BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air merupakan elemen paling melimpah di bumi. Menurut Richard
Middleton, (2009) 2/3 (±70 %) dari bagian bumi adalah perairan. Jumlah air kira-
kira 1,4 ribu juta km3. Menurut UNESCO, (1978) dalam Chow et al, (1988) yang
dikutip DESDM, (2008) dalam buku Manajemen Air Tanah Berbasis Konservasi,
jumlah air di dunia adalah 1.385.984.610 km3, terdiri dari 96,54 % (1.338.000.000
km3) air laut/air asin dan 3,46 % air lainnya yang terdiri dari; air asin di luar air
laut 0,93 % (12.955.400 km3) dan air tawar 2,53 % (35.029.210 km3). Menurut
Tasman, (2009) dari jumlah total air tawar terdiri dari Es dan Salju tersimpan di
kutup utara dan selatan 69,533 %, air tanah dalam 30,061 % (10.530.000 km3), air
tanah dangkal (Soil Moisture) 0,047 %, Danau 0,260 %, Sungai 0,006 %,
Rawa/payau 0,033 %, air biologi 0,003 % dan air di atmosfir 0,037 %.
Menurut Tasman, (2009) kebutuhan air bersih (domestik) penduduk di
perkotaan adalah 200 liter/orang/hari, sedangkan di perdesaan sebesar 60
liter/orang/hari. Jika kebutuhan air bersih setiap orang/hari rata-rata 100
liter/orang/hari, maka pada tahun 2050 untuk kebutuhan domestik saja diperlukan
air bersih sebanyak 10.500 milyar km3/hari belum termasuk untuk kebutuhan
pertanian, industri dan sebagainya.
Jumlah air di bumi memang sangat melimpah, tetapi untuk memperoleh air
bersih yang sesuai dengan standar kesehatan sudah mulai dirasakan sulit. Sungai
yang dulunya bersih, sekarang sudah berubah menjadi sungai yang tercemar,
karena sampah dan air limbah. Suplai air bersih untuk memenuhi kebutuhan
penduduk tergantung dari air tanah. Air tanah tidak hanya digunakan sebagai
sumber air minum dan kebutuhan rumah tangga tetapi juga digunakan untuk
kebutuhan industri, pertanian dan lainnya. Pengambilan air tanah secara terus
menerus akan menyebabkan kuantitas akan berkurang yang ditandai turunnya
muka air tanah. Padahal terbentuknya air tanah membuntuhkan jangka waktu
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
4
bulanan hingga ribuan tahun, tergantung curah hujan dan kondisi geologi
setempat.
Seiring dengan pertambahan penduduk maka kebutuhan air juga
bertambah, sedangkan lahan yang berfungsi sebagai daerah resapan air menjadi
berkurang. Lahan hijau yang fungsi utamanya sebagai pabrik oksigen, mengatur
suhu dan kelembaban udara serta yang sekaligus sebagai poros infiltrasi air hujan
masuk kedalam tanah, menghalangi erosi dan pencegah banjir telah berubah
fungsi menjadi ruang terbangun sebagai pemukiman, industri dan sebagainya
sehingga infiltrasi air ke dalam tanah menjadi berkurang karena dihalangi oleh
bangunan. (Tasman, 2009).
Menurut Neni, (2006) penurunan kuantitas dan kualitas juga dialami oleh
situ, kubangan air raksasa yang terbentuk secara alami untuk menampung
sekaligus meresapkan air ke akuifer air tanah secara terus-menerus, termasuk saat
musim kering. Data Departemen Kimpraswil menunjukkan telah terjadi
penyusutan secara drastis luas 200 situ di Jabodetabek dari semula 2.337,10 ha
menjadi 1.462,78 ha. Hal ini di sebabkan maraknya permukiman liar di sekitar
wilayah situ. Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag pada Maret
2000 memprediksi Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami
krisis air pada 2025.
Forum Air Dunia II (Den Haag 2000) menghimbau untuk melakukan
beberapa upaya yang perlu diterapkan dalam mengatasi masalah tentang
ketersediaan air antara lain :
a. Pembudayaan gerakan hemat air, dengan memanfaatkan air secara efisien
(water use efficiency).
b. Menghitung pemanfaatan air sebagai bagian biaya produksi, dimana sebagian
hasil pemanfaatan air hendaknya diinvestasikan dalam upaya konservasi air
secara berkelanjutan.
c. Sosialisasi bahwa biaya untuk penyediaan air bersih semakin mahal seiring
dengan makin beratnya tingkat pencemaran air.
d. Melakukan tindakan penampungan, misalnya menampung air hujan, yang
dapat digunakan untuk air cuci, mandi, bahkan untuk minum.
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
5
e. Menerapkan konsep penggunaan berulang air (reuse). Air yang telah dipakai
digunakan berkali-kali (reuse) sehingga lebih efisien. Terutama bagi industri-
industri yang banyak menggunakan air tanah.
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
6
2. Kimia tergantung dari formasi batuan yang dilalui oleh air, misalnya air
yang melewati tanah kapur akan mengandung kalsium dengan konsentrasi
yang tinggi. Umumnya masalah yang dihadapi adalah air dengan
kandungan besi, mangan, karbon dioksida, ferrobacteria.
3. Bakteriologis : air tanah dalam umumnya tidak terkontaminasi sehingga
tidak diperlukan proses pengolahan air kecuali pembubuhan disinfeksi.
Sedangkan untuk kondisi bakteriologis tergantung dari ada tidaknya
pencemaran dari permukaan tanah.
Karena kuantitasnya terbatas, maka air tanah hanya sesuai untuk sarana air
bersih dengan skala kecil.
b. Air permukaan, contohnya :
Sungai
Danau, waduk
Rawa
Air permukaan umumnya terekspos (terbuka) sehingga terjadi kontak antara
badan air dengan lingkungan sekitarnya yang seterusnya dapat mempengaruhi
kualitasnya, yaitu mengandung senyawa organik dan anorganik, serta
mengandung mikroorganisme.
Ditinjau dari segi kuantitas; kuantitas dari air pemukaan jauh lebih besar dari
air tanah sehingga air permukaan umum digunakan sebagai sumber untuk
sistem berskala besar. Kuantitas air permukaan ini dipengaruhi oleh:
Luas daerah tangkapan (catchment area), atau daerah aliran sungai (DAS)
Curah hujan, infiltrasi, dan evapotranspiras
Pelestarian sumber dan pengamanan DAS.
c. Air hujan
Jarang digunakan, dan jika digunakan umumnya dipakai oleh komunitas kecil
yang tidak memiliki sumber air lainnya guna pemenuhan kebutuhan
domestiknya. Air hujan adalah hasil dari proses destilasi, sehingga air yang
dihasilkan adalah air suling yang bebas mineral.
Penampungan air hujan dapat dilakukan sebagai berikut :
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
7
Melalui atap rumah air hujan ditampung untuk melayani keperluan rumah
tangga
Menggunakan daerah tangkapan dan mengalirkan ke waduk/kolam
tampungan dengan dasar waduk yang kedap air
d. Air laut
Air laut merupakan pilihan terakhir karena sulit dan mahal untuk
mengolahnya menjadi air tawar.
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
8
juga tipe industri. Air digunakan untuk proses industri, air pendingin dan
juga kebutuhan karyawan (domestik).
5. Kebutuhan yang lain misalnya untuk memenuhi kebutuhan air di
pelabuhan. Selain air digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik
karyawan (kantor di pelabuhan), juga konsumsi air di pelabuhan termasuk
suplay air bersih ke kapal yang akan berlayar.
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
9
d. Kesadahan rendah
e. Tidak mengandung bahan organik
3. Persyaratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut:
a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,
salmonellatyphi, vibrio chlotera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah
tersebar melalui air (transmitted by water).
b. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes,
phytoplankton coliform, cladocera, dan lain-lain.
c. Menurut peraturan pemerintah Kelas III No 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk
penyiraman tanaman sebesar 10000 MPN/100 mL.
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
10
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
11
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
12
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
13
setelah bersih dipasang lagi seperti semula, dengan demikian memerlukan tenaga
yang cukup banyak. Hal ini yang sering menyebabkan saringan pasir lambat yang
telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan. Untuk
mengatasi masalah yang sering terjadinya kebuntuan saringan pasir lambat akibat
kekeruhan air baku yang tinggi, dapat ditanggulangi dengan cara modifikasi disain
saringan pasir lambat yakni dengan menggunakan proses penyaringan dengan
aliran dari bawah ke atas. Dengan sistem penyaringan dengan aliran dari bawah ke
atas, maka waktu operasi menjadi lebih panjang, dan pencucian media
penyaringan lebih murah.
Dalam rangka meningkatkan kebutuhan dasar masyarakat khususnya
mengenai kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan, maka perlu disesuaikan
dengan sumber air baku serta teknologi yang sesuai dengan tingkat penguasaan
teknologi dalam masyarakat itu sendiri. Salah satu alternatif yakni dengan
menggunakan pengolahan air sederhana dengan proses ”Saringan Pasir Lambat”
(Nusa Idaman, 2008)
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
14
2.5.1 Definisi
Menurut Nusa Idaman, (2008), sistem saringan pasir lambat merupakan
teknologi pengolahan air yang sangat sederhana dengan air yang bersih yang
mempunyai kualitas yang baik. Oleh karena itu sistem saringan lambat
mempunyai keungulan tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana
bahan kimia ini merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air di
daerah pedesaan.
Di dalam sistem pengolahan ini proses pengolahan yang utama adalah
penyaringan dengan media pasir dengan kecepatan penyaringan. Air baku
dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak pengendap tanpa
memakai zat kimia untuk mengendapkan kotoran yang ada dalam air baku.
Selanjutnya disaring dengan saringan pasir lambat. Setelah disaring dilakukan
proses khlorinasi dan selanjutnya ditampung di bak penampung air bersih,
selanjutnya dialirkan ke konsumen.
Jika air baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran
yang ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya
akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun zat anoranik pada media filternya
akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan terbentuknya lapisan ini maka di
samping proses penyaringan secara fisika dapat juga menghilangkan kotoran
(impuritis) secara bio-kimia. Biasanya ammonia dengan kosentrasi yang rendah,
zat besi, mangan dan zat-zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan
cara ini. Hasil dengan pengolahan pengolahan ini mempunyai kualitas yang baik
(Nusa Idaman, 2008).
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
15
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
16
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
17
radon-222, merkuri, dan logam beracun lainnya. Karbon aktif terdiri dari berbagai
mineral yang dibedakan berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya serap) dan
karakterisiknya. Sumber bahan baku dan proses yang berbeda akan mengasilkan
kualitas karbon aktif yang berbeda. Sumber bahan baku karbon aktif berasal dari
kayu, batu bara, arang tempurung kelapa, lignite.
Menurut Droste, (1997) dalam Sukawati, (2008) desinfeksi merupakan
fungsi lain dari karbon aktif dimana Chlorin dan chloramine bereaksi dengan
karbon aktif untuk membentuk produk klorida dan karbon dioksida. Karbon aktif
dapat dibuat dari hampir seluruh material carbonaceous seperti kayu, lignite,
tempurung kelapa, batu bara) dengan cara memanaskan dengan atau tanpa
tambahan bahan kimia terdehidrasi pada kondisi tidak ada udara untuk
melepaskan karbon dari ikatan atomnya. Proses ini disebut karbonisasi
(Tempurung kelapa merupakan bahan yang baik sekali untuk dibuat arang aktif
yang dapat digunakan sebagai bahan penyerap adsorbant), selain karena
kekerasannya juga karena bentuknya yang tidak terlalu tebal sehingga
memungkinkan proses penyerapan berlangsung secara merata.
Sifat karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :
a. Sifat Adsorben
Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang
sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing- masing berikatan
secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar.
Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang
penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan,
semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin
besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan
kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan karbon aktif yang telah
dihaluskan. Jumlah atau dosis karbon aktif yang digunakan, juga diperhatikan.
b. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa.
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
18
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
19
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
20
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
21
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
22
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
23
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
24
2.8 Hasil Uji kinerja yang Berkaitan dengan Penelitian Saringan Pasir
Lambat
Penelitian mengenai saringan pasir lambat yang pernah dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 2.3 hasil uji kinerja dari berbagai macam penelitian yang
pernah dilakukan berikut :
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
25
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
26
Penyisihan BOD
Pasir-arang-
175,608 mg/L 41,9 mg/L 76,13
tempurung kelapa
175,608 mg/L 48,42 mg/L 72,42 Pasir -zeolit
Tempurung kelapa-
175,608 mg/L 97,96 mg/L 44,21
zeolit
Pasir-Tempurung
175,608 mg/L 42,73 mg/L 75,66
kelapa-zeolit
Penyisihan Amoniak
Pasir-arang-
0,93 mg/L 0,66 mg/L 28,31
tempurung kelapa
0,93 mg/L 0,56 mg/L 39,06 Pasir -zeolit
Tempurung kelapa-
0,93 mg/L 0,12 mg/L 86,73
zeolit
Pasir-Tempurung
0,93 mg/L 0,12 mg/L 87,09
kelapa-zeolit
Penyisihan fosfat
Pasir-arang-
54,1 mg/L 5,3 mg/L 90,20
tempurung kelapa
54,1 mg/L 21,6 mg/L 60,07 Pasir -zeolit
Tempurung kelapa-
54,1 mg/L 11,7 mg/L 78,37
zeolit
Pasir-Tempurung
54,1 mg/L 7,9 mg/L 85,39
kelapa-zeolit
Penyisihan Tot.Coliform
Pasir-arang-
16 jt 9450 rb 40,93
tempurung kelapa
16 jt 9500 rb 40,62 Pasir -zeolit
Tempurung kelapa-
16 jt 9400 rb 41,25
zeolit
Pasir-Tempurung
16 jt 3800 rb 76,25
kelapa-zeolit
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
27
1.δS
= k.S……………………………………………………(2.1)
x.δt
dimana :
1.δS
= spesifik rata dari penggunaan substrat
x.δt
δS
= kecepatan penggunan substrat, massa / (volume. Waktu)
δt
k = konstanta, volume / (massa mikroba . waktu)
S = konsentrasi substrat, massa / volume
Integrasi dari persamaan 2.1 menghasilkan
St
= e –k x t
So
Dimana :
St = konsentrasi substrat setelah waktu tertentu, massa / volume
So = konsentrasi substrat yang masuk, massa / volume
X = rata-rata konsentrasi massa sel, massa / volume
Rata-rata konsentrasi massa sel X sebanding dengan luas permukaan media (As)
X ≈ As
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
28
T=C D ………………………………………………….(2.4)
Qln
Dimana :
T = waktu kontak
D = kedalaman filter
Ql = beban hitrolik / hidrolik permukaan (m3/m2. Hari)
C, n = konstanta eksperimen
Substitusi persamaan 2.2, 2.3 dan 2,4 dapat disederhanakan menjadi :
St m
-kAs D/
=e Qlu…………………………………………..(2.5)
So
Dimana :
St = konsentrasi substrat efluen, massa / volume
So = konsentrasi substrat influen, massa / volume
K = konstanta
As = luas permukaan, luas / volume
D = kedalaman filter
Ql = beban hidrolik / hidrolik permukaan, (m3/m2.hari)
m = konstanta geometris media (bedasarkan bentuk media)
n = konstanta eksperimen (karekteristik aliran media)
nilai n biasanya sekitar 0,5 – 0,67
persamaan 2.5 dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut :
St
= e –k D/Ql ………………………………………………(2.6)
So
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
29
Persamaan 2.6 dapat disederhanakan menjadi persamaan 2.7 dan 2,8 berikut :
St -K.D
ln =
So Qln
St -K.D
ln = ……………………………………….(2.7)
n
So Ql
St K.D 1
ln ln = ln
So Qln
St
ln ln = ln K.D – n . ln Ql …………………………………(2.8)
So
St
ln ln dan ln Ql
So
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
30
24
Kriteria cd ketika aliran laminer (NRe < 1,9) =
NRe
18,5
Kriteria cd ketika aliran turbulen (NRe > 1,9) =
(NRe)0,6
dp = diameter mean geometris = n√ di.d2....
Ψ = Faktor bentuk media filter
g = Gravitasi
xi = Fraksi (%)
ε = Porositas media pasir
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
31
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
32
2.12 Filtrasi
Filtrasi merupakan proses penyaringan partikel secara fisik, kimia dan
biologi untuk menyaring zat tersuspensi dan partikel koloid yang tidak
terendapkan di bak sedimentasi melalui media berpori. Selain itu, filtrasi dapat
menyaring sebagian besar bakteri yang terdapat dalam air. Filtrasi bertujuan
menurunkan kekeruhan, warna, rasa, bau dan unsur lainnya. Setelah proses
sedimentasi diharapkan air sudah mempunyai kekeruhan yang kecil atau nilai
maksimum kandungan zat padat adalah sebesar 10 NTU. Proses yang terjadi
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
33
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
34
pasir dengan diameter yang berbeda. Masalah yang biasa terjadi pada
filtrasi jenis ini adalah pada saat dilakukan backwashing, butiran pasir
yang besar biasanya mengendap lebih dulu daripada butiran yang kecil,
fenomena ini sering disebut sebagai stratifikasi atau reverse gradasi
(stratification or reverse gradation).
Reverse gradation ini akan tidak menguntungkan pada single-media filter
ini, hal ini karena lapisan yang paling efektif menangkap partikel
tersuspensi hanya 4-5 cm saja pada bagian atas media pasir. Ini
mengakibatkan kapasitas penyaringan filter menjadi berkurang sehingga
pengoperasian filter menjadi sangat singkat dimana backwashing akan
dilakukan lebih cepat dari desain semula. Untuk mengatasi masalah ini,
dapat dilakukan dengan memilih spesifikasi pasir dengan diameter yang
lebih besar dengan koefisien keseragaman (uniformity coefficient)
mendekati nilai sama (kurang dari 1,4) (Qasim, 2000). Gambar 2.3
menunjukkan single medium filter.
2. Dual medium filter
Filtrasi tipe ini menggunakan dua media, biasanya berupa pasir dan
antrasit sebagai penyaring partikel tersuspensi yang masih ada pada air
olahan. Specific gravity dari antrasit ini adalah sekitar 1,5 yang lebih
ringan jika dibandingkan dengan pasir yang specific gravity-nya adalah
2,65. Pada dasarnya butiran antrasit yang lebih besar memiliki kecepatan
pengendapan yang sama dengan butiran pasir yang halus/kecil.
Karakteristik ini akan membuat antrasit berada pada lapisan teratas dari
lapisan pasir, dimana lapisan antrasit akan menangkap partikel tersuspensi
yang lebih besar sedangkan pasir akan menangkap partikel-partikel
tersuspensi yang kecil. Gambar dual medium filter dapat dilihat pada
Gambar 2.4
3. Multi media filter
Media filter yang digunakan lebih dari dua lapisan dan dari jenis media
yang bermacam-macam, biasanya berupa pasir, antrasit, dan garnet. Pada
umumnya jenis media yang digunakan adalah anthracite dengan specific
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
35
gravity 1,55, pasir dengan specific gravity 2,65, dan garnet yang memiliki
specific gravity 4,05. Mixed-media filters pada dasarnya merupakan
perbaikan dari dual-media filters, dengan peningkatan waktu
pengoperasian dari unit filtrasi terhadap kualitas air. Biaya mixed-media
filters lebih mahal daripada dual-media filters, hal ini disebabkan oleh
tingginya harga dari media garnet. Multimedia filter dapat dilihat pada
Gambar 2.5 Kriteria desain berdasarkan jumlah media yang digunakan
pada unit filtrasi ditunjukkan oleh Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Kriteria Disain Media Pada Unit Filtrasi
Deskripsi Filter dengan 1 Filter dengan Filter dengan
media 2 media > 2 media
Anthrasit
Ukuran efektif, mm 0,50 – 1,5 0,7 – 2,0 1,0 – 2,0
Uniformity coefficient 1,2 – 1,7 1,3 – 1,8 1,4 -1,8
Depth (H), cm 50 – 150 30 – 60 50 – 130
Pasir
Ukuran efektif, mm 0,45 – 1,0 0,45 – 0,6 0,4 – 0,8
Uniformity coefficient 1,2 – 1,7 1,2 – 1,6 1,2 -1,7
Depth (H), cm 50 – 150 20 – 40 50 – 130
Garnet
Ukuran efektif, mm - - 0,2 – 0,8
Uniformity coefficient - - 1,5 -1,8
Depth (H), cm - - 5 – 15
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho
36
Pengolahan Air Efluen Constructed Wetland Menggunakan Filter Pasir Lambat Kombinasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa
Arief Sigit Nugroho