NPM : 18210013
Ragam Wilayah A Lahan Kering & Saluran Air ( Sungai)
Tampak Fisik – Tipologi Wilayah
Lahannya kering masam Lahan yang banyak dimanfaatkan di Indonesia untuk pertanian
adalah lahan kering masam. Maksudnya lahan kering dengan pH tanah kurang dari 7. Secara
nasional sebaran lahan kering masam tersebut sangat dominan untuk pengembangan tanaman
pangan dan tanaman tahunan. Lahan kering masam adalah lahan kering yang mempunyai
reaksi tanah masam dengan pH < 5. Dalam klasifikasi tanah skala 1:1.000.000, lahan kering
masam ini dijumpai pada ordo tanah yang telah mengalami perkembangan tanah lanjut atau
tanah muda atau baru berkembang atau tanah dari bahan induk sedimen dan volkan tua, dan
atau tanah lainnya dengan kejenuhan basa rendah < 50% (dystrik) dan regim kelembaban
tanah udik atau curah hujan > 2.000 mm per tahun. Curah hujan berkorelasi dengan
kemasaman tanah, makin tinggi curah hujan makin tinggi tingkat pelapukan tanah. Tanah
yang terbentuk di daerah iklim tropika basah (humid), proses hancuran iklim (pelapukan) dan
pencucian hara (basa-basa) sangat intensif, akibatnya tanah menjadi masam dengan
kejenuhanbaa rendah dan kejenuhan aluminium tinggi (Subagyo et al. 2000). Tanah di lahan
kering yang beriklim basah umumnya termasuk pada tanah Podsolik Merah Kuning (Dudal
and Soepraptohardjo 1957) atau termasuk pada Ultisols, Oxsisols, dan Inceptisols (Soil
Survey Staff 1999). Secara umum lahan kering masam ini mempunyai tingkat kesuburan dan
produktivitas lahan rendah. Untuk mencapai produktivitas optimal diperlukan input yang
cukup tinggi.
Kendala biofisika lahan kering masam adalah lahan kering yang mempunyai tanah
bereaksi masam dengan pH < 5, kejenuhan basa < 50% (dystrik), kadar aluminium
tinggi, tekstur klei, dan regim kelembaban tanah udik atau curah hujan > 2.000 mm
per tahun (Subagyo et al., 2004).
Transek : upenarikan garis tegak lurus kontur pada bahan induk dan fisiografi lahan
yang sama dari satuan peta tanah (SPT).
Faktor Dominan
Produktivitas lahan kering masam tergolong rendah dan memerlukan sentuhan
teknologi yang spesifik lokasi, mampu diterapkan petani serta secara ekonomis
mampu memberikan keuntungan kepada petani. Pemanfaatan lahan kering masam
juga terhambat oleh kondisi petani yang umumnya belum bisa mengakses teknologi
yang diinovasikan terkait dengan kondisi perekonomiannya yang masih lemah.
Sebagai sumberdaya lahan yang sebarannya sangat luas, lahan kering masam
berpotensi sebagai sentra pengembangan pertanian melalui partisipasi yang lebih
intensif dari semua pihak terkait. Rumusan paket teknologi spesifik lokasi, efesien
dan efektif dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani menjadi kunci
keberhasilan pemanfaatan lahan kering masam. Inovasi teknologi tersebut perlu
diiringi dengan peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi teknologi dan
kemampuan petani dalam mengakses teknologi yang diintroduksikan.
Tampak Fisik :
Aliran sungai berbelok-belok tajam (meandering), sungai yang alirannya berkelok-kelok atau
berbelok-belok. Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan
sedimen kuat. Erosi horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal, perbedaan ini
semakin besar pada waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering berpindah tempat
secara mendatar
Transek : Jalur
Tipologi Wilayah : Perencanaan Dipilih rute alur terbaik dengan memperhatikan rute
sepanjang alur yang ada, Jika perlu, agar dibandingkan dengan alternatif lain, yaitu :
penggalian sungai baru (dengan pertimbangan topografis, geologis, tata guna lahan
saat ini dan rencana diwaktu yang akan datang, dll).
Kondisi Biofisik: Kelembagaan yang efektif seharusnya mampu merefleksikan
keterkaitan lingkungan biofisik dan sosial ekonomi dimana lembaga tersebut
beroperasi. Apabila aktifitas pengelolaan di bagian hulu DAS akan menimbulkan
dampak yang nyata pada lingkungan biofisik dan/atau sosial ekonomi di bagian hilir
dari DAS yang sama, maka perlu adanya desentralisasi pengelolaan DAS yang
melibatkan bagian hulu dan hilir sebagai satu kesatuan perencanaan dan pengelolaan.
Faktor Dominan : Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besarnya debit air larian
di antaranya adalah curah hujan, tutupan lahan, kemiringan lereng, bentuk wilayah
DAS, serta kerapatan sungai wilayah DAS.
Ragam Wilayah B
Pantai atau pesisir (Inggris: beach) adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri
dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara
daratan dan perairan laut. Kawasan pantai berbeda dengan pesisir walaupun antara
keduanya saling berkaitan. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai
yang merupakan daerah teritorial suatu negara. Menurut koreksi PBB tahun 2008,
Indonesia merupakan negara dengan garis Pantai terpanjang keempat di dunia
setelah Amerika Serikat (USA), Kanada dan Rusia. Panjang garis pantai Indonesia
tercatat sebesar 95.181 km.
Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air
laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu pengikisan pantai
oleh hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal daratan. Ada beberapa
langkah penting yang bisa dilakukan dalam mengamankan garis pantai seperti pemecah
gelombang dan pengembangan vegetasi di pantai. Untuk mengatasi abrasi/penggerusan garis
pantai dari gelombang/ombak dapat digunakan pemecah gelombang yang berfungsi untuk
memantulkan kembali energi gelombang. Berbagai cara yang ditempuh untuk memecahkan
gelombang di antaranya dengan menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton
pada jarak tertentu dari garis pantai. Hutan bakau dapat membantu mengatasi gelombang
serta sekaligus bermanfaat untuk kehidupan binatang serta tempat berkembang biak ikan-ikan
tertentu. Hutan bakau disebagian besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang
pada gilirannya akan menggerus pantai. Terumbu karang juga merupakan pemecah
gelombang alami, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam
mempertahankan garis pantai.
Ragam Wilayah C
Bar adalah gosong-gosong pasir penghalang gelombang yang terbentuk oleh endapan
dari gelombang dan arus. Bar merupakan bagian dari beach, yang tampak pada saat
air surut. Bar diberi nama sesuai dengan tempat terjadinya. Bay Mouth
Bar ialah bar yang terbentuk dan berpangkal dari tanjung yang satu ke tanjung yang
lain di mulut teluk. Arus yang berhasil masuk ke dalam teluk membentuk Bay Head
Bar dan Mid Bay Bar.Cuspate Bar dan Looped Bar; adalah bar yang berbukit yang
juga dibangun oleh arus. Sebuah Cuspate Foreland menyerupai Cuspate Bar, hanya di
situ tidak mempunyai lagoon, karena semua materi-materi mengendap
membentuk beach. Off Shore Bars yang berbeda-beda di dalam jumlahnya, biasanya
hanya merupakan suatu lajur (gosong) pasir yang muncul di atas permukaan laut pada
saat laut surut. Di suatu daerah yang luas off shore bars terdiri dari dua atau tiga mil,
dipisahkan oleh bukit-bukit pantai (beach ridges) dan bukit-bukit pasir (sand dunes).
Adalah lumrah bila diketemukan dua atau lebih dari dua bars berkembang sejajar
dengan pantai. Bars yang lebih dalam terbentuk pertama kali oleh gelombang yang
lemah yang dapat maju lebih jauh ke arah (bagian) laut yang lebih dangkal.
Muara sungai, atau ringkasnya muara adalah wilayah badan air tempat masuknya satu
atau lebih sungai ke laut, samudra, danau, bendungan, atau bahkan sungai lain yang
lebih besar. Di wilayah pesisir, muara sungai sangat terpengaruh oleh kondisi air
daratan seperti aliran air tawar dan sedimen, serta air lautan seperti pasang-surut,
gelombang, dan masuknya air asin ke darat. Bergantung pada lokasi dan kondisi
lingkungannya, muara dapat mengandung banyak relung ekologis dalam area kecil,
dan begitu juga terkait dengan tingginya keanekaragaman hayati. Muara sungai-
sungai besar dapat membentuk estuaria dan juga delta.
Sebagai ekosistem, banyak muara-muara sungai yang lingkungannya terancam oleh aktivitas
manusia seperti polusi dan penangkapan ikan secara berlebihan. Karena cocok sebagai tempat
permukiman, lingkungan muara sungai populer sebagai tempat tinggal manusia. Dari 32 kota
terbesar di dunia, 22 di antaranya terletak di Muara.
Transek quadran, dengan jarak antar stasiun yaitu 10 meter dan antar kuadrat dengan
jarak 1 meter muara sungai.
Factor dominan adalah terdapat proses sedimentasi di bagian delta.
Ragam Wilayah D
Danau tapal kuda oxbow lake merupakan penciri tingkat erosi. Oxbow lake danau
tapal kuda. Oxbow lake danau tapal kuda. Danau tapal kuda atau oxbow lake
merupakan danau yang dihasilkan bila sungai yang berkelok kelok atau sungai
meander melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan
potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda.
Pemisahan yang akhirnya memotong (cut-off) "neck" dari sungai akan meninggalkan lekukan
sungai tersebut yang kemudian akan terbentuk oxbow lake. Air di dalam oxbow lake tidak
lagi dialiri oleh air sungai, sehingga debit air di dalam oxbow lake akan tetap. Dalam waktu
yang lama air dalam danau akan menjadi asam karena tidak ada sirkulasi air. Akhirnya
oxbow lake seakan-akan membentuk seperti kolam . Oxbow lake atau danau tapal kuda
merupakan danau yang terbentuk bila sungai yang berkelok kelok atau sungai meander
melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan potongan yang
akhirnya membentuk danau tapal kuda. Adalah danau yang terjadi dari sungai yang dahulu
belok lalu menerobos. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi
dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander.
Merupakan danau yang terjadi dari sungai yang dahulu belok lalu menerobos. Danau tapal
kuda oxbow lake oxbow lake ini terbentuk akibat sebuah proses sedimentasi yang terus
menerus di meander sungai. Oxbow lake atau danau tapal kuda merupakan danau yang
terbentuk bila sungai yang berkelok kelok atau sungai meander melintasi daratan mengambil
jalan pintas dan meninggalkan potongan potongan yang akhirnya membentuk danau tapal
kuda. Abrasi yang biasa disebut dengan erosi gelombang laut atau erosi marin adalah proses
pengikisan pantai oleh gelombang laut. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai
akibat dari erosi dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai. Akibat dari proses pengendapan
material sedimen akan memotong alur sungai yang sehingga menjadi lurus.
Merupakan sungai berliku yang lama lama bisa membentuk sebuah oxbow lake. Oxbow lake
atau danau tapal kuda merupakan danau yang terbentuk bila sungai yang berkelok kelok atau
sungai meander melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan
potongan yang akhirnya membentuk danau tapal kuda. Abrasi yang biasa disebut dengan
erosi gelombang laut erosi marin merupakan suatu proses pengikisan pantai oleh karena
gelombang laut. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi dan
sedimentasi dari tanah disekitar sungai.
Ragam Wilayah E
Gumuk Pasir (sand dunes) merupakan bentukan alam berupa gundukan-gundukan
pasir menyerupai bukit akibat pergerakan angin (eolean). Gumuk pasir umumnya
terbentuk di daerah gurun, namun di Indonesia yang merupakan iklim tropis dengan
curah hujan yang tinggi memiliki gumuk pasir yang menjadikan keunikan tersendiri
(Sunarto, 2014). Syarat terjadinya gumuk pasir adalah pantai yang landai, adanya
pasir sebagai pemasok material, gelombang laut mampu menghempaskan pasir dari
laut ke darat, arus di sepanjang pantai kuat, serta adanya perbedaan tegas antara
musim kemarau dan musim hujan.
Proses geomorfologi suatu wilayah di permukaan Bumi dipengaruhi oleh tenaga-tenaga
tertentu yang dapat menghasilkan kenampakan geomorfologi yang bervariasi. Angin dengan
kecepatan tertentu yang terjadi pada permukaan tanah dapat menghembuskan material-
material lepas dan memindahkannya ke lokasi lain. Salah satu hasil proses geomorfologi
yang berhubungan dengan aktivitas angin adalah terbentuknya gumukpasir. Gumukpasir
(Sanddunes) secara geomorfologis diartikan sebagai gundukan material pasir yang terangkut
oleh angin dan terendapkan setelah kekuatan tiupan angin berkurang atau akibat terhalang
oleh adanya rintangan yang umumnya vegetasi (Sunarto, 2014). Endapan gumukpasir tepi
pantai akan berasosiasi dengan garis pantai yang relatif lurus, dataran pantai yang landai
dengan sungai utama yang merupakan pembawa pasir (Pettijohn, 1973 dalam Rujito, 2001).
Deflasi pasir merupakan suatu proses geomorfologi utama di daerah gumukpasir yang
memiliki angin yang bertiup dengan kuat. Deflasi adalah pergerakan debu dan pasir oleh
aktivitas angin (Cooke dan Doornkamp, 1982 dalam Aprilia, 2003). Proses deflasi pasir pada
berbagai tipe gumukpasir berbeda tergantung pada faktor-faktor yang menyertainya yaitu
kecepatan dan arah angin, kerapatan vegetasi dan pasokan material pasir.
Ragam Wilayah F
Karst Karst adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya
dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan,
dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu
gamping. Proses pembentukan karst Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan
terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit
seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di
basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua
(favourable). Daerah ini disebut karst asli. Daerah karst dapat juga terbentuk oleh
proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan
pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah
bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok
adalah pseudokarst (karst palsu).
Ekosistem karst Ekosistem karst memiliki keunikan, baik secara fisik, maupun dalam aspek
keanekaragaman hayati. [sunting] Biota gua Belum banyak jenis biota gua Indonesia yang
diungkapkan. Baru beberapa jenis udang gua (Macrobrachium poeti), kalajengking gua dari
Maros (Chaerilus sabinae), kepiting gua buta (Cancrocaeca xenomorpha), kepiting mata kecil
(Sesarmoides emdi), isopoda gua (Cirolana marosina), Anthura munae, kumbang gua (Eustra
saripaensis), Mateullius troglobiticus, Speonoterus bedosae, ekorpegas gua (Pseudosinella
maros), Stenasellus covillae, S. stocki, S. monodi, dan S. javanicus dari karst Cibinong.
Kawasan karst atau gunung gamping merupakan kawasan yang unik serta kaya akan sumber
daya hayati dan non hayati. Indonesia mempunyai kawasan karst seluas 20% dari total
wilayahnya. Salah satu kawasan karst di Indonesia yang dikenal sebagai Gunung Sewu
pernah didengungkan akan dicalonkan sebagai salah satu Warisan Dunia (World Heritage)
karena keunikannya. Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen, dengan
eksplorasi yang tidak bijaksana, lambat laun warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan
tahun ini akan hilang dan hanya menjadi cerita anak cucu kita kelak, jika kita tidak ikut
membantu melestarikannya. Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari
bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah krst / krast’ yang merupakan nama suatu
kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste . Ciri-ciri
daerah karst antara lain : Daerahnya berupa cekungan-cekungan, Terdapat bukit-bukit kecil,
Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah, Adanya
sungai-sungai di bawah permukaan tanah, Adanya endapan sedimen lempung berwama
merah hasil dari pelapukan batu gamping, Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-
lubang dan runcing.
Ragam Wilayah G
Lembah adalah wilayah bentang alam yang dikelilingi
oleh pegunungan atau perbukitan yang luasnya dari beberapa kilometer persegi
sampai mencapai ribuan kilometer persegi. Lembah dapat terbentuk dari beberapa
proses geologis, salah satunya adalah proses pengikisan tanah secara bertahap oleh air
dan angin. Lembah gletser yang umumnya berbentuk-U terbentuk puluhan ribu tahun
yang lalu akibat erosi gletser. Selain berbentuk-U, lembah juga dapat berbentuk-V.
Beberapa lembah yang terkenal antara lain:Grand Canyon (Amerika Serikat), Death
Valley (Amerika Serikat), Lembah Indus (Pakistan), Ngarai Sianok (Sumatra Barat,
Indonesia), Lembah Baliem (Papua)
Siklus hidrologi atau daur air yang dikenal juga dengan istilah siklus air adalah
sirkulasi air yang menggambarkan pergerakan molekul air (H2O) dari atmosfer ke
bumi dan sebaliknya, yang tidak pernah berhenti sehingga membentuk rangkaian
melingkar perjalanan molekul air di bumi yang disebut siklus.Untuk menjaga siklus
hidrologi agar komponen utamanya dapat bekerja sebagaimana mestinya, maka perlu
dipertahankan kesetimbangan melalui proses pengisian air hujan dengan
meresapkannya ke dalam pori-pori/rongga tanah, batuan atau yang disebut dengan
upaya konservasi air. Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah atau
meminimalkan air yang hilang sebagai aliran permukaan dan menyimpannya
semaksimal mungkin ke dalam tubuh bumi. Pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
Ragam Wilayah H
Gunung berapi atau gunung api atau vulkan secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus. Gunung berapi di Bumi terbentuk dikarenakan
keraknya terpecah menjadi 17 lempeng tektonik utama yang kaku yang mengambang
di atas lapisan mantel yang lebih panas dan lunak. Oleh karena itu, gunung berapi di
Bumi sering ditemukan di batas divergen dan konvergen dari lempeng tektonik.
Gunung berapi biasanya tidak terbentuk di wilayah dua lempeng tektonik bergeser
satu sama lain.
Bahaya dari debu vulkanik adalah terhadap penerbangan khususnya pesawat jet karena debu
tersebut dapat merusak turbin dari mesin jet. Letusan besar dapat mempengaruhi suhu
dikarenakan asap dan butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan dapat
menghalangi matahari dan mendinginkan bagian bawah atmosfer bumi seperti troposfer,
tetapi material tersebut juga dapat menyerap panas yang dipancarkan dari bumi sehingga
memanaskan stratosfer. Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi
yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api
Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara
dua lempengan tektonik dan lebih, dimana Lempeng Pasifik saling bergesek dengan
lempeng-lempeng tetangganya. Gunung berapi dapat dijumpai dalam beberapa bentuk
sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah fase menjadi separuh
aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Namun gunung berapi mampu
istirahat dalam waktu yang sangat lama, lebih dari ribuan tahun sebelum berubah menjadi
aktif kembali.
Letusan gunung berapi terjadi apabila magma naik melintasi kerak bumi dan muncul di atas
permukaan. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magma
di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lava, dimana lava ini dapat berubah
menjadi lahar setelah mengalir dan bercampur dengan material-material di permukaan bumi.
Selain dari aliran lava, kehancuran yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
Ilmu yang mempelajari gunung berapi dinamakan Vulkanologi, dimana ilmu ini mempelajari
letusan gunung berapi untuk tujuan memperkirakan kemungkinan letusan yang bisa terjadi
dari suatu gunung berapi, sehingga dampak negatif letusan gunung berapi dapat ditekan.
Wilayah pembentukannya Gunung berapi di Bumi terbentuk dari aktivitas lempeng
tektonik di kerak yang saling bergesekan dan menekan satu sama lain. Oleh karenanya
gunung berapi banyak ditemukan dekat dengan perbatasan lempeng tektonik. Secara
geologis, Wilayah dimana gunung berapi terbentuk dibagi tiga, yaitu: batas divergen antar
lempeng, batas konvergen antar lempeng, dan titik panas.
Factor dominan Terdapat beberapa peristiwa yang merupakan akibat dari erupsi
gunung berapi, seperti aliran piroklastik, lahar, dan emisi karbon dioksida. Aktivitas
vulkanik juga menyebabkan beberapa peristiwa lain seperti gempa
bumi, fumarol, kolam lumpur, dan geiser. Beberapa peristiwa tersebut seringkali
memberikan dampak buruk secara langsung bagi aktivitas manusia.
Ragam Wilayah I
Di Indonesia, pada 1990-an, saluran drainase besar digali di lahan gambut dan
dikeringkan. Pembangunan skala besar telah berkembang, dan tanah telah mengering
dan permukaan air tanah telah turun tajam. Karena alas an ini, kebakaran hutan lebih
mungkin terjadi di lahan gambut. Sejumlah besar karbon dioksida dilepaskan karena
kebakaran di hutan gambut Flark menyimpan hingga 20 kali lebih banyak karbon
daripada tanah non-gambut. Hutan gambut menyimpan karbon berkali-kali lebih
banyak daripada hutan tropis biasa, dengan sebagaian besar karbon berada di bawah
tanah. Namun, begitu kebakaran hutan terjadi, hilangnya hutan gambut melepaskan
sejumlah besar karbon dioksida ke atmosfer.
Ekosistem Flark juga rapuh. Terganggunya tepian gambut berbentuk kubah (peat dome) di
tengah lahan basah dapat mempengaruhi hidrologi seluruh bentang alam. Sering dilakukan
sebagai persiapan untuk pertanian industry, Ketika vegetasi alami di tanah dibersihkan dan
kubah dairi, tanah gambut cepat kering dan menjadi sangat mudah kebakar. Kebakaran
meningkat karena pengembangan dan pengeringan.
Peta adalah gambaran permukaan bumi yang ditampilkan pada suatu bidang datar
dengan skala tertentu. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai
dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar
komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain
penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau
sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan
skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga
dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta
mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan
yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.
Tipologi Wilayah : Batas-batas wilayah sebagian besar didasarkan pada cekungan
drainase . Ini mengantisipasi tanggung jawab Resource Management Act
1991 . Sebagian besar batas wilayah sesuai dengan batas kewenangan teritorial tetapi
ada beberapa pengecualian. Contohnya adalah Kecamatan Taupo yang terbagi
menjadi empat wilayah, meskipun sebagian besar wilayahnya berada
di wilayah Waikato . Seringkali ada kerjasama tingkat tinggi antara dewan regional
dan teritorial karena mereka memiliki peran yang saling melengkapi.