehidupannya.

e. Network
(jejaring), merupakan sistem alami atau yang dibuat manusia untukmenunjang
berfungsinya lingkungan permukimannya, seperti jalan, jaringan air bersih,
listrik,telepon, sistem persampahan dan lain sebagainya
Untuk memperoleh konsep penataan yang bercirikan budaya sungai maka
diperlukan faktor- faktor pengikat kehidupan tepi sungai dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan pola permukiman yang telah dibahas dalam analisis seb
elumnya. Kedua faktor ini dianalisa dengan dengan alat analisa unsur permukiman
dari Doxiadis (1971) hingga diperoleh beberapa kriteria penataan untuk
menampilkan kekhasan pemukiman tepi sungai :

a. Menghidupkan transportasi sungai, meliputi penyediaan sarana


dan prasarananya.

b. Menghidupkan kegiatan ekonomi di sungai dengan cara meletakkan simpul-


simpul pasar diantara beberapa permukiman pinggir sungai.

 Menata permukiman dengan mempertimbangkan :


 Orientasi kawasan tertuju ke sungai
 Fasade bangunan ke arah sungai
 Aksesebilitas dua arah, dari sungai ke darat dan dari darat ke sungai
 Ada hubungan antara jalan darat beserta fasilitas publiknya dengan sungai
 Tampilan sungai terlihat dari daratan

c. Memperbaiki sanitasi lingkungan menggunakan teknik baru dengan


masihmempertimbangkan kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi dengan
sungai.

d. Menghentikan pertumbuhan permukiman baru di tepi sungai

e. Membongkar bangunan ilegal dan berumur kurang dari 50 tahun untuk


dipindahkanke tempat lain atau diberikan solusi dengan permukiman lantingg.

f. Menjaga ekosistem sungai dengan cara mengendaikan :

 Sedimentasi sungai
 Kebersihan sungai
Bantaran sungai
Berdasarkan proyek waterfront redevelopment di berbagai negara tersebut,
untuk menjadikan bantaran sungai sebagai ruang yang aktif, maka antaran sungai
dapat dijadikan pusat atraksi kota, tempat bersosialisasi masyarakat, dan tempat
rekreasi masyarakat. Sungai Ciliwung merupakan sungai yang berada di tengah
kota Jakarta, sehingga menjadikan sungai Ciliwung sebagai salah satu focal point
dari daya tarik kota pun menjadi penting. Kota Jakarta sebagai ibu kota negara
Indonesia saat ini kondisinya semakin padat sehingga kurangnya lahan hijau pada
kota Jakarta. Sehingga proyek redevelopment kawasan Kampung Melayu ini
diharapkan mampu menambah ruang terbuka hijau di kota Jakarta ini sehingga
dapat menjadi salah satu paru-paru kota dan sebagai penyejuk udara kota. aman
Kota harus dapat menjadi pusat interaksi masyarakat. Taman kota dirancang
dengan lebar 30 meter sepanjang pinggir sungai berfungsi sebagai garis sepadan
sungai untuk mengurangi resiko banjir pada permukiman warga, dan taman kota
juga diharapkan mampu menjadi ruang publik yang aktif. kota, maka perlu
dirancang berbagai aktifitas serta fasilitasnya, seperti:
a. Promenade
Promenade yang berfungsi sebagai area pedestrian yang lebar diharapkan dapat
menampung semua aktifitas masyarakat Promenade yang berfungsi sebagai publik
open space, dapat menjadi sarana ber-sosialisasi masyarakat. Promenade dengan
konsep lower promenade menjadikan pro-menade ini sebagai area untuk dapat
menikmati suasana Ciliwung dan sekaligus dibatasi oleh tembok yang berfungsi
sebagai tanggul.
b. Public Sport Area
Taman kota juga difungsikan sebagai sarana ruang olahraga publik. Hal ini guna
menunjang sarana ruang publik yang aktif sehingga tidak menjadi area negatif.
c. Public Art
Sebagai sarana untuk melestarikan seni budaya dan untuk meningkatkan seni,
maka pada taman kota juga dijadikan sebagai public art.
d. Public trade fair
Sebagai penarik pengunjung dan guna melestarikan keaktifan dari taman kota,
maka taman kota dapat dijadikan sebagai tempat pekan raya berupa plaza yang luas.

Ekowisata

http://repository.ipb.ac.id/discover?rpp=10&etal=0&query=Penyadaran+masyarak
at+banjir&group_by=none&page=3

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/41643

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/85155/A16dhi.pdf?sequence=1&i
sAllowed=y

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/89285/E17ein.pdf?sequence=1&is
Allowed=y

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/80772/A16dae.pdf?sequence=1&i
sAllowed=y

http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43810/1/2009run.pdf

Partisipasi Masyarakat
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/67456/I13lrr.pdf?sequence=1&is
Allowed=y

Bangunan Sedimen
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/76263/JTH-Vol.5-
No.2.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di
mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki
situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi
apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40649/Bab%205%202006dsi.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jli/article/viewFile/17911/ulfa
http://digilib.uin-suka.ac.id/17411/2/1320012037_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf

https://www.academia.edu/19939612/Tugas_Pemberdayaan_Masyarakat

file:///C:/Users/HP/Downloads/7-9-1-SM.pdf

Kali Code Miliki Program Women in River Edupark.


http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/06/11/ord4uw383-kali-code-
miliki-program-women-in-river-edupark

http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-12-1/12-miu-12-1-saona-
revisi.pdf/pdf/12-miu-12-1-saona-revisi.pdf

https://www.selasar.com/jurnal/41089/Wisata-Ekologi-dan-Upaya-Merawat-Kali-Code

http://krjogja.com/web/news/read/43680/UGM_Gencarkan_Gerakan_Restorasi_Sungai_
di_Code

Ibu Menanam Tanaman Obat dan Bumbu Dapur.

Anda mungkin juga menyukai