Anda di halaman 1dari 30

permasalahan sungai

Abstrak
Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju samudra, danau atau laut, atau kesungai
lain yang lebih besar. Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air,
sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.kegunaan sungai sangat beragam mulai dari
penyedian air minum, sumber irigasi, jalur lalu lintas, dan sumber material. Dengan adanya
eksploitasi sumberdaya yang ada disungai, hal ini memungkinkan terjadinya perubahan baik
secar bertahap maupun secara langsung. Dalam paper ini akan dibahas tentang permasalahan
permasalahna yang terjadi di daerah sungai, baik terjadi akibat alam maupun akibat
perbuatan manusia. Macam macam permasalahannya antara lain erosi, pencemaran sungai
akibat limbah industri maupun sampah, dan pengendapan atau sedimentasi.

Pendahuluan

Sungai merupakan jalan air alami mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke
sungai yang lain.Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke
dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara
yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang
besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke
anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air
biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan.
Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.

Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk
dijadikan objek wisata sungai.

Sungai dapat dibedakan menurut jumlah airnya :

1. Sungai permanen yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh
sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan.
Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2. Sungai periodik yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan
pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa
misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan
sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
3. Sungai intermittent atau sungai episodik yaitu sungai yang pada musim kemarau airnya
kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Kalada di pulau Sumba.
4. Sungai ephemeral yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada
hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim
hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

Permaslahan permasalahan sungai

1. Pencemaran sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri,
limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta
gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.Dampak pencemaran
sungaiPencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,
meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.
2. Erosi
Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh
kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yang berhembus
kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di dinding-dinding lembah. Erosi merupakan
proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia.
Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena faktor curah hujan, tekstur
tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi
yang tekstur tanahnya merupakan sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam
menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan
kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada
tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin,
air laut dan es.
3. Pendangkalan atau sedimentasi
Secara umum, pendangkalan sungai dapat terjadi karena adanya pengendapan partikel
padatan yang terbawa oleh arus sungai, seperti di kelokan sungai (meander), waduk atau dam,
ataupun muara sungai. Partikel ini bisa berupa padatan besar, seperti sampah, ranting, dan
lainnya. Namun, sumber utama partikel ini biasanya berupa partikel tanah sebagai akibat dari
erosi yang berlebihan di daerah hulu sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah
subur di permukaan dan melarutkannya yang kemudian akan terbawa ke sungai. Proses
transportasi partikel semacam ini disebut sebagai suspensi. Hasil partikel yang terbawa ini
biasanya akan berupa lumpur tanah dan kemudian tersedimentasi di dasar sungai.

Kesimpulan
Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai
yang lain.
Beberapa permasalahan yang terjadi di sungai antar lain, pencemaran sungai, erosi, dan
pendangkalan. Sehingga perlu diupayakan suatu tindakan yang dapat menyelamatkan sungai
dengan beberap rakyasa yang dapat di upayakan.
PENDAHULUAN
Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang bersifat mengalir, sehingga perlakuan air di hulu
akan member dampak di hilir. Pencemaran di hulu akan menyebabkan biaya social di hilir (extematily
effect) dan pelestarian di hulu akan bermanfaat di hilir. Sungai sangat bermanfaat bagi manusia dan
juga bermanfaat bagi biota air.Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk hidup lainnya.Perlu upaya pelestarian dan pengendalian air, untuk
menjaga kualitas air atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang dikehendaki. Pengelolaan kuaitas air
dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air
sehingga kualitas air memenuhi baku mutu. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh
manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi
kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Saat ini air menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius.Karena air telah tercemar
oleh limbah limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga untuk memperoleh air yang
baik sesuai dengan standar tertentu diperlukan biaya yang cukup mahal. Secara kualitas, sumber
daya air telah mengalami penurunan. Begitu pula secara kuantitas yang sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat.Makin banyak berita-berita mengenai
pencemaran sungai dari hari kehari. Pencemaran sungai ini terjadi dimana-mana. Krisis air juga
tejadi di hampir seluruh Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera, terutama di kota-kota besar
baik akibat pencemaran limbah cair industri, rumah tangga ataupun pertanian.

Pencemaran sungai di banyak wilayah di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya krisis air
bersih. Kurangnya kesadaran warga sekitar serta lemahnya pengawasan pemerintah dan
keengganan mereka untuk melakukan penegakan hukum yang benar menjadikan masalah
pencemaran sungai menjadi hal yang kronis yang semakin lama semakin parah.

Bahan Pencemar Air Sungai


Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi:

1. a) Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang
mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula tebu,
sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh-
tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampah sampah tersebut memerlukan
banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan
(sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati
kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein
(hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk
diminum atau untuk mandi.
2. b) Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar yang mengandung virus
dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri,
kolera, diare, types) atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga,
limbah rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
3. c) Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg),
kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa
logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun
dalam organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
4. d) Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yaitu senyawa
organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah
industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme,
sehingga akan menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan
makhluk hidup.
5. e) Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat, senyawa fosfat
dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air.
Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena
kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang
diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke dalam
air.
6. f) Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit kanker, merusak sel dan
jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah PLTN dan dari percobaan-
percobaan nuklir lainnya.
7. g) Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur akibat erosi pada tepi
sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang disemburkan oleh gunung berapi yang
meletus, menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang, dan air kurang
mampu mengasimilasi sampah.
8. h) Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah pembangkit tenaga
listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai pendingin. Bahan pencemar panas ini
menyebabkan suhu air meningkat tidak sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme, ikan dan
tanaman dalam air). Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan terurai menjadi senyawa-
senyawa organik. Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan oksigen, sehingga
terjadi penurunan kadar oksigen dalam air.

Secara garis besar bahan pencemar air tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi:

1. Bahan pencemar organik, baik yang dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme maupun
yang tidak dapat mengalami penguraian.
2. Bahan pencemar anorganik, dapat berupa logam-logam berat, mineral (garam-garam anorganik
seperti sulfat, fosfat, halogenida, nitrat)
3. Bahan pencemar berupa sedimen/endapan tanah atau lumpur.
4. Bahan pencemar berupa zat radioaktif
5. Bahan pencemar berupa panas

Penyebab Terjadinya Pencemaran Sungai

Pencemaran air sungai dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu pencemaran sungai yang
disebabkan oleh alam dan pencemaran sungai yang disebabkan oleh ulah manusia. Pencemaran
sungai yang disebabkan oleh alam antara lain akibat desposisi asam, kebakaran hutan,
meletusnya gunung berapi, serta endapan hasil erosi. Sementara pencemaran sungai yang
disebabkan oleh ulah manusia terbagi menjadi beberapa sumber pencemaran, antara lain limbah
industri, limbah pemukiman, limbah pertanian, limbah rumah sakit, dan limbah pertambangan.

Pencemaran Sungai yang Disebabkan oleh Alam

a) Desposisi Asam, Kelebihan zat asam pada sungai akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang
bertahan. Jenis plankton dan invertebrata merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat
pengaruh pengasaman. Jika sungai memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan
akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara
signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua sungai yang terkena
hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang
dapat membantu menetralkan keasaman.

b) Kebakaran Hutan, Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan perubahan
kualitas air di sungai, namun kebakaran hutan bisa menyebabkan terganggunya ekosistem
makhkluk hidup yang ada di sungai yang disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan
matahari sulit untuk menembus dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat beberapa
spesies tumbuhan yang hidup di sungai menjadi sedikit terhalang untuk melakukan fotosintesa
dan ikan-ikan sulit bernafas karena kandungan CO2 yang berlebih.

c) Letusan Gunung Berapi, letusan gunung berapi menyebabkan sungai atau danau tercemar
karena bebatuan serta materi-materi yang terbawa dari gunung mengendap di sungai. Jika materi
yang mengendap bervolume besar, maka hal ini menyebabkan ikan-ikan mati bila tertumpuk
oleh bebatuan tersebut.Selain itu, materi-materi yang bervolume kecil menyebabkan sungai
keruh dan mempengaruhi ekosistem di sungai.

d) Endapan Hasil Erosi, Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di
bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosi
yang terus menerus.Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan lajunya
maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-
sungai yang ada. Akibatnya adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang
apabila ada hujan di atas gunung ataupun di hulu sungai sana.

Pencemaran Sungai yang Disebabkan oleh Ulah Manusia

a) Limbah Industri, Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran
air sungai. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan
beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan
hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk
lainnya..Karakteristik limbah B3 adalah korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar dan
meledak, bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit. Limbah industri yang
berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah yang
dihasilkan industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan nikel serta cairan asam
sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat.Limbah ini bersifat korosif, dapat
mematikan tumbuhan dan hewan air.Pada manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata,
mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker.

Logam yang paling berbahaya dari limbah industri adalah merkuri atau yang dikenal juga
sebagai air raksa (Hg) atau air perak.Limbah yang mengandung merkuri selain berasal dari
industri logam juga berasal dari industri kosmetik, batu baterai, plastik dan sebagainya.Di Jepang
antara tahun 1953- 1960, lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan
yang berasal dari Teluk Minamata.Teluk ini tercemar merkuri yang bearasal dari sebuah pabrik
plastik.Senyawa merkuri yang terlarut dalam air masuk melalui rantai makanan, yaitu mula-mula
masuk ke dalam tubuh mikroorganisme yang kemudian dimakan yang dikonsumsi manusia. Bila
merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan
kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/
acrodynia, alergi kulit dan disease/ mucocutaneous lymph node syndrome.

b) Limbah Pemukiman, Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah


organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat
diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri.Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-
daunan.Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan,
logam, karet, dan kulit.Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable).
Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut,
karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya.

Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan
menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen.
Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai atau danau yang ditutupi buih
deterjen.Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air.Pada saat
ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar
diuraikan oleh bakteri sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama.Penggunaan deterjen
secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau.Fosfat ini
merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng
gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga
menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis.
Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan
oksigen dan pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.

c) Limbah Pertanian, Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat
tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari
air.Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti
ganggang dan eceng gondok.Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan
dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen.

Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.Insektisida dapat
mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia
orang yang memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih
insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat
biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan
aturan.Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air
dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan
tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian
bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya.

Selain itu penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah,
yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama
tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah
tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Sedangkan penggunaan pestisida yang terus
menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.

Dampak Pencemaran Sungai

Pada saat ini, limbah kegiatan industri dikatakan telah mengancam seluruh.negeri.Hal ini
disebabkan karena melalui mekanisme alam seperti tiupan angin, aliran air sungai, daya rambat
di tanah melalui difusi limbah tersebut dapat menyebar ke mana-mana.Buangan di perairan
menyebabkan masalah kehidupan biota dalam bentuk keracunan bahkan kematian.Gangguan
terhadap biota perairan telah menimbulkan dampak penurunan kualitas dan kuantitas biota
perairan (ikan dan udang).Kelebihan pupuk yang dialirkan ke rawa atau ke danau dapat
menimbulkan suburnya enceng gondok.Selain itu, erosi lumpur yang terbawa ke laut kemudian
diendapkan mengakibatkan tertutupnya permukaan karang yang pada akhirnya menyebabkan
kematian karang.

Akibat pencemaran itu kehidupan dalam air dapat terganggu dengan mematikan binatang-
binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam air karena oksigen yang terlarut dalam air akan habis
dipakai untuk dekomposisi aerobik dari zat-zat organik yang banyak terkandung dalam air
buangan.Pencemaran limbah ke lingkungan perlu diperhatikan dan diantisipasi dengan baik,
lebih-lebih terhadap air sungai, karena air sungai dipakai penduduk untuk berbagai keperluan.
Pencemaran sungai oleh air buangan ditinjau dari sudut mikrobiologi antara lain : pencemaran
bakteri patogen dan non patogen serta bahan organik. Banyaknya bahan organik akan
merangsang pertumbuhan mikroorganisme menjadi pesat.

Hal ini mengakibatkan pemakaian oksigen akan cepat dan meningkat, akibatnya kadar oksigen
terlarut dalam air akan menipis dan menjadi sedikit sekali, yang akhirya mengakibatkan
mikroorganisme dan organisme air lainnya yang memerlukan oksigen mati. Ekologi air akan
berubah drastis. Keadaan menjadi anaerobik, sehingga air sungai busuk, dan tidak sehat bagi
pertumbuhan mikroorganisme flora dan fauna air itu.Lingkungan hidup yang demikian ini sudah rusak
dan tidak layak lagi bagi kebutuhan hidup kita (Ardhana, 1994).

Pencegahan Pencemaran Air sungai

Melestarikan hutan di hulu sungai

Secara umum untuk mengatasi pencemaran air sungaiagar tidak menimbulkan erosi tanah
disekitar hulu sungai sebaiknya pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya
menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan membawa tanah, pasir,
dan sebagainya ke aliran sungai dari hulu ke hilir sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.

Tidak buang air di sungai

Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah.Kesan pertama dari tinja
atau urin yang dibuang sembarangan adalah bau dan menjijikan.Tinja juga merupakan medium
yang paling baik untuk perkembangan bibit penyakit dari yang ringan sampai yang berat, oleh
karena itu janganlah buang air besar sembarangan khususnya di sungai.

Tidak membuang sampah di sungai

Sampah yang dibuang sembarangan di sungai akan menyebabkan aliran air di sungai terhambat.
Selain itu juga sampah juga akan menyebabkan sungai cepat dangkal dan akhirnya memicu
terjadinya banjir di musim penghujan, sampah juga membuat sungai tampak kotor menjijikan
dan terkontaminasi.Air sungai pun menjadi berubah warna akibat bercampurnya sampah dengan
bakteri dan jamur.

Tidak membuang limbah rumah tangga dan industri

Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri atau limbah rumah tangga yang
berupa cairan adalah dengan mambuangnya ke sungai namun apakah limbah itu aman?Limbah
yang dibuang secara asal-asalan tentu saja dapat menimbulkan pencemaran mulai dari bau yang
tidak sedap, pencemaran air gangguan penyakit kulit serta masih banyak lagi.

Penanggulangan Pencemaran Air Sungai

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan


Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran
Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-
instansi.Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian
pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).Program ini merupakan
upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala
menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran
dari sumber-sumber lainnya.Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran
sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan
secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk
mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang
dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan
teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat
memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya
meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan
buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu
yang dapat mengurangi pencemaran. Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai
dari diri kita sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara
mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat
pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut.Kitapun perlu
memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita.Karena saat ini kita telah menjadi
masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti
mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.Kitaharus
bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan kaleng, minuman
dalam botol dan sebagainya, yang memuat unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian
terserap oleh air tanah pada tempat pembuangan akhir.Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau
berjalan kaki, turut menyumbangkan emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang
akhirnya berdampak pada siklus air alam.

Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan berkurang dan
kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat sumber air yang aman,
bersih dan sehat.

KESIMPULAN
Pencemaran air sungai yang terjadi di perkotaan diakibatkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri
yang membuang sampah dan limbah sembarangan.Dari kedua jenis itu bahan pencemar tersebut
yang banyak terdapat dalam air sungai di perkotaan adalah sampah padat. Sampah-sampah di air
sungai mengakibatkan pendangkalan dan bau yang tidak sedap sebagai akibat dari bereaksinya
sampah tersebut dengan unsur lain seperti bakteri dan jamur. Untuk itu diperlukan kesadaran dan
perilaku yang benar dari semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi
permasalahan sampah yang ada di sungai Jojoran gang 1 agar tidak menimbulkan banyak kerugian
bagi semua masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Administrator.(2009). Pencemaran Air.[Online].
Tersedia: http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/305-pencemaran-air.
[3 Mei 2011].
Alamendah.(2010). Pencemaran Air Di Indonesia.[Online].
Tersedia: http://alamendah.wordpress.com/2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/. [3Mei
2011].
Lutfi, Achmad. (2009). Penanggulangan terhadap Terjadinya Pencemaran Air dan Pengolahan
Limbah.[Online]. Tersedia: http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
lingkungan /pencemaran air/penanggulangan-terhadap-terjadinya-pencemaran-air-dan-
pengolahan-limbah/. [3 Mei 2011]
Muhammad, Yunus. (2007). Pengertian dan Sumber Pencemaran Perairan
[Online].Tersedia:http://yunuzmuhammad.blogspot.com/2007/11/pengertian-dan-
sumber pencemaran.html.[3 Mei 2011].
Sastrawijaya, A. Tresna. (1991). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemarwoto, Otto. (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan.Jakarta: Djambatan.
http://mozaiksains.wordpress.com/2011/10/17/pengertian-pencemaran/
http://tsani-oke.blogspot.com/2011/05/pengertian-pencemaran-lingkungan.html
http://diliput.blogspot.com/2013/05/pengertian-pencemaran-air.html
http://wikipediaindonesia.com/pengertian-pencemara-air/

Pencemaran lingkungan sudah terjadi di segala aspek, baik aspek tanah, air, dan udara.
Pencemaran air merupakan salah satu pencemaran yang paling parah. Pencemaran ini
tidak hanya menjadi masalah utama di negara berkembang saja, namun juga di negara
maju. Sebuah artikel dari New York menunjukan bahwa banyak perusahaan di Chicago
yang membuang limbah cairnya ke sungai Chicago.

Permasalahan tentang limbah yang tidak diolah dan mencemari lingkungan ternyata selalu
mengalami peningkatan yang signifikan setiap harinya. Berdasarkan fakta tentang polusi air
tahun 2011, tercatat bahwa limbah cair yang belum diolah dan dibuang ke sungai mencapai
angka 850 miliar galon.

Tingkat Pencemaran Sungai di Indonesia;

Sebagai negara berkembang, tingkat pencemaran di Indonesia juga sudah cukup meresahkan.
Angka pencemaran sungai sudah mencapai 30%. Hasil ini dilakukan setelah pemantauan ke sejumlah
sungai di seluruh Indonesia secara berkala mulai tahun 2006 hingga 2011. Dipastikan angka tersebut
akan terus mengalami kenaikan untuk tahun-tahun berikutnya.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia bersama berbagai lembaga lain yang tergabung dalam
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan sepakat membuat program yang disebut
dengan Rencana Pengamanan Air (RPA). Program ini bertujuan untuk uji coba pengamanan air minum
untuk konsumsi masyarakat.

Solusi Mengatasi Pencemaran Lingkungan;


Untuk menghindari pencemaran lingkungan sungai yang berlebihan, ada beberapa hal
yang bisa kita lakukan. Bagi Anda yang memiliki mobil, pastikan jika mobil Anda selalu
dalam kondisi yang baik dan tidak bocor bahan bakar. BBM yang bocor bisa mengalir ke
perairan dan mencemari lingkungan tersebut. Hindari juga penggunaan produk pencuci
mobil secara berlebihan. Jangan pernah membuang sisa cairan yang bisa menjadi limbah,
seperti thinner, cat dan lain sebagainya ke jalanan. Buang sampah ke tempat yang sudah
tersedia dengan benar.

Untuk tingkat perkotaan dan yang lebih tinggi, diperlukan solusi yang lebih besar lagi untuk
mengatasi pencemaran sungai. Salah satu cara paling efektif yang bisa dipilih adalah
menghindari pembuangan limbah secara langsung ke lingkungan. Untuk mengakali produk
penyebab pencemaran, seharusnya setiap industri bisa memodifikasi proses produksi agar
limbah juga lebih sedikit.

Melakukan proses daur ulang bisa menjadi cara jitu untuk mengurangi polusi. Buatlah
aturan ketat mengenai bagaimana mengelola lahan dan pembuangan sampah ke setiap
industri. Lakukan proses pengawasan oleh pihak berwenang secara langsung agar
peraturan bisa berjalan dengan baik. Bisa juga dengan melakukan metode konservasi
tanah agar kualitas air di setiap daerah selalu terjaga.

Solusi lain adalah dengan melakukan berbagai pembangunan yang bisa mengurangi
polusi, seperti pembuatan infrastruktur hijau, pembangunan jalan yang mempertimbangkan
masalah perairan, perawatan jalan dan lain sebagainya. Proyek perencanaan ruang kota
bisa menjadi cara yang efektif juga. Dengan metode ini, pemerintah bisa melakukan
perencanaan pembangunan kota dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar.

Kerangka perencaan yang baik adalah yang meliputi berbagai hal seperti pembangunan
pada lahan yang jarang digunakan, membuat kebijakan dengan mempertimbangkan
masalah banjir saat akan membangun bangunan di daerah rawan banjir, bisa dengan
pemanfaatan sistem drainase yang baik, dan lain sebagainya.
Bisa juga dengan mengkampanyekan gerakan cinta sungai dan lingkungan kepada
masyarakat. Ajarkan gerakan ini mulai dari tingkat pendidikan paling rendah sampai yang
paling tinggi supaya setiap individu bisa memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan.
Semua tindakan ini tidak akan bisa berjalan sempurna tanpa kerjasama yang baik di semua
pihak. Oleh karena itu, pastikan jika semua pihak memiliki kesadaran dan visi misi yang
sama untuk mencintai lingkungan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air merupakan sumber utama kehidupan. Air berguna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
manusia seperti minum, mandi, memasak, proses metabolisme dalam tubuh, dan kegiatan lain
di luar tubuh manusia seperti membangun rumah. Selain manusia, hewan dan tumbuhan pun
memerlukan air untuk menunjang kehidupannya. Hewan membutuhkan air untuk minum dan
melakukan proses metabolisme dalam tubuhnya. Sementara itu, tumbuhan membutuhkan air
agar dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan oksigen (02), gas yang
diperlukan oleh hewan dan manusia dalam bernafas. Fakta tersebut membuktikan bahwa air
memang memegang peranan penting dalam kehidupan semua makhluk hidup. Tanpa air,
semua makhluk hidup tidak dapat hidup.
Air tersedia banyak di alam, salah satunya di sungai. Sungai merupakan aliran air yang
mengalir dari hulu ke hilir, dari pegunungan menuju lautan. Sungai menjadi salah satu habitat
bagi banyak makhluk hidup. Beberapa jenis hewan dan tumbuhan mendiami suatu wilayah
sungai lalu membentuk ekosistem sungai. Sungai mempunyai peran penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem sungai tersebut karena sungai menyediakan cukup nutrisi yang
dibutuhkan oleh hewan dan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Sama seperti halnya
tumbuhan dan hewan, manusia pun memanfaatkan sungai untuk memenuhi kebutuhannya
akan air bersih.
Berdasarkan hal tersebut, sudah sepantasnya manusia sebagai makhluk berakal menjaga
kelestarian air sungai ini demi keberlangsungan hidup semua makhluk hidup. Tetapi kenyataan
berkata lain, banyak aktivitas manusia yang membuat air sungai tercemar, terutama di daerah
perkotaan yang padat penduduk. Limbah rumah tangga dan limbah industri menjadi
penyumbang terbesar dalam pencemaran air sungai di perkotaan ini. Kemajuan teknologi
memang membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Tetapi di negara kita Indonesia,
sebagian besar kemajuan teknologi tidak diiringi dengan kesadaran terhadap lingkungan.
Sehingga sering kali lingkungan menjadi korban ketidakadilan manusia, khususnya dalam hal
ini adalah air. Pencemaran air merupakan salah satu bentuk penindasan manusia terhadap
lingkungannya. Hal ini terjadi antara lain karena sebagian besar masyarakat Indonesia belum
memahami akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan khususnya air atau sebenarnya
mereka sudah memahami namun tutup mata terhadap kenyataan yang ada.
Masalah pencemaran air sungai merupakan suatu masalah yang harus segera diselesaikan
dengan serius sebab pencemaran sungai ini dapat mengganggu atau bahkan merusak
keseimbangan ekosistem sungai, terlebih mengancam kehidupan makhluk hidup termasuk
manusia. Bisa dibayangkan apabila sungai tercemar, kebutuhan manusia akan air bersih tidak
dapat terpenuhi. Selain itu, bukan tidak mungkin pencemaran air sungai akan membuat
makhluk hidup yang mendiami sungai, baik tumbuhan maupun hewan mengalami kematian.
Akhirnya akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi, karena sebagian dari makhluk
hidup itu pun merupakan sumber pangan bagi manusia seperti ikan dan tanaman air.
Pemahaman menyeluruh tentang pentingnya menjaga kelestarian air adalah suatu modal agar
kita dapat melestarikan air sungai. Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya pencemaran air sungai yang lebih parah lagi. Untuk contoh kecil saja
seperti tidak membuang sampah rumah tangga secara sembarangan ke sungai. Asal
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, insyaallah masalah pencemaran air sungai ini dapat
terselesaikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk mengetahui dan memahami segala hal yang
berkaitan dengan pencemaran air sungai, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian sungai dan pencemaran air sungai ?
2. Apa saja aspek kimia-fisika dalam pencemaran air sungai ?
3. Apa saja sumber pencemar air sungai di perkotaan ?
4. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari pencemaran air sungai di perkotaan?
5. Bagaimana penanggulangan pencemaran air sungai di perkotaan ?

C. Tujuan Makalah
Penulis membagi tujuan yang hendak diperoleh melalui penulisan makalah ini menjadi dua
bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus penulisan.
Tujuan umum penulisan adalah mengetahui dan memahami konsep pencemaran air sungai juga
cara penanggulangannya.
Tujuan khusus penulisan adalah :
1. Memahami pengertian sungai dan pencemaran air sungai;
2. Mengetahui aspek kimia-fisika dalam pencemaran air sungai;
3. Mengetahui sumber pencemar air sungai di perkotaan;
4. Mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan dari pencemaran air sungai di perkotaan;
5. Mengetahui cara penanggulanngan pencemaran air sungai di perkotaan.

D. Kegunaan Makalah
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat baik secara teorotis maupun secara
praktis. Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
penulis dan pembaca khususnya dalam bidang yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis
penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber rujukan atau media informasi
untuk mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan pengetahuan tentang pencemaran air sungai
dan turut membantu dalam upaya pelestarian air sungai.
E. Prosedur Makalah
Penulis memperoleh dan mengumpulkan data dalam makalah ini dengan menggunakan teknik
studi pustaka dan membaca berbagai buku sumber serta literatur yang relevan dengan materi
bahasan makalah. Data yang diperoleh lalu diidentifikasi dan diolah dengan teknik analisis isi
melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut sesuai konteks tema
makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka
1. Air
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka
bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses
kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun
demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik
untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan, maupun untuk
keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni akan tetapi selalu
mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme
atau jasad renik. Apabila kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme yang terdapat di
dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan terganggu, sehingga tidak
bisa digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk air minum, mandi, mencuci atau keperluan
lainya. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan sebagai air yang tercemar.
Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah
jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke
perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah
persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan
pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming.
Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok akan tumbuh subur dan
menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan.
Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar
oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.
2. Sungai
Sungai merupakan jalan air alami. Lebih jauh Bambang Subiyakto
(www.subiyakto.wordpress.com/2009/10/18/air-sungai-2) menyatakan Sungai menjadi salah
satu tempat air berada dan mengalir, juga menjadi unsur alam yang paling penting bagi segenap
kehidupan.
Sungai terdiri dari beberapa bagian yang bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai.
Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Penghujung sungai di
mana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai. Selain mengalirkan air, sungai juga
mengalirkan sedimen dan polutan.
Manfaat terbesar sebuah sungai yaitu untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan potensial untuk dijadikan objek wisata
sungai.
3. Ekosistem Sungai
Ekosistem adalah kumpulan dari komunitas yang terdiri dari faktor biotik (tumbuhan, hewan,
dan manusia) dan abiotik (suhu, iklim, senyawa-senyawa organik dan anorganik). Irwan (1992)
memandang ekosistem Sebagai tingkat yang lebih tinggi dari komunitas atau kesatuan dari
suatu komunitas dengan lingkungannya di mana terjadi hubungan antar keduanya.
Lebih jauh, menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) tahun 1982, Ekosistem
adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi.
Lebih jelas, Wikipedia (www.wikipedia.org/wiki/Ekosistem)
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan
lumba-lumba.
4. Pencemaran Air Sungai
Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan
sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan
dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas air
hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.
Fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan
terhadap kualitas air, tapi dalam pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air, baik sungai, laut, danau maupun air bawah tanah, semakin hari semakin menjadi
permasalahan di Indonesia sebagaimana pencemaran udara dan pencemaran tanah. Mendapatkan
air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi. Bahkan pada sungai-sungai di lereng
pegunungan sekalipun.
Air sungai yang tercemar sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan
limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan.
Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah
pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organik (kayu, daun,
dan lain-lain), dan sampah nonorganik (plastik, logam, dan deterjen).
Limbah pertanian mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas
pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah industri mempunyai
pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri yang sering menghasilkan
bahan berbahaya dan beracun (B3).
Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan
Pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat
pencemaran air ini mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu
produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi.

Dampak lainnya yang tidak kalah merugikan dari pencemaran air adalah terganggunya
lingkungan hidup, ekosistem, dan keanekaragaman hayati. Air yang tercemar dapat mematikan
berbagai organisme yang hidup di air.
Perbedaan batas toleransi antara dua jenis populasi terhadap faktor-faktor lingkungan
mempengaruhi kemampuan berkompetisi, jika sebagai akibat suatu pencemaran limbah industri
terhadap suatu lingkungan adalah berupa penurunan atau berkurangnya kadar oksigen terlarut
dalam air, maka spesies yang mempunyai toleransi terhadap kondisi itu akan meningkat
populasinya karena spesies kommpetisinya berkurang (Soeparmo, 1985).

Menurut Hawkes (1979), banyaknya bahan pencemar dalam perairan akan mengurangi spesies
yang ada dan pada umumnya akan meningkatkan populasi jenis yang tahan terhadap kondisi
perairan tersebut.
Setiap spesies mempunyai batas anntara toleransi terhadap suatu faktor yang ada di lingkungan
teori toleransi Shelford. (ODUM, 1971)

B. Pembahasan
1. Pengertian Sungai dan Pencemaran Air Sungai
Sungai merupakan jalan air alami. Air sungai ini mengalir menuju samudra, danau, laut, atau ke
sungai yang lain. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata mata air yang mengalir
ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran
air biasanya berbatasan dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Ujung aliran sungai
tempat bertemunya sungai dengan laut dikenal sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul
dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa wilayah
tertentu air sungai juga berasal dari lelesan es atau salju. Selain itu, sungai juga mengalirkan
sedimen dan polutan.
Manfaat terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotesi juga untuk dijadikan
objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5950 daerah aliran sungai (DAS).
Ditinjau dari konsep ekohidrologi pada kesepakatan dunia pada KTT Bumi (Earth Summit) di
Johannesburg pada September 2002 sodetan sungai (river diversion) digolongkan sebagai
pembangunan berkelanjutan, artinya pembangunan yang dilaksanakan oleh manusia diimbangi
dengan perhatian terhadap lingkungan termasuk salah satunya keberadaan air sungai ini. Atau
dapat juga pembangunan yang dilaksanakan manusia dilakukan dengan pemanfaatan alam secara
bijaksana seoptimal mungkin. Banyak sungai kini semakin dikembangkan sabagai wahan
koservasi habitat, karena sungai termasuk penting untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang
bermigrasi, menetap, dan budidaya tambak, burung-burung, serta beberapa jenis mamalia.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, yaitu meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi, sampah organik
seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang
menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap
seluruh ekosistem, industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan (air limbah tersebut memiliki efek
termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik yang dapat juga mengurangi oksigen
dalam air), limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum, dan pencemaran air
oleh sampah.

Akibat dari pencemaran air yaitu, menyebabkan banjir, erosi, kekurangan sumber air, dapat
membuat sumber penyakit, tanah longsor, dan dapat merusak ekosistem sungai.
2. Aspek Kimia-Fisika dalam Pencemaran Air Sungai
Untuk mengetahui kondisi suatu air sungai apakah tercemar atau tidak, perlu diketahui terlebih
dahulu aspek-aspek yang menjadi penentu keadaan air sungai ini. Berikut adalah aspek-aspek
kimia-fisika dalam pencemaran air sungai :
a. Karbondioksida dalam Air
Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam ekosistem. Di mulai dari
atmosfir, dalam rantai makanan karbon berindah melalui produsen, konsumen, dan pengurai
kemudian kembali ke atmosir. Di atmosfir karbon terikat dalam CO2 (karbondioksida). Setelah
melalui fotosintesis, senyawa CO2 terikat dalam glukosa atau senyawa lainnya. Kemudian
senyawa ini dikonsumsi oleh konsumen tingat satu dan tersimpan dalam tubuhnya. Kemudian
konsumen tingkat satu dimangsa oleh konsumen tingkat dua dan akhirnya diurai oleh pengurai
hingga kembali ke atmosfir.
Perjalanan serupa terjadi pada karbon dalam ekosistem sungai. Di sungai daur ini dipersulit oleh
pertukaran karbon di air dengan di udara. Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan yang
di air jika air dan udara bersentuhan. Pada air tenang pertukaran yang terjadi sedikit, sebaliknya
jika air bergelombang maka pertukaran akan lebih cepat. Kepekatan karbondioksida
mempengaruhi kepekatan oksigen terlarut dalam air sungai. Jika udara (yang mengandung
0,03% karbondioksida) bersentuhan dengan permukaan air pada tekanan standar, maka kelarutan
karbondioksida adalah seperti dalam tabel di bawah ini :
Suhu (0C) Kelarutan (bpj)
0 1,00
5 0,83
10 0,70
15 0,59
20 0,51
25 0,43
30 0,38

Karbondioksida dapat juga terbentuk sebagai hasil metabolisme makhluk hidup yang ada di
sungai. Respirasi hewan akan mempengaruhi konsentrasi CO2 dalam sungai. Selain itu, proses
fotosintesis yang dilakukan tanaman air memerlukan C02 dan menghasilkan O2 juga
mempengaruhi kadar O2 dalam sungai.
b. Oksigen Terlarut
Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan hanya sedkit yang larut dalam
air. Untuk mempertahankan hidupnya, hewan dan tumbuhan yang hidup di air bergantung pada
oksigen terlarut ini. Penentuan kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
kualitas air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada :
1) Suhu.
2) Kehadiran tanaman berklorofil.
3) Tingkat penetrasi cahaya yang tergantung pada kedalaman dan kekeruhan air.
4) Tingkat kederasan aliran air.
5) Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air, seperti sampah, ganggang mati, dan limbah
industri.
Berikut tabel yang menunjukkan kelarutan oksigen dalam air dengan suhu yang berbeda-beda :
Suhu (0C) Kelarutan (bpj)
0 14,6
5 12,7
10 11,3
15 10,1
20 9,1
25 8,3
30 7,5
Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air.
Oksigen dalam sungai berasal dari udara dan hasil fotosintesis organisme tumbuhan yang hidup
di sungai itu. Jika respirasi hewan dalam sungai lebih cepat dari pergantian oksigen yang larut,
maka akan terjadi defisit oksigen. Pergantian oksigen dari udara berjalan lambat dan tergantung
juga pada kejernihan air.
Dalam sungai yang deras dan jernih kepekatan oksigen mencapai kejenuhan. Tetapi jika air
berjalan lambat atau ada pencemar maka oksigen yang larut berada di bawah kejenuhan.
c. Kebasaan, Keasaman, dan Kesadahan Air
Kandungan karbondioksida dan oksigen di alam saling berhubungan. Jika salah satu berubah,
maka yang lainnya akan turut berubah. Berbagai faktor juga mempengaruhi, yaitu pH, kebasaan,
keasaman, dan kesadahan air.
Air normal mempunyai pH antara 6,7 sampai 8,6 dan ini mendukung populasi ikan dalam
sungai. Dalam jangkauan pH itu pertumbuhan dan pembiakan air tidak terganggu. Bahkan ada
ikan yang mampu bertahan hidup di air ber-pH 5 sampai 9. Air yang masih segar dari
pegunungan mempunyai pH yang tinggi dan semakin lama pH akan menurun menuju suasana
asam. Hal ini disebabkan pertambahan bahan-bahan organik yang kemudian membebaskan CO2
jika mengurai. Pada umumnya jika pH air kurang dari 7 atau lebih dari 8,5 kita harus berhati-hati
karena kemungkinan ada pencemaran dari bahan pabrik kimia, rabuk, kertas, mentega, dan lain-
lain.
Kebasaan air ialah suatu kapasitas air untuk menetralkan asam. Hal ini diseababkan ada basa
atau garam basa yang terdapat dalam air.
Keasaman ialah kemampuan air untuk menetralkan basa. Biasanya karena dalam air terdapat
asam, seperti asam karbonat, asam asetat, dan asam organik lainnya.
Kesadahan air sungai disebabkan ion-ion magnesium dan kalsium. Ion-ion ini terdapat dalam air
dalam bentuk sulfat, klorida, dan hidrogen karbonat. Kesadahan air biasanya disebabkan garam
karbonat atau garam asamnya.
Kesadahan tidak menguntungkan. Air yang bermutu tinggi mempunyai kesadahan yang rendah.
Kesadahan air yang tinggi di antaranya karena limbah industri.
d. Kandungan Nitrogen
Karbon, hidrogen, dan oksigen penting untuk kehidupan. Unsur-unsur ini berperan dalam proses
fotosintesis dan respirasi. Unsur lain seperti fosfor, nitrogen dan belerang membentuk protein
yang penting untuk pertumbuhan tubuh.
Nitrogen sebagai salah satu nutrien terdapat dalam protein. Protein merupakan komposisi utama
plankton, daras semua jaringan makanan yang bertalian di air.
Ada tiga gudang nitrogen di alam. Pertama adalah udara, kedua ialah senyawa anorganik (nitrat,
nitrit, dan amoniak), dan ketiga adalah senyawa organik (protein, uren, dan asam urik). Nitrogen
terbanyak terdapat di udara, yaitu 78% udara adalah nitrogen. Tanaman dapat menghisap
nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3). Perubahan nitrogen bebas di udara menjadi nitrat dilakukan
secara oleh bakteri yang terdapat di akar tumbuhan, tepatnya dalam bintil akar tumbuhan.
Transformasi ini disebut fiksasi (pengikatan) oksigen.
Nitrogen dalam kotoran dan urine akan berakhir menjadi amoniak. Zat inilah yang menimbulkan
bau tidak enak. Kemungkinan dalam air tertentu mengandung ketiga macam nitrogen, yaitu
nitrogen bebas, senyawa nitrogen anorganik, dan senyawa nitrogen organik. Dalam jumlah yang
besar, nitrogen anorganik (nitrit, nitrat, dan amoniak) dapat membahayakan dan menjadi sumber
pencemaran di sungai.
e. Fosfor
Seperti halnya nitrogen, unsur lain yang terdapat di alam adalah fosfor. Protin dan zat-zat
organik lainnya mengandung fosfor. Contohnya adenosine trifosfat terdapat dalam sel makhluk
hidup dan berperan penting dalam penyediaan energi. Daur fosfat dalam ekosistem sungai dapat
dipelajari melalui skema di bawah ini :

Daur fosfor mirip dengan daur nitrogen. Dalam ekosistem air fosfor ada dalam tiga bentuk, yaitu
senyawa fosfor anorganik (ortofosfat), senyawa fosfor organik dalam protoplasma, dan senyawa
organik terlarut yang terbentuk karena kotoran atau tubuh organisme yang mengurai.
Air sungai biasanya mengandung fosfor organik terlarut. Demikian pula dengan kotoran sisa
metabolisme hidup. Akhirnya bakteri menguraikan senyawa organik itu menjadi fosfor. Fosfor
merupakan pendorong kegiatan pengikatan nitrogen bagi ganggang biru. Jadi, jika air tidak
mengandug nitrogen, asal ada fosfor dan ganggang biru, maka senyawa nitrogen akan terbentuk.
Sama dengan nitrogen, fosfor memasuki sungai melalui berbagai jalan. Kotoran, limbah, sisa
pertanian, kotoran hewan, dan sisa organisme yang mati adalah jalan bagi fosfor untuk
memasuki sungai.
f. Padatan Tersuspensi dan Padatan Terlarut Total
Keadaan air dalam sungai tidak tetap. Setelah hujan warnanya menjadi kecoklatan karena banyak
partikel tersuspensi yang terbawa masuk. Pada musim kemarau menjadi kehijauan karena banyak
ganggang yang tumbuh. Perubahan air sungai ini disebabkan bahan-bahan tersuspensi dan
terlarut. Pada kondisi normal konsentrasi bahan-bahan ini rendah sehingga tidak tampak.
Padatan tersuspensi dan padatan terlarut total dalam sungai penting diketahui karena sebagai
penentu produktivitas, yaitu kemampuan sungai yang bersangkutan untuk mendukung
kehidupan. Jika bahan terlarut itu nutrisi untuk tanaman air, maka air itu akan mempunyai
produktivitas untuk tanaman. Akibatnya sungai itu juga akan memiliki produktivitas terhadap
kehidupan hewan. Selain itu, untuk menetapkan keadaan normal air yang dimaksud. Jika suatu
saat terjadi penyimpangan dari keadaan normal ini, maka dapat diketahui bahwa telah terjadi
pencemaran seperti pembuangan sampah kota atau limbah industri di sekitar sungai yang
bersangkutan.
Padatan yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran
manusia, kotoran hewan, lumpur, sisa tumbuhan dan hewan, serta limbah industri. Padatan
terlarut dan tersuspensi mempengaruhi ketransparanan dan warna air. Sifat transparan ada
hubungannya dengan tingkat produktivitas. Transparan yang rendah menunjukkan produktivitas
tinggi. Cahaya tidak dapat menembus air sungai jika bahan tersuspensi tinggi. Warna air sungai
juga berhubungan dengan kualitas air.
Untuk mengukur padatan tersuspensi dalam sungai, para ilmuwan sering mengukur kekeruhan
(turiditas) air sungai yang dapat memperkirakan padatan tersuspensi total dalam suatu contoh air.
Kekeruhan diukur dengan alat turbidiuster yang mengukur kemampuan cahaya untuk melewati
atau menembus air sungai. Partikel yang tersuspensi itu akan menghamburkan cahaya yang
datang sehingga menurunkan intensitas cahaya yang ditransmitasikan.
g. Faktor Fisik
Faktor fisik yang ikut menentukan kualitas air adalah suhu. Suhu mempunyai pengaruh besar
terhadap kelarutan oksigen dalam air sungai. Kenaikan suhu menyebabkan kandungan oksigen
dalam air sungai menurun karena menguap. Di samping itu, kenaikan suhu air menyebabkan
suhu badan hewan berdarah dingin dalam sungai ikut naik. Hal ini akan menyebabkan laju
metabolisme hewan tersebut naik dan selanjutnya menaikkan kebutuhan akan oksigen. Tetapi,
karena kandungan oksigen dalam air menurun akibat kenaikan suhu, kebutuhan oksigen hewan
tersebut dapat melampaui oksigen yang tersedia dalam air sungai. Akibatnya hewan tersebut
dapat mengalami kematian.
h. Aspek Biokimia Polusi Air
Organisme pengurai aerobik umumnya terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri yang selalu
aktif dalam air menguraikan senyawa-senyawa organik menjadi karbondioksida dan air. Bakteri
lain mengubah amoniak dan nitrit menjadi nitrat. Proses-proses itu memerlukan oksigen,
semuanya merupakan komponen daur biogeokimia dan esensial untuk fungsi ekosistem air.
Jika jumlah bahan organik dalam air sedikit, bakteri aerobik mudah memecahkannya tanpa
mengganggu keseimbangan oksigen dalam air. Oksigen yang diperlukan akan segera dipakai
dengan cara-cara alamiah secepat bakteri menggunakannya. Tetapi jika jumlah bahan organik itu
banyak, maka bakteri pengurai ini akan berlipat ganda karena banyak makanan. Ini
menyebabkan kekurangan oksigen. Karena jumlah oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan.
Biasanya ini terjadi di dasar sungai yang airnya mengalir kecil bahkan cenderung diam.
Konsentrasi bahan organik di sini tinggi karena banyak tanaman yang mati. Kebutuhan oksigen
bakteri untuk menguraikan bahan organik tersebut sering menurunkan kadar oksigen terlarut
sampai nol. Jika ini terjadi, tugas bakteri aerobik akan digantikan oleh bakteri anaerobik dan
terjadilah pembusukan. Bakteri anaerobik menghasilkan gas metana dan hidrogen sulfida yang
baunya busuk.
3. Sumber Pencemar Air Sungai Di Perkotaan
Pencemar adalah sesuatu yang berpengaruh bruruk terhadap lingkungan. Pencemaran air sungai
di perkotaan bukanlah suatu masalah yang muncul begitu saja. Setiap masalah pasti ada
penyebabnya, begitupun yang terjadi dengan fenomena pencemaran air sungai di perkotaan ini.
Perkotaan identik dengan jumlah penduduk yang padat. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk
yang banyak ini dibutuhkan sumber daya alam yang tidak sedikit. Pemenuhan itu dapat tercapai
salah satunya dengan memanfaatkan segala potensi yang tersedia di alam. Berbagai aktivitas
dijalani penduduk kota untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, kehidupan kota identik juga
dengan kemoderenan yang syarat akan teknologi. Di balik kemoderenan kehidupan penduduk
kota, ternyata banyak aktivitas manusia yang sering kali mengabaikan keadaan dan kelestarian
lingkungan di sekitarnya. Banyak aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab merusak
keseimbangan alam. Salah satunya adalah tercemarnya sungai-sungai di perkotaan yang menjadi
sumber penghidupan penduduk di perkotaan. Ini yang menyebabkan keseimbangan alam di
perkotaan terganggu.
Tercemarnya sungai-sungai di beberapa kota besar telah mencapai tahap yang serius.
Pencemaran air sungai di perkotaan ini sebagian besar disebabkan oleh perbuatan dan aktivitas
manusia yang tidak bertanggung jawab. Pembuangan limbah rumah tangga dan limbah industri
ke sungai-sungai di perkotaan adalah sebagian dari penyebabnya. Pada dasarnya sumber
pencemar dapat dibedakan menjadi sumber domestik, yaitu berupa limbah dari rumah tangga dan
sumber nondomestik, yaitu limbah dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, dan lain-lain.
Berikut penjelasan mengenai sumber-sumber pencemar air sungai di perkotaan tersebut :
a. Limbah Domestik
Limbah pencemar domestik sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga. Limbah domestik
adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci
peralatan rumah tangga, dan lain-lain yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat organik
baik berupa padat maupun cair, bahan berbahaya, beracun, garam terlarut, bakteri terutama
golongan fekal coli, jasad patogen, dan parasit.

b. Limbah Nondomestik
Limbah nondomestik adalah semua buangan yang berasal dari pabrik, industri, pertanian,
peternakan, transportasi, dan lain-lain. Limbah nondomestik sangat bervariasi, terlebih lagi untuk
limbah industri. Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tumbuhan yang
bersifat organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (pestisida), bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, fosfor, belerang, mineral, dan lain-lain.
Limbah industri dapat berupa limbah panas yang merusak ekosistem air sungai. Banyak juga
industri membuang limbah yang mengandung logam berat dan sangat berbahaya ke sungai-
sungai. Limbah peternakan pada umumnya berupa hasil samping sistem pengelolaan di
peternakan tersebut. Limbah peternakan sebagian besar terdiri dari kotoran hewan yang
mengandung zat organik.
4. Akibat yang Ditimbulkan Dari Pencemaran Air Sungai Di Perkotaan
Pembuangan bahan kimia, limbah, maupun pencemar lain seperti limbah rumah tangga ke dalam
sungai diperkotaan akan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup dalam air sungai itu. Suatu
pencemar yang banyak dalam ekosistem sungai akan meracuni semua organisme yang hidup di
sungai tersebut. Pada umumnya, pencemar di perkotaan terbilang banyak dan ini cukup untuk
membunuh sejumlah spesies tertentu, tetapi tidak membahayakan spesies lainnya. Sebaliknya,
ada kemungkinan bahwa suatu pencemar justru dapat mendukung perkembangan spesies
tertentu. Jadi bila air tercemar, kemungkinan terjadi pergeseran-pergeseran dari jumlah spesies
yang banyak dengan ukuran yang sedang populasinya kepada jumlah spesies yang sedikit tetapi
berpopulasi tinggi.
Penurunan keanekaragaman spesies flora dan fauna yang hidup dalam air sungai juga dianggap
sebagai akibat dari pencemaran air sungai perkotaan. Akibat lainnya ialah dapat menyebabkan
kerusakan ekosistem sungai. Air limbah yang dikeluarkan industri dapat memiliki efek termal,
terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik yang dapat juga mengurangi kadar oksigen
dalam air. Bagi manusia dampak buruk pun dirasakan baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti sungai tercemar dapat menjadi sumber penyakit, dapat menyebabkan
kekurangan sumber air bersih, dan dapat menyebabkan banjir.
Secara khusus banyak kerugian yang ditimbulkan dari tercemarnya air sungai. Dampak buruk ini
dapat diketahui berdasarkan aspek-aspek dalam pencemaran air sungai yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Tercemarnya air sungai oleh limbah dapat menyebabkan aliran sungai menjadi pelan. Dalam
sungai yang mengalir pelan pertukaran karbondioksida di air dan di udara terjadi lebih lambat.
Selain itu, limbah menmbuat intensitas cahaya matahari yang masuk ke sungai menjadi lebih
kecil karena terhalang oleh limbah. Dalam jangka panjang, tumbuhan hijau yang hidup di sungai
tidak dapat melakukan fotosintesis dan menyebabkan tumbuhan ini mati. Selain tumbuhan,
hewan pun mengalami kematian karena sebagian kebutuhannya akan oksigen dipenuhi oleh hasil
fotosintesis dari tumbuhan hijau ini.
Ketersediaan karbondioksida di air mempengaruhi jumlah oksigen terlarut dalam air. Limbah
menyebabkan tumbuhan air tidak dapat melakukan fotosintesis karena tidak adanya pasokan
karbondioksida, maka secara otomatis ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen dalam
sungai tersebut. Jika tumbuhan tidak melakukan fotosintesis maka oksigen pun tidak akan
tersedia di sungai ini. Padahal oksigen dibutuhkan oleh hewan air untuk respirasi. Sumber
oksigen lainnya adalah berasal dari pertukaran air dengan udara. Namun, biasanya limbah
menghambat proses pertukaran ini karena kekeruhan terhadap sungai yang ditimbulkannya.
Akibat jangka panjangnya ialah kematian beberapa spesies hewan yang tidak tahan dalam
kondisi air sunga dengan oksigen terlarut yang rendah ini. Jika tingkat oksigen terlarut selalu
rendah, maka organisme aerob bisa mati dan organisme anaerob akan menguraikan bahan
organik yang terkandung dalam limbah. Proses penguraian bahan organik oleh organisme
anaerob ini menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen sulfida yang menyebabkan air
berbau busuk.
Air normal mempunyai pH 7 yang mendukung populasi ikan dalam sungai. Limbah yang
mengandung bahan organik dan biasanya berasal dari limbah rumah tangga dapat menyebabkan
suasana asam pada air sungai. Derajat pH air sungai ini dapat menurun menuju suasana lebih
asam. Selain itu, pabrik kertas dan bahan kimia yang menyebabkan pencemaran air sungai dapat
menyebabkan perubahan pH air dari titik normalnya menjadi kurang dari 6,7 atau lebih dari 8,5.
Jika kondisi air seperti ini, air bahaya untuk dikonsumsi oleh manusia.
Limbah berat yang umumnya berasal dari industri atau pabrik mengandung asam sulfida yang
merupakan asam kuat. Keberadaan asam kuat ini dalam sungai dapat menurunkan keadaan
sungai menjadi lebih asam. Kondisi ini tentu saja sulit untuk ditinggali oleh beberapa jenis
makhluk hidup seperti ikan.
Akibat lain yang ditimbulkan karena tercemarnya sungai ialah meningkatnya kesadahan air
sungai menjadi lebih tinggi. Meningkatnya kesadahan air sungai disebabkan oleh ion-ion
magnesium, kalium, dan kalsium yang terkandung dalam limbah industri dan limbah organik
dalam kotoran manusia dan hewan. Kesadahan yang tinggi menurunkan kualitas air. Air menjadi
bahaya untuk konsumsi manusia.
Akibat pencemaran air oleh limbah lainnya ialah dapat meningkatkan nitrogen dalam air.
Nitrogen berasal dari limbah pertanian, yakni pupuk buatan. Nitrogen bisa juga berasal dari
kotoran dan air seni. Nitrogen merupakan salah satu nutrien yang terdapat dalam protein. Satu
dari tiga gudang nitrogen ada pada senyawa anorganik dalam bentuk nitrat, nitrit, dan amoniak.
Nitrogen dari limbah yang dibuang ke sungai diuraiakan oleh bakteri pengurai yang terdapat di
sungai menjadi amoniak dan selanjutnya akan menghasilkan bau busuk yang menyengat.
Amoniak merupakan hasil tambahan penguraian protein tanaman atau hewan, dapat juga
kotorannya. Keberadaan nitrit yang banyak di sungai menunjukkan keberadaan industri yang
membuang limbahnya ke sungai tersebut. Karena nitrit digunakan dalam air ketel untuk mecegah
korosi, maka buangan air ketel dapat menimbulkan populasi nitrit.
Jika manusia membuang kotoran ke dalam air, proses pembentukkan nitrat oleh bakteri yang
menggunakan amoniak akan meningkat, karena kotoran banyak mengandung amoniak.
Pembuangan limbah kotoran rumah tangga ke sungai membuat kosentrasi amoniak bertambah
tinggi dan mengakibatkan bau yyang ditimbulkannya semakin tidak enak.
Keberadaan nitrat dalam jumlah yang banyak menyebabkan air sungai lekas tua, menurunkan
oksigen terlarut, penurunan populasi ikan dan beberapa jenis fauna lainnya, bau busuk, rasa tidak
enak, sunagi menjadi tempat yang buruk untuk rereasi, dan tentu saja tidak sehat untuk konsumsi
manusia. Nitrat akan berubah menjadi nitrit dalam perut. Keracunannya menimbulkan muka biru
dan kematian.
Seperti halnya nitrogen, unsur lain yang terkandung dalam limbah kotoran, limbah pertanian,
kotoran hewan dan sisa tumbuhan adalah fosfor. Fosfor juga merupakan faktor pembatas
kehidupan. Kelebihan jumlah fosfor dalam air sungai mempercepat kegiatan pengikatan nitrogen
bagi ganggang biru. Jadi, jika air tidak mengandung senyawa nitrogen, asal ada fosfor dan
ganggang biru, maka senyawa nitrogen akan terbentuk, dan eutrofikasi pada suatu saat akan
menyusul pula. Dengan kata lain, keberadaan jumlah fosfor yang banyak mendorong proses yang
tidak menguntungkan lainnya di sungai bagi organisme hidup.
Limbah yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu mengakibatkan padatan yang
tersuspensi dalam air sungai bertambah benyak, air sungai menjadi keruh karena mengandung
banyak partikel terlarut, dan kehidupan organisme bisa tertanggu bahkan dapat terhenti akibat
sulitnya akses fauna dan flora yang berkembang di sungai ini dengan udara luar. Cahaya tidak
dapat tembus banyak jika konsentrasi bahan terlarut dalam sungai tinggi. Padatan terlarut dan
tersuspensi mempengaruhi warna dan tingkat ketransparanan air. Sifat transparan suatu air
sungai ada hubungannya dengan produktivitas sungai tersebut. Tranparan yang rendah
menujukkan produktivitas tunggi. Limbah juga mempengaruhi warna air yang pada gilirannya
warna air akan sesuai dengan limbah yang dibuang ke sungai tersbut. Sebagai contoh, limbah
pabrik tekstil berwarna merah akan mengakibatkat air sungai menjadi berwarna merah, beda dari
warna aslinya.
Kadang industri seperti industri bahan kimia dan industri mesin membuang limbah pananya ke
sungai tanpa melalui serangkaian pemrosesan khusus terlebih dahulu. Limbah panas ini
mengakibatkan suhu sungai naik. Suhu sungai naik mengakibatkan karbondioksida dalam air
menguap, akibatnya tumbuhan hijau dala sungai tidaka dapat melakukan proses fotointesi. Di
samping itu, oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi hewan air pun ikut menguap.
Sementara kenaikan suhu sungai menyebabkan suhu hewan berdarah dingin turut naik dan
meningkatkan laju metabolismenya, otomatis karena metabolisme memerlukan oksigen,
kebutuhan akan oksigen pun ikut naik, tetapi seperti yang dikatakan di atas bahwa suhu tinggi
dapat mengakibatkan oksigen menguap sehingga kandungan oksigen dalam air menurun, jika
kebutuhan oksigen ini tidak terpenuhi maka hewan itu akan mati.
Limbah organik membawa bahan organik yang banyak bagi sungai. Keberadaan bahan organik
yang banyak dalam sungai menyebabkan perkembangbiakan bakteri pengurai bahan organik
tersebut tumbuh dengan cepat. Bahkan jumlahnya dapat berlipat ganda. Hal ini akan menurunkan
kadar oksigen terlarut dalam air karena proses penguraian bahan organik itu sendiri
membutuhkan oksigen. Ini berarti jika jumlah bahan organik di sungai banyak, maka proses
penguraian bahan organik akan membutuhkan oksigen yang banyak pula. Kejadian ini biasanya
menyebabkan kekurangan oksigen. Lalu penguraian yang pada awalnya dilakukan leh bakteri
aerobik, digantikan tugasnya oleh bakteri anaerobik. Penguraian oleh bakteri anaerobik
menghasilkan gas metana yang menyebakan bau tak sedap.
Limbah yang mencemari sungai dapat juga mengakibatkan kerugian secara ekonomis. Sungai
yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk sarana rekreasi kota tidak dapat terwujud. Peluang
mendapat pemasukan bagi daerah dari sektor pariwisata sungai pun tidak mungkin dilakukan jika
air sungainya tercemar. Di samping itu, fungsi utama dari sungai itu sendiri dapat terganggu.
Sungai yang tadinya berfungsi menampung air hujan dan menjadi aliran air untuk keperluan
konsumsi manusia kini telah beralih fungsi menjadi tempat sampah yang besar.
Dari segi estetis, limbah yang terdapat banyak di sungai perkotaan membuat pemandangan yang
tidak mengenakkan. Selain bau, limbah sungai membuat kota terkesan kumuh dan kotor.
Lebih jauh lagi, limbah di sungai perkotaan ini mengakibatkan ekosistem sungai setempat rusak.
Pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme yang menghuni sungai terganggau dan bahkan
dapat mengakibatkan kepunahan spesies lokal jika dibiarkan terus-menerus. Kelangkaan air
bersih pun tidak dapat dihindari jika sungai yang menampung air alami ini tercemari limbah
dalam waktu yang lama. Lambat laun masalah yang ada saat ini akibat tercemarnya air sungai di
perkotaan akan membukit dan menjadi masalah yang lebih serius lagi.
5. Penanggulangan Pencemaran Air Sungai Di Perkotaan
Masalah pencemaran air sungai di perkotaan tidak bisa dibiarkan terus berlarut-larut, ini dapat
mengancam kehidupan semua makhluk hidup yang bergantung pada keberadaan sungai tersebut.
Pencemran sungai ini tidak hanya mengancam fauna dan flora lokal yang mendiami sungai tetapi
juga manusia yang memanfaatkan sungai sebagai penyedia air bersih untuk kebutuhan sehari-
hari. Perlu penanganan secara serius dari setiap pihak yang berkepentingan demi menjaga
kelestarian dan keberlangsungan hidup semua makhluk hidup.
Sebenarnya banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran sungai perkotaan oleh limbah ini jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
Upaya tersebut dapat dilakukan oleh setiap insan manusia yang peduli terhadap lingungan
sekitarnya. Tindakan seperti tidak membuang sampah ke sungai adalah tindakan sederhana yang
berdampak positif sangat besar, terutama untk jangka panjang.
Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
sungai di perkotaan :
a. Tidak membuang sampah atau limbah rumah tangga ke sungai
b. Mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos
c. Mengolah sampah nonorganik menjadi kerajinan tangan daur ulang. Di samping ramah
lingkungan, ini dapat menguntungkan secara ekonomi karena dapat menambah penghasilan
rumah tangga
d. Membuat lubang resapan biopori (LRB) di halaman rumah yang berfungsi untuk
menampung air hujan agar tidak semua hanyut ke sungai tetapi terendam ke dalam tanah dan
tanah akan memprosesnya secara alami agar kandungan beberapa zat terlarut dapat dikurangi
e. Membuat instalasi sanitasi pengolah kotoran rumah tangga. Ini dimaksudkan agar sebelum
dibuang, kotoran tersebut telah mengalami proses terlebih dahulu
f. Tidak membuang limbah kotoran hewan ke sungai. Lebih baik memanfaatkan dan mengolah
limbah pertanian seperti kotoran hewan ini untuk dijadikan pupuk kandang yang lebih bernilai
guna
g. Hemat dalam penggunaan air bersih agar persediaan air bersih tetap terjamin untuk jangka
waktu yang lama
h. Pengurangan atau penghapusan kandungan fosfor pada deterjen rumah tangga dan
mewajibkan pengelolaan limbah industri memberikan air kapur atau alumunium sulfat agar
fosfornya mengendap dan dapat dibuang
i. Membubuhkan sejumlah klor pada sungai yang tercemar. Klor akan membunuh bakteri yang
menyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut dalam air sungai
j. Menempatkan sejumlah saringan untuk menyaring limbah yang tampak atau besar. Limbah
jenis ini biasanya berasal dari limbah rumah tangga
k. Mengetahui sumber limbah yang menjadi pencemar sungai-sungai di perkotaan
l. Menetapkan peraturan yang melarang pembuangan limbah, baik itu limbah rumah tangga,
limbah pertanian, ataupun limbah industri ke sungai. Dan memberikan sangsi tegas pada pihak
yang melanggarnya. Peraturan ini dapat dibuat atas kebijakan pemerintah setempat dan
pemerintah pusat.
m. Pemanfaatan sungai sebagai sarana rekreasi. Masyarakat dan pemerintah bersama
mengelola dan memberdayakan sungai menjadi objek wisata. Ini akan meningkatkan kepedulian
sungai dari berbagai pihak karena sama-sama merasakan keuntungannya
n. Memanfaatkan bakteri tertentu. Sejumlah bakteri tertentu dapat menguraikan atau memecah
logam dari unsur mineral yang tak terlarut dengan memanfaatkan proses metabolisme
mikroorganismenya atau dengan memanfaatkan produk dari metabolisme tersebut. Pada cara
pertama bakteri pengurai tersebut akan memecah sulfida mineral secara langsung melalui proses
enzimatik. Logam berat yang sebelumnya mengendap dalam lumpur akan ikut melarut akibat
adanya proses oksida dari sulfida mineral. Sedangkan pada proses kedua yang terjadi adalah
mekanaisme tak langsung. Prinsip pengikatan mikroorganisme dan penguraian oleh bakteri
tersebut disebut thiobacilus ferrooxidans.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencemaran air sungai
di perkotaan adalah perubahan lingkunga sungai yang ada di perkotaan yang mengarah pada
keadaan tidak menguntungkan. Sebagian besar pencemaran ini diakibatkan karena tindakan
manusia, seperti perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi yang semakin
tinggi, bahan-bahan fisika dan kimia yang terbawa limbah, dan jumlah organisme tidak
menguntungkan yang meningkat di sungai perkotaan. Perubahan ini dapat mempengaruhi
kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung melalui air, hasil pertanian,
peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi, dan rekreasi di alam bebas.
Populasi manusia yang semakin banyak adalah penyebab utama pencemaraan air. Populasi
bukanlah hanya masalah bagi ilmuan, tetapi menyangkut masalah kesehatan dan kehidupan
manusia. Karena menyangkut organisme hidup, maka populasi merupakan masalah konservasi
sumber alam. Makhluk hidup seperti manusia selalu mencemari lingkungan karena tingkah
lakunya, seperti membuang kotoran hasil pencemaran dan metabolismenya. Sebagai makhluk
sosial, manusia memindahkan benda dari lingkungan dan menambah sisa-sisa makanan, pakaian,
perumahan, atau keperluan keluarga. Di perkotaan hal ini semakin rumit karena populasi
manusia yang sangat banyak, menyebabkan tingkat pencemaran air pun lebih tinggi.
Kepadatan penduduk dan peningkatan kebudayaan mensyaratkan kenaikan standar hidup. Hal ini
terjadi dengan mengorbankan sumber-sumber alam dan membuang sisa-sisa itu tidak tercernakan
secara alamiah. Manusia telah menguasai dan menganiaya lingkungannya baik karena
jumlahnhya yang banyak maupun karena ulahnya yang makin cerdas.
Pembubuhan bahan kimia atau limbah industri dan rumah tangga mempengaruhi kehidupan
floran dan fauna dalam air sungai. Pencemar ini dapat mengakibatkan kematian sejumlah spesies
makhluk hidup yang hidup bergantung pada air sungai tersebut. Dalam jangka yang panjang,
pencemaran air sungai di perkotaan ini tidak hanya membinasakan hewan dan tumbuhan yang
langsung bergantung pada sungai tersebut, tetapi juga kehidupan manusia yang secara tidak
langsung bergantung pada sungai.

B. Saran
Alasan yang sering diajukan mengenai pencemaran air sungai yang disebabkan oleh perbuatan
manusia yaitu kealpaan manusia untuk mengenal bahwa ia sendiri bagian dari alam. Sepanjang
manusia hidup ia terus-menerus mengeksploitasi alam. Seharusnya manusia sadar akan antar
hubungan manusia dengan alam. Manusia hendaknya membalikan kecenderungan yang terjadi
saat ini pada lingkungan, khususnya pencemaran air sungai. Manusia hendaknya memahami
ekologi dan berbagai azas ilmu lingkungan terutama konsep ekosistem air sungai.
Untuk menanggulangi masalah pencemaran air sungai di perkotaan, penduduk kota, pemilik
industri, dan pemerintahan kota setempat sebaiknya bekerja sama dalam mengatasi masalah
tersebut. Hal yang dapat dilakukan oleh penduduk kota dan pemilik industri ialah dengan tidak
membuang limbah yang dihasilkannya ke sungai secara langsung, melainkan melalui
serangkaian proses penguraian terlebih dahulu. Pemahaman kosep lingkungan hidup dan
pentingnya ekosistem sungai juga perlu diberikan pada masyarakat umum, agar mereka dapat
turut berperan aktif menjaga keseimbangan lingkungan yang ada saat ini, khususnya lingkungan
air sungai. Selain itu, pemerintah sebagai pihak yang membuat dan mempunyai kebijakan
seharusnya bersikap lebih tegas pada pihak-pihak yang merugikan ini. Misalnya dengan
membuat peraturan dan sangsi yang tegas pada pelanggarnya. Insyaalah pencemaran air dapat
diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

Administrator. (2009). Pencemaran Air. [Online]. Tersedia:


http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/305-pencemaran-air. [3
Mei 2011].

Alamendah. (2010). Pencemaran Air Di Indonesia. [Online]. Tersedia:


http://alamendah.wordpress.com/2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/. [3Mei 2011].

Lutfi, Achmad. (2009). Penanggulangan terhadap Terjadinya Pencemaran Air dan Pengolahan
Limbah.
[Online]. Tersedia: http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan /pencemaran
air/penanggulangan-terhadap-terjadinya-pencemaran-air-dan-pengolahan-limbah/. [3 Mei
2011]

Muhammad, Yunus. (2007). Pengertian dan Sumber Pencemaran Perairan


[Online].Tersedia:http://yunuzmuhammad.blogspot.com/2007/11/pengertian-dan-sumber
pencemaran.html. [3 Mei 2011].

Sastrawijaya, A. Tresna. (1991). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soemarwoto, Otto. (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan.


Jakarta: Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai