Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Strategi dan Alternatif Program Pengelolaan DAS (Kualitas Air Pada Aliran Sub
DAS Brantas Terhadap Pembangunan Permukiman)

DISUSUN OLEH
Nama

: RIFDAH APRIANTI

NIM

: 135040200111061

Kelas

:C

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TANAH
MALANG
2016

BAB I
POTENSI DAN MANFAAT SUMBERDAYA ALAM BAGI MASYARAKAT

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan


oleh manusia sebagai kepentingan hidupnya. Sumberdaya alam merupakan
semua bahan yang berada dan tersedia di alam baik itu hidup maupun mati yang
berada di bumi dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh makhluk hidup dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama bagi manusia.
Sumber daya alam dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa hal berikut
ini.
1. Berdasarkan kemungkinan pemulihannya :
a. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan
b. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
2. Berdasarkan materinya:
a. Sumber daya alam organik dan
b. Sumber daya alam anorganik
3. Berdasarkan habitatnya:
a. Sumber daya terestris, dan
b. Sumber daya alam akuatik.
Pada dasarnya sumberdaya alam terbagi atas beberapa jenis sumberdaya
alam yaitu hutan, laut, sungai dan tanah.
1. Sumberdaya alam Hutan
Indonesia memiliki lahan hutan yang berpotensi sangat besar, karena
luasnya mencapai 99,6 juta hekktar atau 52% dari luas wilayah Indonesia
(Kemenhut, 2011). Luas hutan yang besar tersebut saat ini masih dapat
dijumpai di bagian Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Hutan
Indonesia tepatnya dipulau jawa mulai mengalami pengurangan lahan akibat
terjadinya alih fungsi lahan untuk pertanian dan permukiman penduduk. Akan
tetapi dari luasnya hutan Indonesia tersebut, hutan Indonesia juga menyimpan
kekayaan flora dan fauna ataupun keanekaragaman hayati yang sangat
besar. Bahkan diantaranya terdapat beberapa hewan endemik yaitu hewan
yang hanya dapat ditemukan di Indonesia saja seperti anoa, burung maleo
dan komodo.
Sumberdaya alam hutan mampu menghasilkan berbagai kebutuhan seperti
kayu. Setidaknya terdapat 4.000 jenis kayu yang 267 jenis diantaranya adalah
kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu hutan tropis di Indonesia
juga dapat menghasilkan buah-buahan dan oba-obatan.
Berdasarkan beberapa bahan yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya
alam hutan maka pastinya terdapat manfaat dan fungsi lainnya dari
sumberdaya alam hutan. Adapun manfaat atau fungsi dari hutan yaitu seperti
berikut:
a. Tempat menyimpan air hujan dan kemudian mengalirkannya ke sungaisungai dan danau sehingga pada musim kemarau tidak mengalami
kekeringan.

b. Tempat hidup bagi flora dan fauna yang menjadi sumber makanan dan
obat-obatan pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.
c. Mencegah terjadinya erosi atau pengikisan karena air hujan tidak
langsung jatuh ke tanah dan mengikis tanah-tanah yang subur.
d. Menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida sehingga suhu
bumi terkendali.
e. Sumber kehidupan bagi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar
hutan dari produk yang dihasilkannya.
2. Sumberdaya alam Laut
Sumberdaya alam laut di Indonesia dapat berupa hewan maupun
tumbuhan laut. Berbagai jenis hewan laut seperti ikan, kerang, udang, kepiting
dan cumi-cumi merupakan sumber makanan yang mengandung protein bagi
manusia. Terdapat berbagai macam potensi dari sumberdaya alam di laut
yang memberikan manfaat bagi manusia. Selain sebagai sumber makanan
yang mengandung protein, hewan dibawah laut seperti kerang dapat
menghasilkan mutiara. Tumbuhan laut juga dapat dimanfaatkan manusia
sebagai bahan pembuat agar-agar, obat-obatan dan kosmetika. Selain itu air
laut yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan garam
yang bermanfaat bagi kesehatan.
3. Sumberdaya alam Sungai
Sungai adalah bagian dari muka bumi yang lebih rendah, tempat air
mengalir dari hulu sampai hilir. Curah hujan di Indonesia yang sangat besar
menimbulkan banyak sungai dengan berbagai ukuran. Ada sungai yang
berukuran kecil dan ada sungai yang berukuran sangat besar. Sungai dapat
berpotensi sebagai sumberdaya alam yang mampu menyediakan berbagai
sumber makanan seperti ikan air tawar. Selain itu sungai juga mampu
menyediakan tumbuhan air, batu-batuan dan pasir. Air sungai juga dapat
dimanfaatkan untuk membuat PLTA.
4. Sumberdaya alam Tanah
Sumberdaya alam tanah telah ada di muka bumi seiring dengan
perkembangan bumi itu sendiri. Dimana bumi kita ini terdiri dari beberapa
lapisan tanah dan batuan. Tanah dipermukaan bumi dimanfaatkan untuk
bercocok tanam. Tanah memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu tanah yang
terbentuk dari bahan induk vulkanik, tanah yang terbentuk bukan berasal dari
bahan induk vulkanik dan tanah organik.

BAB II
PERMASALAH GANGGUAN FUNGSI DAS
2.1. Fakta Lapangan Gangguan Ekosistem DAS
Lokasi DAS Brantas yang diamati merupakan sub DAS atau sungai
yang berada didaerah Kota Malang tepanya didaerah Mt. Haryono yang
merupakan arah menuju Desa Ngijo. Pengamatan dilakukan pada tanggal
24 Februari 2016 dan pada pukul 9.45 AM. Pada dasarnya fakta di lapang
terhadap gangguan ekosistem dapat terjadi akibat ulah manusia yang
merusak biofisik aliran sungai dan ada pula yang terjadi karena faktor alam.

Gambar 1. Peta Batas Wilayah Sungai Brantas


(Sandra, 2010)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan beberapa
fakta lapangan yang merupakan gangguan ekosistem pada DAS. Adapun
gangguan ekosistem DAS tersebut yaitu aliran sungai sub DAS berantas
yang diamati sangat dekat dengan pemukiman warga. Dimana pemukiman
warga berada tepat di bagian atas sungai. Dengan demikian aliran sungai
menjadi tempat pembuangan akhir masyarakat didaerah hiilir sehingga
masih banyak sampah yang dapat ditemukan secara visual ikut mengalir
seiring dengan mengalirnya aliran sungai. Sampah-sampah yang dominan
adalah sampah jenis plastik atau sampah an-organik. Dengan demikian hal
tersebut jelas merusak lingkungan dan menyebabkan gangguan ekosistem.
Sampah, khususnya sampah anorganik tidak dapat dengan mudah terurai
oleh dekomposer seperti bakteri. Hal tersebut dikarenakan bahan dari
sampah tersebut sangat keras dan lama melapuk. Adapun jenis sampah
tersebut seperti sterofoam, plastik, kaca, kaleng dan lain sebagainya.
Selain itu terkadang beberapa jenis sampah ada yang mengandung bahan
kimia berbahaya sehingga bahan kimia tersebut dapat membunuh
beberapa spesies ikan serta mematikan pepohonan ataupun tanaman
disekitar sungai tersebut.

Kondisi pemukiman yang terletak diatas sungai Brantas tersebut


sangat dekat dengan aliran sungai Sub DAS Brantas tersebut. Dengan
demikian besar kemungkinan apabila pemukiman diatas sungai tersebut
lama kelamaan akan mengalami longsor akibat terus terkikisnya pondasi
rumah oleh aliran sungai yang cukup deras. Selain itu jika dilihat
berdasarkan fakta kondisinya masih terdapat berbagai pemukiman yang
dibangun hanya dengan menggunakan bahan baku bambu. Sehingga
apabila bambu tersebut terkena air terus menerus maka bambu tersebut
akan rapuh dan akan rubuh. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi aktual
bahwa terdapat beberapa bagian bambu yang mulai berjatuhan disekitar
bantaran sungai.

Gambar 2. Kondisi Sungai Sub DAS di Mt. Harayono Kota Malang


(Dokumentasi Pribadi)
Fakta lapangan lainnya mengenai gangguan ekosistem DAS yaitu
rendahnya kulaitas air sungai yang dapat terlihat secara visual. Rendahnya
kualitas air tersebut dapat terlihat dimana warna dari sungai yang mengalir
cokelat. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sedimen yang terangkut dari
bagian hulu ke bagian hilir ini sehingga warna dari sungai tersebut tidak
jernih. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar.2 bahwa dipinggir-pinggir
sungai tidak ada hutan ataupun tanaman agroforestri. Hutan maupun
agroforestri dapat menyeimbangkan penyediaan sekaligus sebagai tempat
resapan air ketika air hujan turun. Sehingga kualitas air yang berada
didaerah perhutanan relatif lebih jernih dibandingkan dengan yang tidak
ada perhutanan seperti pada DAS yang diatasnya merupakan pemukiman.
Penggundulan hutan dan lahan di daerah hulu mengakibatkan erosi
dalam tingkat daerah aliran sungai. Dimana erosi selalu diiringi dengan
adanya sedimentasi. Transportasi bahan memindahkan lapisan tanah halus
dan ringan dari daerah hulu akan menyebabkan menumpuknya

sedimentasi pada daerah hilir. Dengan demikian hal tersebutlah yang


menyebabkan kondisi kualitas air pada sungai Brantas rendah. Ditambah
lagi lahan pada DAS bagian hilir didominasi oleh permukiman. Sehingga
serapan terhadap sedimentasi tersebut juga rendah
2.2. Dampak Masalah Terhadap Masyarakat dan Petani di Daerah Hulu
Dampak masalah kualitas yang dirasakan oleh masyarakat dan
petani didaerah hulu tidak begitu nyata dirasakan. Hal ini dikarenakan
bagian hulu merupakan bagian DAS yang berada di bagian atas. Akan
tetapi masyarakat dan petani di Daerah Hulu merasakan dampak masalah
lain mengenai tergerusnya top soil pada tanah ketika turun hujan. Masalah
tersebut dikarenakan adanya alih fungsi lahan hutan yang di alihkan
menjadi lahan pertanian maupun permukiman. Sehingga ketika hujan
turun, maka lereng-lereng yang sebelumnya merupakan lahan hutan dan
dialih fungsikan sebagai lahan pertanian yang resapan airnya rendah maka
akan dengan mudah limpasan permukaan air hujan akan menyebabkan
erosi. Erosi inilah yang akan mengangkut top soil yang merupakan bagian
tanah subur yang dapat ditanami tanaman.
Top soil atau sedimen yang terangkut oleh limpasan permukaan lama
kelamaan akan mengalir menuju sungai dibawahnya. Sehingga hal
tersebut akan mempengaruhi kualitas air sungai. Air sungai yang mengalir
dari hulu akan ditangkap atau mengalir pada bagian hilir sungai. Dengan
demikian masalah tersebut yang akan dirasakan oleh masyarakat maupun
petani didaerah hilir.
2.3. Dampak Masalah Terhadap Masyarkat Daerah Hilir DAS
Pada dasarnya masyarakat akan merasakan dampak permasalahan
sungai di daerah hilir apabila telah terjadi permasalah juga pada daerah
hulu sungai. Seperti yang telah dikemukakan, bahwa terjadinya erosi pada
daerah ekosistem di bagian hulu sungai, akan menyebabkan
permasalahan pula pada daerah hilir. Sedimen yang terakngkut oleh
limpasan permukaan atau yang dikenal dengan sebutan Run-Off akan
terus mengalir menuju daerah yang lebih rendah yaitu daerah hilir. Apabila
pengelolaan atas sedimentasi yang terangkut tersebut baik maka sedimen
yang terbawa aliran air sungai akan terminimalisir dan kualitas airpun
menjadi lebih baik dan layak untuk digunakan masyarakat baik untuk
penyiraman lahan pekarangan, pertanian, maupun sebagai sumber air
bersih untuk dikonsumsi.
Tabel 1. Status Mutu Air Sungai-Sungai Di Kawasan DAS Brantas Hulu
Malang Dengan Menggunakan Metode Indeks Pencemaran (Kep. Men.
LH No.155 Tahun 2003) Berdasarkan PP. No. 82 Tahun 2001
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Lokasi
Sumber Brantas A
Sumber Brantas B
Sungai Brantas Beji
Kali Pendem Junrejo
Kali Pendem (Brantas Orde 3)
Kali Bango Torongdowo Blimbing
(Brantas orde 2)
Kali Bango Kedungkandang
Sungai Brantas Keduldalem

Nilai Pij
2,9135
2,9563
3,0793
3,0793
2,8858
2,7760

Status Mutu Air


Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan

1,8642
2,8109

Cemar Ringan
Cemar Ringan

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Kali Amprong Kedungkandang


Kali Lesti Sananrejo
Kali Lesti Tolok Turen
Sungai Brantas Kedung Pedarigan
Kec. Kepanjen
Kali Lesti yang Bermuara di
Waduk Sengguruh
Waduk Sengguruh Suwaru
Kali Lesti Wonokerto Suwaru
Kali Babar Karangpandan Kec.
Pakis Aji
Sungai
Mtero
MojosariKedungmonggo Kec. Pakis
Sungai
Metro
Tulungagung
Kepanjen

2,2095
1,7930
3,2781
1,6682

Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan

1,6548

Cemar Ringan

3,1240
3,1240
2,4583

Cemar Ringan
Cemar Ringan
Cemar Ringan

4,1124

Cemar Ringan

2,7184

Cemar Ringan

(Sumber: Yetti, dkk., 2011)


Permasalahan pada daerah hilir DAS tepatnya pada Sub-DAS
Brantas ini yaitu rendahnya kualitas air sungai dikarenakan tingginya
sedimen yang terangkut sehingga masyarakat kesulitan dalam
memperoleh air bersih.
Selain dari permasalah erosi pada bagian hulu, permasalahan daerah
hilir DAS yang dampak nya dapat dirasakan oleh mayarakat dan petani
adalah kualitas air yang rendah akibat adanya pembuangan limbah rumah
tangga. Hal ini dikarenakan letak permukiman tepat berada di bantaran
sungai Sub DAS. Apabila intensitas curah hujan pada suatu hari tinggi,
maka dampak yang akan dirasakan yaitu masyarakat akan mengalami
banjir. Selain sedimentasi top soil tadi, tumpukan sampah pun akan
menjadi sedimen yang menyebabkan air meluap dan tidak mampu
menampung debit air. Sampah atau limbah rumah tangga akan menyumbat
aliran air sungai dan tempat drainase. Karena tidak adanya lahan yang
mampu menyerap jumlah curah hujan yang tinggi
2.4. Analisis Akar masalah Secara Komprehensif
Adanya alih fungsi lahan hutan merupakan akar permasalahan dari
menurunnya kualitas air pada Sub DAS Brantas. Ditambah lagi kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap pengetahuan mengenai DAS sangat
disayangkan. Hal ini dikarenakan pada dasarnya terdapat beberapa syarat
dalam pembangunan permukiman di sekitar daerah aliran sungai. Dengan
demikian kualitas air pada aliran sungai akan semakin menurun karena
adanya aktivitas manusia khususnya dibagian hilir. Sehingga masarakat
sangat kesulitan dalam memperoleh air dengan kualitas yang baik.
Pada bagian hulu, Lahan hutan yang telah diaihkan sebagai lahan
pertanian yang memiliki tutupan yang tidak rapat menyebabkan mudahnya
terjadi erosi pada suatu lahan yang memiliki lereng yang cukup curam
ketinggiannya. Apabila tutupan lahan seperti hutan ditiadakan, maka tidak
ada yang mampu menyerap dan mengatur tata air dilahan tersebut.
Sehingga ketika air hujan menjatuhi permukaan, maka air hujan tersebut
akan menghancurkan tanah secara langsung yang selanjutnya akan
terbawa oleh limpasan permukaan atau run-off. Proses inilah yang akan
membawa lapisan atas permukaantanah atau top soil yang akan berperan
sebagai sedimen. Sedimen ini akan terus terbawa dan tersedimentasi pada

sungai. Sehingga kualitas air sungai yang semula jernih akan berubah
menjadi keruh.
Ditambah lagi pada bagian hilir yang banyak dijadikan sebagai lahan
permukiman menyebabkan sulitnya air dalam menyerap keedalam tanah.
Sehingga sering terjadinya bencana banjir akibat adanya sedimentasi
berua sampah maupun limbah rumah tangga yang dapat menyumbat aliran
sungai. Hal tersebut akan semakin menurunkan kualitas air disungai dan
menyebabkan air sungai tidak dapat dimanfaatkan lagi fungsinya. Upaya
pemerintah dalam melakukan pengelolaan terhadap DAS sangat
diperlukan. Baik berupa pengelolaan secara teknis maupun non teknis.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.

Pengertian DAS (Daerah Aliran Sungai)


Daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai hamparan wilayah
yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet) (Dunne dan
Leopold, 1978).
Menurut Asdak (2002), ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi
daerah hulu, tengah, dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu merupakan
daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, dengan
kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan daerah banjir, pengaturan
pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya
tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS merupakan daerah
pemanfaatan dengan kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada
beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air
ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh
tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominsi hutan
gambut/bakau. DAS bagian tengah merupakan bagian daerah aliran sungai
diantara bagian hulu dan hilir.
Berdasarkan fungsi utama dar DAS, DAS merupakan pemasok air
dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi masyarakat yang
berada di daerah hilir. Seperti yang telah dijelaskna sebelumnya bahwa alih
guna lahan hutan menjadi lahan pertanian maupun lahan permukiman
akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS dan yang
akan lebih merasakan adalah masyarakat didaerah bagian hilir. Persepsi
umum yang berkembang pda saat ini, konversi hutan menjadi lahan
pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air,
mencegah banjir, longsor dan erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu
berkaitan dengan fungsi positif terhadap tata air dalam ekosistem DAS
(Noordwijk dan Farida, 2004).
DAS juga dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam
pengembangannyapun, DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem.
Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya
bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka
sasaran pengembangan DAS akan menciptakan ciri-ciri yang baik sebagai
berikut :
1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap
bidang lahan harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi
sehingga dapat mendukung kehidupan yang layak bagi petani
yang mengusahakannnya.
2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS.
3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air.
(Agus dkk., 2007).

3.2.

Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai mengenai suatu DAS. Dalam melakukan pengelolaan DAS terdapat
jenis tujuan umum dan tujuan akhir pengelolaan. Menurut Sinukaban
(2007), tujuan umum pengelolaan DAS adalah keberlanjutan yang diukur
dari pendapatan, produksi, teknologi dan erosi. Teknologi yang dimaksud
adalah teknologi yang dapat dilakukan oleh petani dengan pengetahuan

lokal tanpa intervensi dari pihak luar dan teknologi tersebut dapat
direplikasi berdasarkan faktor-faktor sosial budaya petani itu sendiri. Erosi
harus lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan agar kelestarian
produktivitas dapat dipertahankan.
Sementara tujuan akhir dari pengelolaan DAS menurut Mangundikoro
(1985) adalah terwujudnya kondisi yang lestari dari sumber daya vegetasi,
tanah dan air sehingga mampu memberikan manfaat secara optimal dan
berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Manfaat yang optimal dan
berkesinambungan akan tercapai apabila sumber daya alam dan
lingkungan dikelola dengan baik. Selain itu untuk mencapai tujuan akhir
dari pengelolaan DAS yaitu teerwujudnya kondisi ang optimal dari
sumberdaya hutan, tanah dan air. Maka Mangundikoro (1985)
mengemukakan bahwa terdapat empat upaya pokok yaitu:
1. Pengelolaan lahan melalui usaha konservasi tanah dalam arti
yang luas;
2. Pengelolaan air melalui pengembangan sumberdaya air;
3. Pengelolaan hutan, khususnya pengelolaan hutan yang memiliki
fungsi perlindungan terhadap tanah dan air;
4. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam
penggunaan sumberdaya alam secara bijaksana melalui usaha
penerangan dan penyuluhan.
3.3.

Kualitas Air
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.
Sebagai komponen lingkungan, air akan mempengaruhi sekaligus
dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang memiliki kualitas yang buruk
akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk. Penurunan kualitas
air akan menurunkan daya guna, hasil guna produktivitas, daya dukung
dan daya tampungdari sumberdaya air yang pada akhirnya akan
menurunkan kekayaan sumberdaya alam.
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang
berasal dari daerah tangkapan sedangkan kualitas pasokan air dari daerah
tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di dalamnya
(Wiwoho, 2005). Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai
merupakan dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada
(Tafangenyasha dan Dzinomwa, 2005).
Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian
akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan
kualitas air sungai (Suriawiria, 2003).

3.4.

Sistem Agroforestri
Sistem agroforestri menurut Nair (1989a) adalah sebagai suatu
system penggunaan lahan yang berorientasi social dan ekologi dengan
mengintegrasikan pepohonan (hutan) dengan tanaman pertanian dan atau
ternak secara simultan atau berurutan untuk mendapatkan total produksi
tanaman dan hewan secara berkelanjutan dari suatu unit lahan, dengan
input teknologi yang sederhana dan lahan yang marjinal.
Aspek eokologi/konservasi dalam hal ini pohon mempunyai fungsi
perlindungan aktif terhadap aliran air ke daerah hilir dimana jenis pohon
dapat dipilih yang bernilai ekonomi tinggi. Hal terpenting yang perlu

diperhatikan adalah sistem penebangan/pemanenannya jangan sampai


menurunkan fungsi hidrologisnya. Untuk itu perlu keterpaduan aspek
konservasi dengan aspek ekonomi dan sosial agar petani mampu
meningkatkan kesejahteraan hidupnya antara lain melalui sistem
agroforestri (Van Noordwijk et al, 2004).
Menurut Chundawat dan Gautama (1993), ciri-ciri agroforestri antara
lain adalah:
a. Dalam bentuk normal, agroforestri terdiri dari dua atau lebih spesies
tanaman (dan atau hewan),
b. Selalu memiliki dua atau lebih produk,
c. Siklus dari system agroforestri selalu lebih dari satu tahun dan
d. System agroforestri lebih kompleks daripada system monokultur dengan
keuntungan secara ekologis (struktur dan fungsinya) dan keuntungan
secara ekonomis.
3.5.

Sistem Imbal Jasa

Gambar 3. Skema Imbal Jasa Lingkungan di DAS Sumber Brantas


(Widianto dkk, 2010)
Pengelolaan terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS) saah satunya
dapat dilakukan dengan cara sistem imbal jasa ingkungan. Sistem imbal
jasa lingkungan ini tidak hanya dilaksanakan oleh pemerintah ataupun
masyarakat sekitar. Akan tetapi disini ada keselarasan antara pemerintah
dengan masayarakat. Dengan demikian kegiatan imbal jasa lingkungan
terhadap kuantitas maupun kualitas air sangat memungkinkan untuk
dikembangkan dalam rangka menjaga potensi sumberdaya air.
Seperti yang dikemukakan oleh Tim Studi PES RMI (2007)
pembayaran jasa lingkungan (PJL) didasarkan pada pemberian skemaskema kompensasi untuk menghargai upaya masyarakat dalam mengelola
ekosistem untuk menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian Antika (2011), program pembayaran jasa
lingkungan (PJL) di DAS Brantas, Kelompok Tani Sumber Urip
berkewajiban melakukan upaya konservasi di lokasi yang telah disepakati
dengan tanaman yang telah ditentukan.

BAB IV
RENCANA AKSI MANAJEMEN DAS
4.1.

4.2.

4.3.

Konservasi Sumberdaya Air dengan Sistem Agroforestri


Dalam melakukan sebuah pengelolaan DAS hal yang pertama perlu
diperhatikan adalah bagian hulu. Bagain hulu DAS yang mengalami alih
fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dperlukan upaya koservasi baik
secara teknis maupun vegetatif. Akan tetapi kaitannya dengan sumberdaya
air khususnya di daerah aliran sungai akan lebih baik yang pertama di
konservaskan adalah secara vegetatif. Lahan hutan yang telah ditebang
tidak akan mudah kembali menjadi hutan lagi. Karena waktu yang
dibutuhkan akan sangat lama.
Hutan merupukan pelindung bagi tanah dan air agar tata air di muka
bumi ini berjalan dengan baik. Hutan yang terdiri dari pohon-pohon besar
akan mengintersepsikan air hujan yang turun agar tidak langsung jatuh ke
permukaan tanah dan tidak langsung menghancurkan agregat tanah.
Sehingga air akan terserap dengan baik dan tersedia bagi tanaman. Selain
itu hutan juga berfungsi dalam menyaring air yang jatuh ke permukaan
tanah agar kualitas air tersebut tetap terjaga.
Namun jika hutan telah dialihkan penggunaannya, maka tata air di
muak bumi ini akan terganggu. Adapun rencana dalam menghjaukan
kembali lahan seperti lahan hutan sangat diharapkan. Salah satu strategi
yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan sistem agroforestri.
Agroforestri merupakan perpaduan antara taaman pepohuonan dengan
tanaman musiman. Sehingga dengan diterapkannya sistem agroforestri ini
akan membantu siklus air. Untuk itu perlu adanya keterpaduan antara
aspek konservasi dengan aspek sosial dan ekonomi agar petani mampu
meningkatkan kesejahteraan hidupnya antara lain melalui sistem
agroforestri ini.
Pendayagunaan dan Perlindungan Sumberdaya Air
Berdasarkan peraturan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 43 tahun 2008 tentang air tanah Pasal 47 Pendayagunaan air tanah
ditujukan untuk memanfaatkan air tanah dengan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat secara adil dan
berkelanjutan. Dalam pendayagunaan sumberdaya air d wiayah sungai
Brantas perlu adanya sosialisasi dari pemerintah maupun LSM terhdap
pemakaian air secara efisien dan mengembangkan pemakaian teknologi
untuk efisiensi air. Selain itu memberikan sanksi bagi masyarakat yang
mengambil air tanah tanap ijin atau secara liar.
Perlindungan sumberdaya air sangat diperlukan agar terminimalisir
dari bencana banjir maupun kemarau. Dengan demikian perlu adanya
pelaksanaan rehabilitasi, normalisasi dan pemeliharaan sungai maupun
bangunan sarana dan prasarana pengairan secara berkesinambungan.
Selain itu perlu adanya pemeliharaan tebing sungai terutama tebing sungai
yang pondasi nya digunakan sebagai lahan permukiman.
Peran Serta Masyarakat dalam Imbal Jasa Lingkungan

Pembayaran jasa lingkungan (payment environmental services)


secara umum dapat didefinisikan sebagai mekanisme kompensasi dimana
penyedia jasa dibayar oleh penerima jasa. Biasanya penyedia jasa tersebut
merupakan kalangan masyarakat sekitar DAS maupun para petani.
Sedangkan untuk penerima jasa terdiri dari pemerintah maupun swasta.
Para penerima jasa akan memberikan imbalan kepada penyedia jasa
apabila jasa telah diterima dan hasilnya telah dirasakan.
Upaya imbal jasa lingkungan ini dapat dilakukan oleh pemerintah
yang mensosialisasikan kepada masyarakat dalam meminta penyediaan
jasanya untuk memperbaiki lingkungan sekitar Sub DAS Brantas. Ditambah
lagi dengan pemberian imbalan kepada masyarkat yang telah melakukan
perbaikan lingkungan, agar terciptanya lingkungan yang baik untuk seluruh
masyarakat sekitar DAS. Adapun upaya penerapan jasa yang dilakukan
masyarakat adalah dengan melakukan penanaman di DAS Brantas yang
telah disepakati. Berdasarkan kesepakatan jumlah tanaman dalam
program PJL sebanyak 6.902 pohon dengan jenis yaitu tanaman berkayu
seperti Sengon, Mahoni, dan Jati serta tanaman buah-buahan seperti
Durian, Mangga, Kopi dan lain sebagainya. Selain itu masyarakat ataupun
petani yang telah melakuakan penanaman tersebut tidak cukup hanya
dengan menanam saja. Tetapi imbalan atau dana yang akan diberikan
pemerintah akan cair apabila masyarakat tetap menjaga kelestarian pohon
di DAS Brantas yaitu dengan melakukan sistem tebang pilih. Dengan
demikian keanekaragan hayati akan tetap terjaga dan dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat sekitar.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Sub
DAS Brantas masih memilki permasalahn terhadap fungsi DAS itu sendiri.
Sehingga perlu adanya pengelolalaan lebih lanjut terhadap kualitas air
yang merupakan masalah utama dalam pembahasan ini. Dengan dilakukan
konservasi secara vegetataif dengan sistem agroforestri maka akan
mengembalikan lagi fungsi hutan yang telah hilang akibat adanya alih guna
lahan.
Selain itu perlu adanya pemantauan dan evaluasi mengenai
pendayagunaan serta perlindungan DAS. Hal ini dikarenakan agar
pendistribusian air merata dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Apabila ada masarakat yang tanpa ijin mengambil air secara bebas maka
akan dikenakan sanksi yang setara.
Imbal jasa lingkungan juga merupakan salah satu bentuk
pengelolaan DAS. Pengelolaan ini melibatkan segenap masyarakat sekitar
DAS serta pemerintah yang mengayomi dan memberikan imbalan kepada
masyarakat yang memberikan jasanya untuk perbaikan wilayah sungai
Brantas. Dengan demikian kualitas akan lebih terjaga dan siklus air dari
hulu, tengah dan hilir berjalan dengan semestinya.
5.2. Saran
Dalam pengelolaan DAS Brantas perlu adanya pihak terkait yang
secara langsung memperhatikan kondisi dari kualitas air sungai. Selain itu
kesadaran masyarakat akan air bersih perlu di perbaiki agar mengelola
sampah atau limbah rumah tangga dengan tidak membuang sembarangan
ke sungai.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, F,. N. Sinukaban. A. N. Ginting. H. Santoso dan Sutadi. 2007. Bunga
Rampai Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Penerbit Pengurus Pusat
Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia 2004-2007.
Antika, A.P. 2011. Analisis Willingness To Accept Masyarakat terhadap
Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Brantas. Skripsi. Bogor: IPB.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
Univ. Press.
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Chundawat, B.S., and S.K. Gautam. 1993. Textbook of Agroforestry. New Delhi:
Oxford & IBH Publishing Co. Pvt. Ltd.
Dunne, T., dan Leopold, L. B., 1978. Water in Environtmental Planning. San
Fransisco: W.H. Freeman and Company.
Farida & Noordwijk, M. V. 2004. Analisis Debit Sungai Akibat Alih Guna Lahan
dan Aplikasi Model Genriver Pada DAS Way Besai, Sumberjaya. Jurnal
AGRIVITA, Vol 26, hal 39-47.
Mangundikoro, A. 1985. Dasar-Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Terpadu. Diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta, 3-5 Oktober 1985.
Nair, P.K.R. 1989a. Agroforestry defined. In P.K.R. Nair (ed). Agroforestry
Systems in the Tropics. Kluwer Academic Publisher, The Netherlands.
pp. 13-20.
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: KepMenLH RI.
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2008. Air Tanah. Pasal 47. Jakarta:
KepMenLH RI.
Sandra. 2010. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas.
Jakarta.
Sinukaban, N. 2007. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi dan Pemberian
Mulsa Jerami terhadap Produksi Tanaman Pangan dan Erosi Hara;
Konservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan oleh Naik
Sunukaban Penerbit Direktorat Jenderal RLPS Departemen Kehutanan.
Hal. 1-14.
Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.
Penerbit Alumni. Bandung.
Tim Studi PES RMI. 2007. Laporan Studi PES untuk Mengembangkan Skema
PES di DAS Deli, Sumatera Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah.
Tafangenyasha, C. and T. Dzinomwa. 2005. Land-use Impacts on River Water
Quality in Lowveld Sand River Systems in South-East Zimbabwe. Land
Use and Water Resources Research 5 : 3.1-3.10. http://www.luwrr.com
Van Noordwijk M, Fahmudin A, Suprayogo D, Hairiah K, Pasya G dan Farida.
2004. Peranan Agroforestri dalam mempertahankan kelestarian fungsi
hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS). AGRIVITA 26 (1): 1-8.
Widianto dkk. 2010. Implementasi Kaji Cepat Hidrologi (RHA) di Hulu DAS
Brantas, Jawa Timur. Bogor: World Agroforestry Centre.
Wiwoho. 2005. Model identifikasi daya tampung beban cemaran sungai dengan
qual2e-studi kasus sungai babon. Semarang: Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai