Strategi dan Alternatif Program Pengelolaan DAS (Kualitas Air Pada Aliran Sub
DAS Brantas Terhadap Pembangunan Permukiman)
DISUSUN OLEH
Nama
: RIFDAH APRIANTI
NIM
: 135040200111061
Kelas
:C
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TANAH
MALANG
2016
BAB I
POTENSI DAN MANFAAT SUMBERDAYA ALAM BAGI MASYARAKAT
b. Tempat hidup bagi flora dan fauna yang menjadi sumber makanan dan
obat-obatan pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.
c. Mencegah terjadinya erosi atau pengikisan karena air hujan tidak
langsung jatuh ke tanah dan mengikis tanah-tanah yang subur.
d. Menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida sehingga suhu
bumi terkendali.
e. Sumber kehidupan bagi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar
hutan dari produk yang dihasilkannya.
2. Sumberdaya alam Laut
Sumberdaya alam laut di Indonesia dapat berupa hewan maupun
tumbuhan laut. Berbagai jenis hewan laut seperti ikan, kerang, udang, kepiting
dan cumi-cumi merupakan sumber makanan yang mengandung protein bagi
manusia. Terdapat berbagai macam potensi dari sumberdaya alam di laut
yang memberikan manfaat bagi manusia. Selain sebagai sumber makanan
yang mengandung protein, hewan dibawah laut seperti kerang dapat
menghasilkan mutiara. Tumbuhan laut juga dapat dimanfaatkan manusia
sebagai bahan pembuat agar-agar, obat-obatan dan kosmetika. Selain itu air
laut yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan garam
yang bermanfaat bagi kesehatan.
3. Sumberdaya alam Sungai
Sungai adalah bagian dari muka bumi yang lebih rendah, tempat air
mengalir dari hulu sampai hilir. Curah hujan di Indonesia yang sangat besar
menimbulkan banyak sungai dengan berbagai ukuran. Ada sungai yang
berukuran kecil dan ada sungai yang berukuran sangat besar. Sungai dapat
berpotensi sebagai sumberdaya alam yang mampu menyediakan berbagai
sumber makanan seperti ikan air tawar. Selain itu sungai juga mampu
menyediakan tumbuhan air, batu-batuan dan pasir. Air sungai juga dapat
dimanfaatkan untuk membuat PLTA.
4. Sumberdaya alam Tanah
Sumberdaya alam tanah telah ada di muka bumi seiring dengan
perkembangan bumi itu sendiri. Dimana bumi kita ini terdiri dari beberapa
lapisan tanah dan batuan. Tanah dipermukaan bumi dimanfaatkan untuk
bercocok tanam. Tanah memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu tanah yang
terbentuk dari bahan induk vulkanik, tanah yang terbentuk bukan berasal dari
bahan induk vulkanik dan tanah organik.
BAB II
PERMASALAH GANGGUAN FUNGSI DAS
2.1. Fakta Lapangan Gangguan Ekosistem DAS
Lokasi DAS Brantas yang diamati merupakan sub DAS atau sungai
yang berada didaerah Kota Malang tepanya didaerah Mt. Haryono yang
merupakan arah menuju Desa Ngijo. Pengamatan dilakukan pada tanggal
24 Februari 2016 dan pada pukul 9.45 AM. Pada dasarnya fakta di lapang
terhadap gangguan ekosistem dapat terjadi akibat ulah manusia yang
merusak biofisik aliran sungai dan ada pula yang terjadi karena faktor alam.
Lokasi
Sumber Brantas A
Sumber Brantas B
Sungai Brantas Beji
Kali Pendem Junrejo
Kali Pendem (Brantas Orde 3)
Kali Bango Torongdowo Blimbing
(Brantas orde 2)
Kali Bango Kedungkandang
Sungai Brantas Keduldalem
Nilai Pij
2,9135
2,9563
3,0793
3,0793
2,8858
2,7760
1,8642
2,8109
Cemar Ringan
Cemar Ringan
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
2,2095
1,7930
3,2781
1,6682
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
1,6548
Cemar Ringan
3,1240
3,1240
2,4583
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
4,1124
Cemar Ringan
2,7184
Cemar Ringan
sungai. Sehingga kualitas air sungai yang semula jernih akan berubah
menjadi keruh.
Ditambah lagi pada bagian hilir yang banyak dijadikan sebagai lahan
permukiman menyebabkan sulitnya air dalam menyerap keedalam tanah.
Sehingga sering terjadinya bencana banjir akibat adanya sedimentasi
berua sampah maupun limbah rumah tangga yang dapat menyumbat aliran
sungai. Hal tersebut akan semakin menurunkan kualitas air disungai dan
menyebabkan air sungai tidak dapat dimanfaatkan lagi fungsinya. Upaya
pemerintah dalam melakukan pengelolaan terhadap DAS sangat
diperlukan. Baik berupa pengelolaan secara teknis maupun non teknis.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
3.2.
Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai mengenai suatu DAS. Dalam melakukan pengelolaan DAS terdapat
jenis tujuan umum dan tujuan akhir pengelolaan. Menurut Sinukaban
(2007), tujuan umum pengelolaan DAS adalah keberlanjutan yang diukur
dari pendapatan, produksi, teknologi dan erosi. Teknologi yang dimaksud
adalah teknologi yang dapat dilakukan oleh petani dengan pengetahuan
lokal tanpa intervensi dari pihak luar dan teknologi tersebut dapat
direplikasi berdasarkan faktor-faktor sosial budaya petani itu sendiri. Erosi
harus lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan agar kelestarian
produktivitas dapat dipertahankan.
Sementara tujuan akhir dari pengelolaan DAS menurut Mangundikoro
(1985) adalah terwujudnya kondisi yang lestari dari sumber daya vegetasi,
tanah dan air sehingga mampu memberikan manfaat secara optimal dan
berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Manfaat yang optimal dan
berkesinambungan akan tercapai apabila sumber daya alam dan
lingkungan dikelola dengan baik. Selain itu untuk mencapai tujuan akhir
dari pengelolaan DAS yaitu teerwujudnya kondisi ang optimal dari
sumberdaya hutan, tanah dan air. Maka Mangundikoro (1985)
mengemukakan bahwa terdapat empat upaya pokok yaitu:
1. Pengelolaan lahan melalui usaha konservasi tanah dalam arti
yang luas;
2. Pengelolaan air melalui pengembangan sumberdaya air;
3. Pengelolaan hutan, khususnya pengelolaan hutan yang memiliki
fungsi perlindungan terhadap tanah dan air;
4. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam
penggunaan sumberdaya alam secara bijaksana melalui usaha
penerangan dan penyuluhan.
3.3.
Kualitas Air
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.
Sebagai komponen lingkungan, air akan mempengaruhi sekaligus
dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang memiliki kualitas yang buruk
akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk. Penurunan kualitas
air akan menurunkan daya guna, hasil guna produktivitas, daya dukung
dan daya tampungdari sumberdaya air yang pada akhirnya akan
menurunkan kekayaan sumberdaya alam.
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang
berasal dari daerah tangkapan sedangkan kualitas pasokan air dari daerah
tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di dalamnya
(Wiwoho, 2005). Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai
merupakan dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada
(Tafangenyasha dan Dzinomwa, 2005).
Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian
akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan
kualitas air sungai (Suriawiria, 2003).
3.4.
Sistem Agroforestri
Sistem agroforestri menurut Nair (1989a) adalah sebagai suatu
system penggunaan lahan yang berorientasi social dan ekologi dengan
mengintegrasikan pepohonan (hutan) dengan tanaman pertanian dan atau
ternak secara simultan atau berurutan untuk mendapatkan total produksi
tanaman dan hewan secara berkelanjutan dari suatu unit lahan, dengan
input teknologi yang sederhana dan lahan yang marjinal.
Aspek eokologi/konservasi dalam hal ini pohon mempunyai fungsi
perlindungan aktif terhadap aliran air ke daerah hilir dimana jenis pohon
dapat dipilih yang bernilai ekonomi tinggi. Hal terpenting yang perlu
BAB IV
RENCANA AKSI MANAJEMEN DAS
4.1.
4.2.
4.3.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Sub
DAS Brantas masih memilki permasalahn terhadap fungsi DAS itu sendiri.
Sehingga perlu adanya pengelolalaan lebih lanjut terhadap kualitas air
yang merupakan masalah utama dalam pembahasan ini. Dengan dilakukan
konservasi secara vegetataif dengan sistem agroforestri maka akan
mengembalikan lagi fungsi hutan yang telah hilang akibat adanya alih guna
lahan.
Selain itu perlu adanya pemantauan dan evaluasi mengenai
pendayagunaan serta perlindungan DAS. Hal ini dikarenakan agar
pendistribusian air merata dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Apabila ada masarakat yang tanpa ijin mengambil air secara bebas maka
akan dikenakan sanksi yang setara.
Imbal jasa lingkungan juga merupakan salah satu bentuk
pengelolaan DAS. Pengelolaan ini melibatkan segenap masyarakat sekitar
DAS serta pemerintah yang mengayomi dan memberikan imbalan kepada
masyarakat yang memberikan jasanya untuk perbaikan wilayah sungai
Brantas. Dengan demikian kualitas akan lebih terjaga dan siklus air dari
hulu, tengah dan hilir berjalan dengan semestinya.
5.2. Saran
Dalam pengelolaan DAS Brantas perlu adanya pihak terkait yang
secara langsung memperhatikan kondisi dari kualitas air sungai. Selain itu
kesadaran masyarakat akan air bersih perlu di perbaiki agar mengelola
sampah atau limbah rumah tangga dengan tidak membuang sembarangan
ke sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F,. N. Sinukaban. A. N. Ginting. H. Santoso dan Sutadi. 2007. Bunga
Rampai Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Penerbit Pengurus Pusat
Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia 2004-2007.
Antika, A.P. 2011. Analisis Willingness To Accept Masyarakat terhadap
Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Brantas. Skripsi. Bogor: IPB.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
Univ. Press.
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Chundawat, B.S., and S.K. Gautam. 1993. Textbook of Agroforestry. New Delhi:
Oxford & IBH Publishing Co. Pvt. Ltd.
Dunne, T., dan Leopold, L. B., 1978. Water in Environtmental Planning. San
Fransisco: W.H. Freeman and Company.
Farida & Noordwijk, M. V. 2004. Analisis Debit Sungai Akibat Alih Guna Lahan
dan Aplikasi Model Genriver Pada DAS Way Besai, Sumberjaya. Jurnal
AGRIVITA, Vol 26, hal 39-47.
Mangundikoro, A. 1985. Dasar-Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Terpadu. Diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta, 3-5 Oktober 1985.
Nair, P.K.R. 1989a. Agroforestry defined. In P.K.R. Nair (ed). Agroforestry
Systems in the Tropics. Kluwer Academic Publisher, The Netherlands.
pp. 13-20.
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: KepMenLH RI.
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2008. Air Tanah. Pasal 47. Jakarta:
KepMenLH RI.
Sandra. 2010. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas.
Jakarta.
Sinukaban, N. 2007. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi dan Pemberian
Mulsa Jerami terhadap Produksi Tanaman Pangan dan Erosi Hara;
Konservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan oleh Naik
Sunukaban Penerbit Direktorat Jenderal RLPS Departemen Kehutanan.
Hal. 1-14.
Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.
Penerbit Alumni. Bandung.
Tim Studi PES RMI. 2007. Laporan Studi PES untuk Mengembangkan Skema
PES di DAS Deli, Sumatera Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah.
Tafangenyasha, C. and T. Dzinomwa. 2005. Land-use Impacts on River Water
Quality in Lowveld Sand River Systems in South-East Zimbabwe. Land
Use and Water Resources Research 5 : 3.1-3.10. http://www.luwrr.com
Van Noordwijk M, Fahmudin A, Suprayogo D, Hairiah K, Pasya G dan Farida.
2004. Peranan Agroforestri dalam mempertahankan kelestarian fungsi
hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS). AGRIVITA 26 (1): 1-8.
Widianto dkk. 2010. Implementasi Kaji Cepat Hidrologi (RHA) di Hulu DAS
Brantas, Jawa Timur. Bogor: World Agroforestry Centre.
Wiwoho. 2005. Model identifikasi daya tampung beban cemaran sungai dengan
qual2e-studi kasus sungai babon. Semarang: Universitas Diponegoro.