Anda di halaman 1dari 8

EROSI PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI

TUGAS MATAKULIAH :
PENGELOLAAN WILAYAH SUNGAI

Disusun oleh:

MARIA (2022311204)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS FLORES
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ende, Juni 2023

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi


oleh pembatas topografi (punggung bukit) di mana air yang berasal dari
air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. DAS menerima,
menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai.
Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal
dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Air pada
DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara
alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari
permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali
lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan
(sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan
dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup.

Suatu DAS dapat dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan


pembangunan, misalnya untuk areal pertanian, perkebunan, perikanan,
permukiman, pembangunan PLTA, pemanfaatan hasil hutan kayu dan
sebagainya. Semua kegiatan tersebut akhirnya adalah untuk memenuhi
kepentingan manusia, khususnya peningkatan kesejahteraan. Namun
demikian hal yang harus diperhatikan adalah berbagai kegiatan tersebut
dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang jika tidak ditangani
dengan baik akan menyebabkan penurunan tingkat produksi, baik
produksi pada masing-masing sektor maupun pada tingkat DAS. Salah
satu permasalahan yang sering terjadi pada DAS di Indonesia adalah
longsor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang ada maka yang menjadi rumusan
masalah adalah sebagai berikut

3
1) Apa penyebab terjadinya longsor pada DAS?
2) Apa solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi
longsor pada DAS?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Menjelaskan penyebab terjadinya longsor pada DAS.
2) Menjelaskan solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
mengatasi longsor pada DAS

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Longsor Daerah Aliran Sungai


Longsor merupakan salah satu faktor penyebab rusaknya DAS.
Biasanya, longsor terjadi lantaran kemiringan lereng terlalu tinggi, serta
pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, longsor
juga bisa dipicu oleh faktor alam, seperti curah hujan yang tinggi.
Di Indonesia bencana alam berupa longsor bisa dijumpai hampir
disetiap Daerah Aliran Sungai (DAS) utamanya pada bagian hulu DAS.
Salah satu penyebab terjadinya longsor yaitu kondisi topografi yang sangat
curam. Keadaan ini sesuai dengan keadaan hulu DAS yang memiliki
kelerengan yang sangat curam. Hal tersebut juga diperparah oleh aktivitas
manusia yang berada di dalam DAS. Aktivitas manusia seperti
pengembangan permukiman, perindustrian, pemekaran wilayah
administrasi, alih fungsi kawasan hutan dapat meningkatkan lahan terbuka,
ketidakstabilan lereng dan vegetasi semakin berkurang serta rendahnya
penerapan teknik konservasi tanah dan air.
Salah satu contoh tanah longsor yang disebabkan oleh hujan deras
dengan intensitas tinggi dapat dilihat di Kecamatan Tanete Rilau dan
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, walaupun tidak merenggut
korban jiwa tapi rumah warga dan jalan-jalan tertimbun oleh tanah.
Longsor akan terjadi pada saat atau setelah hujan, jika air telah cukup
untuk menjenuhi tanah dan terdapat bidang luncur, hal tersebut yang
membuat tanah tergelicir mengikuti lereng dan keluar dari lereng.
Permukiman di sekitar DAS yang terlalu padat

2.2 Solusi untuk Mencegah dan Mengatasi Longsor Pada DAS


Adapun solusi-solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
mengatasi longsor pada daerah aliran sungai diantaranya :
1. Konservasi mekanis
Konservasi ini dilakukan langsung oleh manusia dengan merealisasikan

5
sejumlah hal yang bersifat teknis, seperti membangun retaining wall
(dinding penahan tanah). Retaining wall adalah konstruksi berbentuk
dinding yang digunakan untuk menjaga kestabilan agar bidang tanah tidak
bergeser atau longsor. Bentuk dan struktur dari bidang konstruksi ini
dibuat solid sehingga tanah dapat ditahan dengan baik. Salah satu jenis
retaining wall diantaranya Gabion Retaining Walls (Kawat Bronjong) atau
yang biasa disebut dengan tembok bronjong. Tembok Bronjong adalah
kumpulan blok yang terbuat dari kawat bronjong yang berisikan batu-batu
yang terbelah. Batuan terbelah ini merupakan komponen utama dalam
pembuatan retaining wall. Penggunaan bongkahan batu ini bisa juga
digunakan untuk memudahkan resapan air yang masuk ke dalam tanah.
Jenis yang lainnya berupa revetment retaining wall yang merupakan jenis
penahan dinding yang sering digunakan untuk menahan tanah pada
pinggiran pantai atau tepi sungai. Tujuan penggunaan penahan dinding
pada pinggiran pantai atau tepi sungai itu dilakukan untuk memperkuat
tanah pada lahan miring.
2. Konservasi vegetatif
Konservasi ini dilakukan melalui perantaraan tanaman.
1) Reboisasi – Sebisa mungkin melakukan upaya penghijauan hutan
kembali di daerah yang tandus. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kapasitas resapan air dalam dan dapat memperkecil kapasitas aliran air
hujan yang jatuh di permukaan bumi. Akar- akar pohon sangat berguna
untuk membuat struktur tanah menjadi lebih kuat, sehingga tidak mudah
terjadi longsor. Selain itu, akar-akar pohon ini juga memiliki kemampuan
untuk menyerap air dan menyimpannya di dalam tanah, sehingga
mengurangi air tanah yang mengalir dan merusak struktur tanah yang
memicu terjadinya longsor.
2) Mencegah Kebakaran Hutan – Hal ini dilakukan agar tidak merusak
kesuburan tanah dan hilangnya humus di permukaan tanah agar tanah
tetap dapat menyerap air dengan baik sehingga air tidak terlalu banyak
yang mengalir di sungai dan menimbulkan sedimentasi.
3) Mencegah Penebangan Hutan Liar – Usaha mencegah penebangan

6
hutan secara liar ini selain bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan
juga untuk menjaga humus agar tanah tidak terjadi kepadatan.
3. Konservasi edukasi
1) Penyuluhan – Melakukan penyuluhan terhadap warga masyarakat
sekitar akan pentingnya menjaga kebersihan sungai agar tidak terjadi
pencemaran sungai yang akan memberikan dampak buruk dikemudian
hari dan sebisa mungkin untuk tidak membuang sampah disungai
karena selain akan menyebabkan sedimentasi juga dapat menyebabkan
ekosistem air akan punah.
2) Sosialisasi – Upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah untuk
menyampaikan tentang bahaya longsor kepada masyarakat dan cara-
cara menanggulanginya ketika terjadi longsor.
3) Pelarangan/ Law reinforcement mengenai pembangunan pemukimam
di daerah tepi sungai yang rawan terhadap longsor.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
1. Longsor disebabkan oleh kondisi topograsi yang curam, tingginya
intensitas curah hujan, dan diperburuk oleh perilaku manusia seperti
adanya pembangunan pemukiman pada daerah tepi sungai
2. Solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi longsor
diantaranya dengan melakukan konservasi mekanis (pembangunan
dinding penahan tanah), konservasi vegetatif (reboisasi), dan
konservasi edukasi (penyuluhan) .

Anda mungkin juga menyukai