Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR MINUM

Disusun Oleh :
Hexza Septivinanda Mayangsari (2206502008)

Program Magister Ilmu Lingkungan


Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2023
SUMBER AIR
Air adalah unsur yang penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Fungsi ini tidak dapat digantikan oleh unsur lainnya. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan
oleh manusia membutuhkan air, mulai dari mandi, makan dan minum serta aktivitas sehari-hari
lainnya.

Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial
bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah
tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia
membutuhkan air tawar. 97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang
lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang
tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian
kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara.

Untuk keperluan air minum, maka sumber air baku yang dapat digunakan untuk
kebutuhan air minum dapat terdiri dari mata air, air permukaan (sungai, danau, waduk, dll.),
air tanah (sumur gali, sumur bor) maupun air hujan. Dari segi kualitas air, kualitas mata air
relatif jernih dibandingkan dengan kualitas sumber air dari air permukaan pada umumnya,
dengan demikian mata air lebih baik digunakan dibandingkan dengan air permukaan. Namun
demikian keberadaan mata air ini pada saat ini terus berkurang keberadaannya. Air tanah, yang
umumnya mempunyai kandungan besi dan mangan relatif lebih besar dari sumber air yang
lain, pemakaiannya juga sudah harus mulai dikurangi atau dihentikan sehubungan dengan
masalah penurunan muka tanah. Air hujan yang keberadaannya sangat tergantung musim,
masih dapat digunakan sebagai sumber air baku dengan membangun tangki penampungan atau
waduk dalam skala besar.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 Sumber air dibagi menjadi 4
kelompok, yakni air permukaan, air tanah, air hujan dan mata air.

a. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau bahan baku air
minum, antara lain :
1. Air waduk (berasal dari air hujan)
2. Air Sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
3. Air danau (berasal dari air hujan, mata air dan atau air sungai)
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir diatas permukaan bumi. Selama
pengalirannya, air permukaan mendapat pengotoran dari lumpur, batang-batang kayu,
dan sebagainya. Air permukaan pada hakekatnya banyak tersedia di alam. Kondisi
tersebut sangat beragam karena dipengaruhi oleh banyak hal berupa elemen materi
meteorologi dan elemen daerah pengairan. Kualitas air permukaan tergantung dari
daerah yang dilewati oleh aliran air. Pada umumnya, kualitas air permukaan tidak
terlalu baik karena banyak mengandung lempung dan substansi organik. Atas dasar
kandungan bahan terendapkan dan bahan tersuspensi maka kualitas air sungai relatif
lebih rendah daripada kualitas air danau, rawa, dan reservoir. Air permukaan umumnya
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, setelah melalui proses tertentu.

b. Air Tanah
Air tanah adalah air yang keberadaannya dibawah permukaan air tanah. Air tanah
adalah sumber air yang utama tapi bukan satu satunya untuk sumber air minum.
Kelayakan air tanah ini menjadi masalah utama. Air tanah adalah air yang keluar
dengan sendirinya kepermukaan. Mata air yang bersumber dari tanah dalam tidak
dipengaruhi dan kualitas dan kuantitasnya sama dengan keadaan air didalam tanah.
Air tanah yang berada didalam tanah harus digali atau dibor untuk mendapatkannya
agar air keluar ke permukaan tanah. Pada umumnya, air tanah yang berasal dari air
hujan yang melalui proses infiltrasi secara langsung atau tidak langsung dari air sungai,
danau, rawa, dan genangan air lainnya.
Air tanah adalah air permukaan yang meresap dalam tanah sehingga mengalami
penyaringan oleh tanah, batu-batuan, maupun pasir. Ciri-ciri air tanah, yaitu memiliki
suspended solids rendah dan dissolved solids tinggi. Permasalahan pada air tanah yang
mungkin timbul adalah tingginya angka kandungan total dissolved solid (TDS), besi
mangan, dan kesadahan air tanah.
c. Air Hujan
Terjadinya air hujan dikarenakan proses penguapan, terutama air permukaan laut yang
naik ke atmosfer dan mengalami pendinginan kemudian jatuh kepermukaan bumi.
Selama proses penguapan tersebut berlangsung, misalnya saat butiran hujan jatuh ke
permukaan bumi, sebagian butiran hujan lainnya akan menguap sebelum sampai
dipermukaan bumi. Sebagian lainnya akan tertahan pada tumbuhan dan oleh matahari
akan diuapkan kembali ke atmosfer. Air hujan yang sampai ke bumi, akan mengisi
cekungan, kubangan dipermukaan bumi dan sebagian akan mengalir di permukaan
bumi. Air hujan jumlahnya sangat terbatas dipengaruhi antara lain oleh musim, jumlah,
intensitas, dan distribusi hujan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh letak geografis suatu
daerah. Kualitas air hujan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara atau atmosfer di
daerah tersebut. Pencemaran yang mungkin timbul dan memengaruhi kualitas air hujan
adalah debu serta gas. Secara alami, kualitas hujan relatif baik. Hanya saja jarang
mengandung mineral. Air hujan banyak dimanfaatkan jika air tanah atau air permukaan
sulit ditemukan.
d. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang dapat mencapai permukaan tanah melalui celah bebatuan
karena adanya perbedaan tekanan. Mata air bersumber dari deposit air tanah yang
memiliki tekanan tertentu dan keluar melalui dasar permukaan tanah melalui celah
batuan. Karakterstik air dari mata air ini meliputi air tanah yaitu bebas bakteri pathogen
bila cara pengambilannya baik, dapat langsung diminum tanpa pengolahan khusus, dan
banyak mengandung mineral. Pada pengelolaan mata air sebagai sumber air bersih,
perlindungan mata air dari pencemaran sangat penting, demikian pula cara
pendistribusiannya. Bronkaptering merupakan mata air yang dikelola untuk keperluan
sekelompok rumah tangga yang diberi bangunan pelindung.

PENGGUNAAN AIR TANAH

Krisis air yang melanda dunia saat ini disebabkan karena terjadinya krisis perilaku masyarakat
dan krisis pengelolaan lingkungan. Jadi bukan karena semata-mata kurangnya air untuk
memenuhi kebutuhan hidup, penyebab mengapa kita mengalami kesulitan air dan lingkungan
menjadi kritis. Fakta menunjukkan telah terjadi kecenderungan yang menurun, baik dari sisi
penyediaan (supply) jumlah maupun mutunya. Sementara di sisi kebutuhan (demand) justru
terjadi peningkatan. Sumber air tanah dinilai memiliki kelebihan dibandingkan dengan sumber
air permukaan.Kelebihan sumber air tanah diantaranya selain kualitasnya cukup baik, bisa
cepat dan langsung dimanfaatkan. Hal inilah penyebab mengapa sumber air tanah masih
menjadi pilihan utama untuk memenuhi berbagai keperluan.

Dirjen Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Ir. Rustam Syarief
menyatakan hal itu dalam sambutannya yang dibacakan Direktur SDA Wilayah Tengah,Ir.
Djoko Subarkah pada acara “Lokakarya Percontohan Sumur Resapan” Selasa (21/10) di
Jakarta. Rustam menegaskan, pilihan masyarakat tersebut dikarenakan kurang memadainya
sumber air permukaan dalam memasok kebutuhan akan air.
Buktinya 80% kebutuhan air minum dan rumah tangga masih menggantungkan sumber air
tanah. Terlebih lagi di daerah urban, ungkapnya. Data itu menunjukkan pemakaian air tanah
terus meningkat dari tahun ke tahun, tambah Rustam. Penggunaan air tanah di DKI, kata
Rustam sejak 1990-1994 telah mengalami peningkatan dari 31 juta m3 menjadi 33,8 juta m3.
Begitu pula di Cekungan Bandung dari 46,8 juta m3 meningkat menjadi 61 juta m3.

Dikatakan, pemakaian air tanah untuk kebutuhan domestik dan perkotaan juga mengalami
peningkatan. Hal itu dapat diketahui dari adanya instrusi air laut, dan amblesan tanah.
Berkaitan dengan itu maka sudah saatnya dilakukan pengelolaan air tanah yang mengacu pada
efisiensi dan efektivitas demi kelestarian sumber air tanah dimasa depan. Sebab bila tidak, tegas
Rustam harga air tanah akan semakin tinggi. Dia mencontohkan,eksploitasi air tanah oleh
kalangan industri dan dunia usaha di perkotaan.Terlihat belum adanya upaya dari mereka
(pengguna air) untuk mengisi kembali sumber air yang digunakan, sehingga praktis cadangan
air tanah terus berkurang.

Menurutnya, mengelola air akan selalu berkaitan dengan menata perilaku masyarakat agar
mereka hidup lebih bijak dan ramah bersama air. Perilaku masyarakat yang kurang peduli
terhadap air terlihat dari tercemarnya sungai oleh limbah industri dan limbah rumah
tangga.Sehingga air bersih menjadi barang mewah yang sulit diperoleh masyarakat. Rustam
menyatakan, sebenarnya upaya-upaya teknis banyak dilakukan berbagai pihak, tetapi tanpa
diiringi dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya kelestarian sumberdaya air, maka
upaya tersebut tidak akan optimal. Oleh karena itu, ujar Rustam diperlukan keterpaduan pola
penanganan krisis air, baik substansi permasalahan maupun teknis penangannya.

PEREMBESAN AIR LAUT

Seusai membuka Lokakarya,Direktur SDA Wilayah Tengah, Djoko Subarkah,


mengungkapkan, saat ini perembesan air laut sudah sangat mengkhawatirkan. Itu terjadi akibat
pemanfaatan air tanah yang berlebihan tanpa memperhatikan upaya-upaya konservasi sumber
daya air (SDA).

Menurutnya, rembesan air laut di Pantura kini telah mencapai 15-20 kilometer. Bahkan di DKI
Jakarta instrusi air laut sudah sampai sekitar Jl. Sudirman,Jakarta Pusat. Jika pemanfaatan air
tanah dibarengi dengan upaya konservasi maka cadangan air tanah yang cukup banyak mampu
mendesak rembesan air laut, sehingga tidak merambah masuk lebih jauh lagi.
Dikatakan, guna mencegah perluasan rembesan air laut, dibutuhkan kesadaran dari masyarakat
untuk membangun sumur-sumur resapan. Menurut dia, sosialisasi untuk membangun sumur
resapan telah dicanangkan jauh-jauh hari, namun hingga kini kesadaran Masyarakat masih
rendah. Berkaitan dengan masalah ini Pemda perlu diberi dorongan, agar dapat menciptakan
suatu Perda. Dimana di dalamnya, menggugah kesadaran masyarakat untuk membangun sumur
resapan. Terutama di daerah-daerah yang padat pemukiman, yang kecil kemungkinannya
tersedia lahan kosong untuk membangun sumur resapan.

Jika masalah air tanah diabaikan, selain membuka celah bagi instrusi air laut juga dapat
mengakibatkan amblasnya tanah,serta terjadinya pencemaran dari limbah di sekitarnya.

RANGKUMAN JURNAL 1
KARAKTERISTIK AIR TANAH DI KECAMATAN TAMANSARI KOTA
TASIKMALAYA

Latar Belakang :
Pemilihan lokasi kajian di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya ini dipilih karena
kecamatan tersebut merupakan daerah yang paling kering dan paling susah mendapatkan air
tanah dibandingkan dengan 7 (tujuh) kecamatan yang lain.
Metodologi :
Uji pemompaan merupakan suatu tahapan untuk menguji kapasitas debit dan parameter -
parameter fisik akifer. Hasil tersebut dapat untuk mengetahui potensi sumur gali atau sumur
bor. Data debit sumur sangat penting sebelum dilakukan ekspoitasi pada sumur bor. Secara
umum uji pemompaan atau Pumping Test terdiri dari dua metoda yaitu uji akifer dan uji pompa.
Karakteristik akifer dapat berupa: Koefisien Transmisibilitas dan Koefisien Permeabilitas.
Dalam uji coba pemompaan ini memakai metode Theis recovery, karena kebanyakan tipe
sumur yang ada adalah confined akifer dan mempunyai jenis aliran yang unsteady. Uji Pompa
ini juga tidak memakai sumur pantau karena keterbatasan peralatan terutama Automatic Water
Level Recorded (AWLR), sehingga yang diamati adalah pulihnya muka air tanah setelah
dilakukan pemompaan selama beberapa saat.
Dari hasil pemompaan tersebut kemudian langkah langkahnya adalah sbb:
• Data pemompaan di plot pada kertas semilog
• Sumbu datar untuk harga t/t’
• Sumbu tegak untuk harga pemulihan muka air tanah (s’)
• t = waktu pompa dihidupkan sampai pompa dimatikan sehingga terjadi pemulihan air tanah
• t’ = waktu sejak pompa dimatikan sampai pengukuran pemulihan muka airtanah seperti
semula
• Dari pengeplotan data s’ dan t/t’ didapat nilai s’ untuk satu siklus logaritma
Pengukuran koefisien Permeabilitas menggunakan metode (Shallow dug-well recovery test)
dari Bouwer & Rice, 1976. Koefisien permeabilitas adalah besarnya aliran air tanah yang
melalui akuifer dengan penampang 1 m2 di bawah pengaruh gradien hidrolik (Krusseman,
1994)(4). Nilai koefisien permeabilitas sangat dipengaruhi oleh porositas dan sifat cairan yang
melaluinya. Penelitian ini menggunakan metode Shallow Dug-Well Recovery Tests.
Kesimpulan :
Tipe akifer di Kecamatan Tamansari adalah akifer bebas (unconfined) dengan lapisan kedap
air kurang dari 30 meter dan materialnya didominasi oleh lempung pasiran. Terdapat 10 titik
uji pompa (pumping test) yang tersebar di seluruh kecamatan dan hasilnya adalah potensi
airtanah di Kecamatan Tamansari tidak begitu baik dengan tingkat permeabilitasnya rendah
dan potensinya berkisar 3.313 – 4.868 m3/hari. Keterdapatan airtanah relatif dalam dan
potensinya tidak merata, desa Setiawargi dan Bantarhuni merupakan desa dengan potensi
airtanah yang kurang. Pemanfaatan air tanah hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga dan
sangat tidak dianjurkan untuk penurapan lebih lanjut seperti untuk pertanian dan peternakan.
Pemanfaatan air hujan yang berlebih dengan Pembangunan balong dan tandon air akan sangat
membantu di dalam mengantisipasi kekurangan air tanah pada musim penghujan.

RANGKUMAN JURNAL 2
KARAKTERISTIK AIR TANAH PADA AKIFER VULKANIK DI LERENG
TENGGARA GUNUNG PULOSARI, PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

Latar Belakang :
Gunung Pulosari merupakan Gunung Api strato yang terletak di daerah Pandeglang Provinsi
Banten. Daerah penelitian disusun oleh batuan vulkanik yang memiliki potensi air tanah yang
besar. Masih sedikitnya ekploitasi air tanah, membuat daerah di sekitar Gunung Pulosari ini
menarik untuk diteliti kondisi hidrogeologinya. Walaupun demikian, keterdapatan air tanah
dapat berkurang karena di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti curah hujan, kondisi
penggunaan lahan dan meningkatnya pemakaian air tanah oleh penduduk. Kajian kimia air
adalah salah satu metode yang biasa digunakan untuk menentukan karakteristik air tanah dan
menentukan kualitas air tanah serta hubungannya dengan kondisi geologi tempat
kemunculannya. Tujuan dari penelitian adalah menentukan karakteristik air tanah serta
kaitannya dengan kondisi geologi yang berkembang di daerah penelitian.
Metodologi :
Tahapan pertama dalam analisis kimia air tanah di daerah penelitian adalah melakukan
identifikasi fasies air tanah di daerah penelitian. Air tanah dikelompokkan kedalam beberapa
fasies air tanah. Metode yang digunakan untuk analisis fasies air tanah adalah diagram trilier
piper. Metode ini merupakan bagian terpenting untuk studi genetik air tanah, sangat efektif
dalam pemisahan analisis data bagi studi krisis teruatama mengenai sumber unsur penyusun
terlarut dalam air tanah,perubahan atau modifikasi sifat-sifat air tanah yang melewati suatu
wilayah tertentu serta hubungannya dengan problem-problem geokimia. Analisis ini bertujuan
untuk menggambarkan ion-ion utama yang mempunyai kontribusi dominan dalam air.
Kombinasi antara kation dan tersebut digunakan sebagai dasar penamaan fasies air tanah.
Kesimpulan :
Hasil analisis kimia air dengan diagram Piper (1944) menunjukan seluruh mata air yang diuji
memiliki fasies bikarbonat (HCO3) untuk anion, artinya kondisi hidrogeologinya masih
dipengaruhi oleh kondisi permukaan. Sedangkan fasies kation didominasi oleh Kalsium (Ca)
yang menunjukkan bahwa sistem aliran air tanah masih bersifat local dan pada lokasi P-3
muncul dominasi Natrium menunjukkan interaksi air dengan batuan yang memiliki banyak
kandungan Na seperti mineral anortit, hal ini perkuat dengan ditemukannya lava disekitar
kemunculan mata air sedangkan mata air lain muncul pada litologi Tuff dan Breksi vulkanik.

RANGKUMAN JURNAL 3
KARAKTER AIR TANAH DALAM (DEEP WELL) BERDASARKAN SIFAT FISIK
DAN KIMIA UNTUK PENDUGAAN SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI
KECAMATAN MUARA BANGKAHULU KOTA BENGKULU

Latar Belakang :
Kualitas air payau (air permukaan) yang rendah sebagai sumber air bersih menjadi salah satu
alasan masyarakat mencari sumber air alternatif, salah satunya sumur bor (deep well). Air yang
dibutuhkan oleh tubuh harus memenuhi syarat kualitas yang mencakup syarat fisik, kimia,
mikrobiologi dan radioaktif sebagaimana standar Kementerian Kesehatan RI yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017, tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Kegiatan
pengambilan air tanah oleh masyarakat dan industri yang berlebihan dan tidak dikendalikan
dapat memengaruhi keseimbangan air tanah. Sehingga, pengamatan kondisi hidrogeologi perlu
dilakukan untuk mengelola penggunaan air tanah untuk mencegah intrusi air laut dan
kelayakan penggunaan deep well (air tanah dalam) sebagai sumber air bersih yang memenuhi
syarat kesehatan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
karakter air tanah dalam (deep well) berdasarkan kondukstifitas, Ph dan Total Dissolved Solid
(TDS) dan pH untuk pendugaan intrusi air laut dan kandungan organik di Kecamatan Muara
Bangkahulu Kota Bengkulu.
Metodologi :
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan parameter konduktifitas, pH dan Total
Dissolved Solid air tanah dalam (deep well) di lapangan menggunakan instrumen. Pengamatan
parameter air tanah dalam ini dilakukan untuk menduga sebaran intrusi air
laut dan kandungan zat organik di daerah permukiman Kecamatan Muara Bangkahulu.
Sampel air tanah dalam yang diambil sebagai penunjang data intrusi air laut menggunakan air
sumur bor milik warga di wilayah penelitian
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengamatan, air tanah dalam di lokasi penelitian mengandung nilai pH
tertinggi 6.82 dan terendah 5,8 (asam). Rata – rata pH untuk seluruh wilayah adalah 6.11. pH
air yang dianjurkan untuk bisa digunakan untuk keperluan sehari – hari adalah 6.5 sampai 8.5.
Nilai TDS tertinggi 650 mg/L dan terendah 277 mg/L dengan rata – rata 506 ppm, melewati
standar baku mutu yang diperbolehkan. Konduktifitas rata – rata air tanah dalam di wilayah
Kecamatan Muara Bangkahulu adalah 136 μmhos/cm.

RANGKUMAN JURNAL 4
PEMETAAN KELAYAKAN AIR TANAH SEBAGAI AIR BERSIH DI DESA TELUK
NILAP, PROVINSI RIAU

Latar Belakang :
Air tanah dangkal sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan akan sumber daya air. Namun, jika kualitas air tanah tersebut kurang baik di
khawatirkan dapat memberikan dampak negatif bagi masyarat yang menggunakannya. Oleh
karena itu, dilakukan penelitian tentang pemetaan kelayakan kualitas air tanah sebagai air
bersih untuk memastikan bahwa air tanah yang digunakan di daerah penelitian memenuhi
persyaratan sebagai air bersih.
Metodologi :

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan cara mengumpulkan data air
tanah dangkal (sumur gali) di lokasi penelitian. Kemudian, ditentukan pengamatan (pumping
test) dan pengambilan sampel air tanah dangkal untuk analisis laboratorium.
Sampel air tanah diambil dari 15 lokasi sumur gali yang ada di daerah penelitian. Sampel air
tanah tersebut dimasukkan ke dalam suatu wadah lalu sampel dibawa ke laboratorium agar
dapat dianalisis lebih lanjut.

Kesimpulan :

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa air tanah di daerah
penelitian berwarna keruh (60%), coklat (20%), kuning (14%) dan bening (6%). TDS air tanah
berkisar antara 283,4 – 958,0 mg/l. pH air tanah berkisar 5,39 – 6,37. Kadar Fe air tanah
berkisar 0,3 – 30 mg/l. Kadar Hg air tanah berkisar 0,0009 – 0,02 mg/l. Kadar Pb air tanah
serkisar 0,009 – 0,01 mg/l. Berdasarkan hasil pengukuran semua baik parameter fisika maupun
parameter kimia air tanah di daerah penelitian yang mengacu pada Permenkes No.32 tahun
2017 tentang persyaratan air bersih maka dihasilkan peta kelayakan air tanah yang menunjukan
bahwa semua air tanah yang terdapat pada daerah penelitian ini tidak layak digunakan sebagai
air bersih.

Anda mungkin juga menyukai