Anda di halaman 1dari 10

Penyebab dan Dampak Pencemaran Air Oleh

Limbah Pemukiman
Posted on 27 September 2010 by alamendah

Penyebab dan dampak pencemaran air oleh limbah pemukiman sepertinya menjadi salah
satu sumber utama dan penyebab pencemaran air yang memberikan dampak paling kentara
terutama pada masyarakat perkotaan di Indonesia.

Limbah pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab pencemaran air
diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan pada akhirnya pencemaran air ini juga
memberikan dampak dan akibat merugikan bagi manusia itu pula.

Pnaegagunn deterjen yang berlebihan merangsang tumbuhnya eceng gondok (gambar wikipedia)

Sebagaimana pernah saya tulis dalam artikel Pencemaran Air di Indonesia, pencemaran air
merupakan suatu perubahan keadaan tempat penampungan air yang mengakibatkan menurunnya
kualitas air sehingga air tidak dapat dipergunakan lagi sesuai peruntukannya. Perubahan ini
diakibatkan oleh aktivitas manusia.

Limbah Pemukiman. Salah satu penyebab pencemaran air adalah aktivitas manusia yang
kemudian menciptakan limbah (sampah) pemukiman atau limbah rumah tangga.

Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah
anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan
oleh bakteri seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik
seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah
anorganik ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable).

Selain sampah organik dan anorganik, deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling
potensial mencemari air. Padahal saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen.

Dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pemukiman mendatangkan akibat atau
dampak diantaranya:

 Berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air karena sebagian besar oksigen
digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses pembusukan sampah.
 Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat menghalangi cahaya matahari sehingga
menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen.
 Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk jangka
waktu yang lama di dalam air, mencemari air dan meracuni berbagai organisme air.
 Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air
sungai atau danau yang merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok
(Eichhornia crassipes).
 Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan
permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya
matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis.
 Tumbuhan air (eceng gondok dan ganggang) yang mati membawa akibat proses
pembusukan tumbuhan ini akan menghabiskan persediaan oksigen.
 Material pembusukan tumbuhan air akan mengendapkan dan menyebabkan
pendangkalan.

Selain diakibatkan oleh limbah pemukiman (rumah tangga) sumber atau penyebab pencemaran
air juga disebabkan oleh limbah pertanian, limbah industri, dan di beberapa tempat tertentu
diakibatkan oleh limbah pertambangan.

Menangani Limbah Pemukiman. Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat untuk
berlaku bijak dengan limbah rumah tangga yang dihasilkannya.

Pengelolaan sampah, perubahan gaya hidup dan pola pikir tentang sampah, melakukan 3R
(Reuse Reduce dan Recycle), serta tidak membuang sampah terutama di sungai dan tempat
penampungan air semisal sungai dan danau perlu dilakukan oleh semua pihak untuk mengurangi
dampak pencemaran air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga (pemukiman).

Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah tindakan kecil sebagai awalan; memulai
dari diri sendiri!

 Referensi: alamendah.wordpress.com/2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/
 Gambar: id.wikipedia.org
Kerusakan Sungai dan Daerah Aliran Sungai
di Indonesia
Posted on 12 Agustus 2010 by alamendah

Daerah Aliran Sungai di Indonesia semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke
tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada aspek
biofisik ataupun kualitas air.

Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai
utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai
1.512.466 km2. Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam
menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan lainnya.

Saat ini sebagian Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari
perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS. Gejala Kerusakan lingkungan Daerah Aliran
Sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan
lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai.

Dampak Kerusakan DAS. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi mengakibatkan
kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau.
Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang
dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim
kemarau.

Sungai dengan Daerah Aliran Sungai di sekitarnya

Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai
yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah tangga,
limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan. Pencemaran air
sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah tersendiri yang sangat serius.

Saat ini beberapa Daerah Aliran Sungai di Indonesia mendapatkan perhatian serius oleh
pemerintah dalam upaya pemulihan kualitas air. Sungai-sungai itu terdiri atas 10 sungai besar
lintas provinsi, yakni:

 Sungai Ciliwung; Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta dengan DAS seluas 97.151 ha.
 Sungai Cisadane; Provinsi Jawa Barat dan Banten dengan DAS seluas 151.283 ha
 Sungai Citanduy; Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan DAS seluas 69.554 ha
 Sungai Bengawan Solo; Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan DAS seluas
1.779.070 ha.
 Sungai Progo; Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dengan DAS seluas 18.097 ha
 Sungai Kampar; Provinsi Sumatera Barat dan Riau dengan DAS seluas 2.516.882 ha
 Sungai Batanghari; Provinsi Sumatera Barat dan Jambi dengan DAS seluas 4.426.004 ha
 Sungai Musi; Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan dengan DAS seluas 5.812.303 ha
 Sungai Barito; Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan dengan DAS seluas
6.396.011 ha.
 Sungai Mamasa (Saddang); Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan dengan DAS
seluas 846.898 ha.

Selain pada 10 sungai lintas provinsi juga pada 3 sungai strategis nasional, yaitu:

 Sungai Citarum; Provinsi Jawa Barat dengan DAS seluas 562.958 ha.
 Sungai Siak; Provinsi Riau dengan DAS seluas 1.061.577 ha.
 Sungai Brantas; Provinsi Jawa Timur dengan Daerah Aliran Sungai seluas 1.553.235 ha.

Semoga kedepannya, Daerah Aliran Sungai yang kita punyai semakin berkurang kerusakannya
dan membaik kondisinya sehingga 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai di Indonesia
tidak lagi mendatangkan bencana buat kita semua. Justru sebaliknya, sungai-sungai tersebut
membawa manfaat dan kesejahteraan buat seluruh rakyat Indonesia.

Referensi: Buku Status Lingkungan Hidup Indonesia 2009; www.mediaindonesia.com (gambar)

DAMPAK LIMBAH DOMESTIK BAGI KESEHATAN

Di kota-kota besar limbah domestic banyak yang langsung dibuang ke sungai, padahal kebiasaan
ini memberikan dampak negative yang cukup besar bagi kesehatan manusia. Limbah domestik
cair yang dihasilkan oleh rumah tangga memberikan banyak bahan pencemar dalam sungai
dibanding limbah industri dan limbah pertanian. Masuknya limbah domestik akan
mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen
Demand) dan kandungan zat organik dalam sungai.

Jika akumulasi air limbah dalam sungai terjadi, maka dapat menyebabkan eutrofikasi.
Eutrofikasi yang menyebabkan kenaikan populasi tanaman yang berakibat turunnya kandungan
oksigen terlarut dalam air. Penurunan kadar oksigenkarena adanya tanaman yang mati dan
pembusukan oleh jasad renik. Selain itu, eutrofikasi menyebabkan terjadinya peningkatan
kekeruhan dan warna pada air. Jika air limbah yang tidak diolah dan langsung dibuang ke aliran
sungai, dekomposisi bahan organik yang terkandung dapat menyebabkan terbentuknya gas-gas
yang berbahaya dalam jumlah besar.
Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water). [1]

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan
kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

[sunting] Pengolahan limbah

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:

1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan


2. pengolahan menurut karakteristik limbah

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman
membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan
sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus
disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban
misalnya. [1]

1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus. [1]
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang cukup dan tersambung ke unit
penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat
perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.[1]
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan
sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah.
Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS),
tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Dibeberapa
wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif
oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan
memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.[1]
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan
saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan
mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar
dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase
harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.[1]
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan
dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan makan,
minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga untuk kebutuhan cuci dan pembersihan
lingkungan.[1]

[sunting] Karakteristik Limbah

1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

[sunting] Limbah Industri

Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian

1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air
pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik, dan bahan
buangan anorganik.
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel

Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang
“bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat
mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut
cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran
masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran
primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran
sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.

Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor,
fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer.
Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit
energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga,jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak
(mobile source) seperti: truk,bus, pesawat terbang, dan kereta api.

Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran
udara global adalah: a. Karbon monoksida (CO), b. Nitrogen oksida (Nox), c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx) e. Partikulat.

Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak
sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi
cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang
dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu: a. CO2 (karbon
monoksida), b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog), c. Hujan asam d. CFC
(Chloro-Fluoro-Carbon/Freon), e. CH4 (metana).

1. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk
limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini
ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3).

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah
B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena
rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan
dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3.
Macam Limbah Beracun

* Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
* Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar
dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
* Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan
atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam
suhu tinggi.
* Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila
masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
* Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
* Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada
kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0
untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
basa.

[Pengelolaan]] Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,


pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3.
Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan
kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatan kemampuan
dan fungsi kualitas lingkungan

2.    Pencemaran air


Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak mampu lagi
mendukung
aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian terbesar
yang
menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industri,di samping limbah padat berupa
sampah
domestik.

Sumber-sumber Pencemaran Air

Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah tangga,
tetapi juga oleh
limbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan
pertanian saat
ini, ternyata semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu
disebabkan
oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.

Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air ataupun
ke tanah
tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang dilakukan belum
memadai.
Pengolahan limbah bertujuan memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak
membahayakan lingkungan hidup.

Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:


a. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah industri, pertanian
dan bahan

pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan, sumur, sungai, dan
lingkungan sekitarnya.

Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi tingkat pencemarannya.


Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.) maupun cairan (air cucian,
minyak goreng

bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu sampah organik dan ada pula
yang
tidak dapat terurai. Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi, misalnya
sisa obat,
baterai bekas, air aki. Limbah-limbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3).
Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar
biologis
(seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan mengikuti aliran air.

b. Limbah Lalu Lintas


Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari kapal tangker.
Tumpahan
minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak dapat mengotori air tanah. Selain terjadi di
darat,
pencemaran lalu lintas juga sering terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.

c. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan misalnya dari
pestisida dan
herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan. Limbah pestisida dan herbisida mempunyai
sifat kimia
yang stabil, yaitu tidak terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah,
dasar
sungai, danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang hidup di
dalamnya.

Pada pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi pada badan
air/perairan terbuka

Penanggulangan Pencemaran Air


Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui:
•        Perubahan perilaku masyarakat
•        Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair

1.    Perubahan Perilaku Masyarakat


Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran terhadap
badan

air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan
menanggulangi
pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya
dengan tidak
membuang sampah dan limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan
disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang
diterapkan di lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang
pada tempat yang telah ditentukan.Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang
pemanfaatan sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah
dan tempat mandi-cuci-kakus (MCK). Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya
dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri hendaknya
diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air
buangan baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian akan tercipta
sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat:


1.  Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.
2.  Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan sepeda motor
3.  Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan sebagai tempat
kakus
4.  Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu

2    Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair


Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di
daerah/lingkungan yang

rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh rumah disediakan satu WC umum.
Upaya demikian

sangat bersahabat dengan lingkungan, murah dan sehat karena dapat menghindari pencemaran
air sumur / air

tanah.

Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air
kamar

mandi, dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung dialirkan ke selokan
atau

sungai.

Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa
kolam kemudian

dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia tertentu) maupun
biologis

(diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk
menguji

kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan pengaruh
polutan diteliti.

Dengan demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak
tercemar.

Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai berikut:
a)   Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan padatan yang
mengendap atau

mengapung.
b)   Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara biologis
c)   Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan
tersuspensi,

terlarut atau berwarna dan bau. Untuk itu bisa menggunakan beberapa metode bergantung pada
komponen yang

ingin dihilangkan.
-    Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida untuk
mengendapkan fosfor.
-    Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut, berwarna atau bau.
-    Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan menggunakan
tenaga

listrik
-    Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun mineral dari air
-    Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit
Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas, tetapi bergantung
pada

jenis limbah yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air tak tercemar yang siap dialirkan ke badan air
dan

lumpur yang siap dikelola lebih lanjut. Berdasarkan penelitian, tanaman air seperti enceng
gondok dapat

dimanfaatkan untuk menyerap bahan pencemar di dalam air.

Anda mungkin juga menyukai