Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN

Kondisi pertanian organik di Indonesia sebagian besar masih belum bisa meninggalkan

metode konvensional. Kurangnya kesadaran akan kelestarian lingkungan menjadi sebab pola

pikir petani yang masih belum bisa menerapkan pertanian organik di Indonesia. Petani masih

memiliki orientasi produksi jangka pendek yaitu hasil yang melimpah saat itu daripada

memikirkan dampak jangka panjangnya yaitu kerusakan lahan pertanian akibat semakin

terkikisnya unsur hara dan bahan organik di dalam tanah.

Menurut data IFOAM (2012), luas lahan pertanian organik di Indonesia meningkat dari

tahun 2007 hingga 2011. Tercatat pada tahun 2007 luas lahan pertanian organik, di Indonesia

hanya seluas 40.970 hektar, kemudian terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 409%

menjadi 208.535 hektar pada tahun 2008. Hingga pada 2011 luas lahan pertanian organik

sudah mencapai 225.063 hektar. Pertanian Organik semakin dikenal sebagai pertanian yang

bertujuan mengurangi dampak negatif pada lahan baik fisik kimia dan biologi, sehingga

produktivitas lahan dapat meningkat karena tidak menggunakan pestisida maka resistensi dan

persistensh hama penyakitnya berkurang.

Hal tersebut menyebabkan kesehatan agrockosistem, biodiversity, siklus biologi dan

aktivitas biologi tanah masih terjaga schingga kualitas lingkungan meningkat dilihat dari

keschatan masyarakat khususnya petani meningkat. Pertanian organik khususnya padi

memiliki potensi yang besar dalam mitigasi iklim.

Kemampuannya menyerap karbon di dalam tanah dapat menurunkan emisi gas rumah

kaca yang terjadi karena tidak adanya penggunaan pupuk sintetis dan bahan anorganik.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem pertanian organik mampu

memperbaiki karakteristik sifat fisik dan biologi tanah, tetapi belum mampu memperbaiki

sífat kimia tanah. Karakteristik sifat fisik tanah yang mampu diperbaíki dengan penerapan
sistem pertanian organik yaitu warna tanah menjadi kehitaman, menurunkan bulk density

tanah, meningkatkan total ruang porí tanah, dan meningkatkan permeabilitas tanah dari

kriteria agak lambat menjadi sedang (Margolang, Jamilah and Sembiring, 2015). Dampak di

dalam ekosistem pertanian terdiri dari:

1. Meningkatnya degradasi lahan (fisik, kimia dan biologis)

2. Meningkatnya residu pestisida dan gangguan serta resistensi hama penyakit dan

gulma

3. Berkurangnya keanekaragaman hayati, serta

4. Gangguan kesehatan masyarakat sebagai akibat dari pencemaran

Sedangkan dampak yang terjadi di luar ekosistem pertanian, adalah:

1. Meningkatnya gangguan kesehatan masyarakat konsumen karena pencemaran bahan-

bahan pangan yang diproduksi di dalam ekosistem pertanian

2. Terjadi ketidakadilan ekonomi karena adanya praktek monopoli dalam penyediaan

sarana produksi pertanian

3. Ketimpangan sosial antara petani dan komunitas di luar petani.

(Utami, 2001) Mengingat dampak diatas, kualitas lingkungan hidup merupakan kondisi

dan keadaan unsur-unsur atau komponen-komponen lingkungan hidup, baik komponen biotik

maupun komponen abiotik yang sesuai dengan spesifikasi


REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai