PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia masih disebut negara pertanian ataupun negara agraris dimana
sektor pertanian merupakan sektor yang sangat banyak membantu dalam
memberikan mata pencaharian masyarakat di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari
banyaknya penduduk Indonesia yang bekerjan pada sektor pertanian, yaitu
sebesar 70% (Bahraen, 2012).
Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar
penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai
petani. Selain itu sektor pertanian, salah satu hal penting yang harus diperhatikan
sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus
seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan
pengelolaan usahatani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara
pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan
produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani
dapat meningkat.
Besarnya pendapatan usahatani diperhitungkan dari pengurangan
besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usahatani tersebut. Penerimaan
suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usahatani,
jenis dan harga komoditi usahatani yang diusahakan, sedang besarnya biaya
suatu usahatani akan dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan varietas
komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang
digunakan.Untuk mengetahui dan menganalisis keuntungan dan kelayakan suatu
usaha tani, maka kami melakukan wawancara kepada salah satu petani di desa.
1.2 Tujuan
1. Memahami pengertian dari sejarah usahatani.Mampu membuat Transek Desa.
2. Mengetahui profil usahatani, karakteristik maupun komoditas terkait.
3. Mampu menganalisis biaya penerimaan dan keuntungan serta menentukan
kelayakan usaha tani.
1.3 Manfaat
1. Mengetahui kondisi sebenarnya dari usaha tani yang terdapat di daerah desa
Pandanajeng
2. Mengetahui sosial ekonomi desa tersebut serta bisa menganalisa berdasar
literatur yang ada.
3. Mendapatkan pelajaran secara langsung dari petani mengenai praktek
usaha tani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Usahatani
2.2.1 Sejarah Perkembangan Usahatani di Indonesia
Pertanian di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah, dimana
masyarakat menanam apa saja, hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang tetap,
tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga
diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah di atas
tanah kering. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi
yang dikenal dengan nama kampong walaupun usaha tani persawahan sudah
dimulai, namun usaha tani secara berladang yang berpindah -pindah belum
ditinggalkan. Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia kebijakan
pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di Indonesia, melainkan
hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC.
Tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda
mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut
tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian
tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun
1921.
Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap
pertanian tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan
perhatian khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual
padi kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa
dan pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak
dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap
tanamannya pun tak berkembang.
system usaha tani. Metode penelitian system usaha tani secara terus
menerus disempurnakan kearah yang lebih terintegratif dengan melibatkan
perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya baik lingkup maupun
diluar badan pertania. Pencapaian secara nyata dari pendekatan system
usaha pertanian selama periode 1980-an anata lain:
Introduksi titik dalam system usaha pertanian padi-ikan di wilayah
pantrura, Jawa Barat yang dapat meningkatkan dua kali lipat pendapatan
petani selama 4 bulan pengelolaan lahan
Introduksi tanaman kater dan ternak (ayam, sapi, dan kamping) dalam
system usaha tani yang ada dapat meningkatkan pendapatan petani
hingga tiga kali
Penerapan varietas baru dengan potensi hasil tinggi untuk kedelai,
kacang tanah, jagung, sayuran di wilayah transmigrasi dapat
meningkatkan dual kali lipat pendapatan petani
Penerapan system usaha pertanian konservasi (sisten tanam lorong)
dapat meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus mengurangi erosi
tanahpada lahan kering marginal dengan topologi berlereng.
Pada tahun 1990-an, metode penelitian system usaha pertanian terus
disempurnakan mencakup:
1. Keterlibatan petani dan penyuluh dalam penelitian
2. Percepatan transfer inovasi teknolottgi kepada pengguna melalui
temu lapang dan berbagai media diseminasi serta promosi yang
ditetapkan
3. Studi secara intensif berkaitan dengan adopsi dan dampak dari
penerapan inovasi teknologi
4. Penelitian pengembangan inovasi
tekn
ologi
matang
yang
1. Varietas unggul baru padi, jagung, kedelai, cabai, dan kacang panjang
2. Tanam benih langsung dengan menggunakan alat tanam benih
langsung
3. Teknologi penen dan paska panen
4. Pengendalian hama terpadu (HPT)
Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan unit kerja
terdepan yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan dari program ini
dan dalam pelaksanaan bekerjasama dengan Dinas Pertanian di tingkat
provinsi dan kabupaten. Pada tahun-tahun berikutnya pendekatan atau
program ini dilaksanakan untuk ternak sapi (system usaha tani berbasis
sapi)dan tanaman perkebunan.
Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya
krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan
kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit
membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian.
Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat
pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagai stake holder pembangunan
pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu
pembangunan
sistem
dan
usaha
agribisnis
yang
berdaya
saing,
subsidi. Itulah sebabnya mengapa pada saat krisis pada tahun 1998-1999
booming agribisnis tidak berlangsung lama meskipun depresiasi rupiah
cukup memberi insentif untuk eksport. Perubahan mendadak waktu itu,
tidak memberi waktu bagi para petani untuk menyesuaikan diri. Sehingga
PDB pertanian mengalami pertumbuhan rendah sebesar 0,88 persen
(terendah sepanjang sejarah)
Pada tahun 2000-an, berdasarkan pengalaman dari beberapa tahun
sebelumnya pendekatan penelitian system usaha tani terus disempurnakan
secara bertahap, berubah menjadi pendekatan system dan usaha agribisnis.
Dalam pendekatan ini, focus penelitian tidak saja terbatas pada usaha
budidaya pertanian dalam perspektif system usaha tani, tapi mencakup
pengembangan industry hulu pertanian, industry hilir pertanian, serta
berbagai jasa pendukung. Disadari bahwa meskipun Indonesia berhasil
menjadi salah satu produsen terbesar untuk beberapa komoditas primer
dunia tetapi Indonesia belum memiliki kemampuan bersaing di pasar
internasional.. (Saragih, dalam Heru, 2010).
2.2 Transek Desa
2.2.1 Pengertian Transek Desa
1. Secara harfiah (terjemahan lurus), pengertian dari Transek itu sendiri
adalah gambar irisan muka bumi. Pada awalnya, transek dipergunakan
oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati WilayahWilayah Ekologi (pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan
sifat khusus keadaannya).
2. Sebagai teknik PRA, Teknik Penelusuran Lokasi (Transek) adalah
teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan
sumber daya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa
mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan
lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan atau gambar
irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut. (BLP, 2001)
2.2.2
tersebut.Cara
mengukur
panjang
penutupan
adalah
10
dari
mengetahui
transek
desa
adalah
dengan
11
lintasan penelusuran.
Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama ), biasanya diambil dari
adalah
pembuatan
bagan
setelah
seluruh
lintasan
untuk
menarik.
Mintalah masyarakat untuk menggambarkan bagan transek berdasarkan
hasil lintasan yang telah dilakukan. Buatlah dengan bahan atau cara
yang mudah diperbaiki atau dihapus karena akan banyak koleksi terjadi.
12
2.2.3
Tujuan Transek
Penelusuran lokasi (Transek) dilakukan untuk memfasilitasi
masyarakat agar mendiskusikan keadaan sumber-sumber daya dengan
cara mengamati langsung hal yang didiskusikan di lokasinya. Hal-hal
yang biasanya didiskusikan adalah :
Manfaat Transek
dapat
memperkenalkan
langsung
pekerjaan,
keadaan,
13
kondisi
alam
dan
rumitnya
system
pertanian
dan
juga memiliki kahan tegal maka luasnya 0,5 ha lahan sawah di Jawa
atau 0,5 ha di luar jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan
tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 di luar jawa.
3. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
4. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.
Dua ciri yang menonjol pada petani kecil ialah kecilnya
pemilikan dan penguasaan sumberdaya serta rendahnya pendapatan
yang diterima. Pada umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan
kecil, disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya
sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka
mempunyai tingkat pendidikan, pegetahuan, dan kesehatan yang sangat
rendah. Mereka sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga
kredit dan sarana produksi. Bersama dengan itu, mereka menghadapi
pasar dan harga yang tidak stabil (Kasryno, 1984).
Kekurangan modal pada petani kecil di Indonesia untuk megelola
tanah dan untuk membeli sarana produksi dicoba diatasi oleh
pemerintah dengan memberikan bantuan kredit. Hal ini trjadi khususnya
pada petani penghasil padi yang memperoleh kredit melalui program
intensifikasi. Program intensifikasi telah cukup menunjukkan indikasi
bahwa perubahan teknologi dalam penanaman padi dapat memberikan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan apabila penanaman itu
dilakukan dengan cara tradisional (Kasryno, 1984).
Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu
memiliki sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara
kerjanya tidak sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang
sebagai kelompok yang serba sama, walaupun mereka berada di suatu
wilayah kecil, sehingga tiap-tiap usaha petani tersebut mempunyai
sistem usahatani yang unik. Jelas bahwa hal ini diperlukan penelitianpenelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan berbagai
karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda, sehingga
diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan
suatu kebijakan (Hananto, 1980).
15
16
17
18
Sambil
melakukan
penyaingan
lakukan
pendangiran.
b. Tanah digemburkan karena mungkin terjadi pemadatan akibat
penyiraman air dan proses pengeringan oleh sinar matahari.
Bila terlihat tanah kekurangan air maka perlu dilakukan
penyiraman. Lakukan penyiraman hingga tanah di sekitar
pertanaman cukup basah dan merata.
c. Pembubunan bagian dasar tunas selama 4 minggu sebeluum
panen. Naikkan tanah di sekitar batang agar pangkalnya
tertutup. Penimbunan memberikan wama putih pada batang
bagian bawah sehingga memberikan penampilan yang menarik
dan kualitas yang prima.
d. Potong tangkai bunga dan daun tua untuk merangsang
pertumbuhan anakan.
e. Penyemprotan pestisida gunakan jika perlu/jika sudah ada
tanda-tanda awal munculnya hama dan penyakit.
(Susila, 2006)
5. Panen
1. Umur panen 2,5 bulan setelah tanam.
2. Jumlah anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun
menguning.
3. Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul pada sore/pagi hari
4. Bersihkan akar dari tanah yang berlebihan.
6. Pasca Panen
19
c.
pH
antara
5,5-6,5,
tidak
tanaman
kerdil,
kekurangan
kalsium
1. Persyaratan Benih
Benih berasal dari varitas unggu dengan daya kecambah >
90%. 3.1.2. Penyiapan Benih Sebelum disemai, benih direndam di
air hangat 55-60 derajat C selama 15 menit. 3.1.3. Teknik
Penyemaian Benih Benih disemai di bedengan persemaian dengan
lebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm dan panjang sesuai lahan yang
ada. Bedengan dipersiapkan dengan cara: a) Mengolah tanah
sedalam 30-40 cm b) Mencampurkan 2 kg/m2 pupuk kandang
matang dan 2 kg/ha pasir (jika tanah berliat) dengan tanah yang
telah diolah tadi. c) Menaungi bedengan dengan plastik bening
atau anyaman daun kelapa. Tinggi bedengan di sisi timur 120-150
cm dan sisi barat 80-100 cm. Cara menyemai benih: benih disemai
di dalam alur/larikan sedalam 0,5 cm dengan jarak antar alur 1020 cm. Tutup benih dengan tanah tipis dan siram permukaan
bedengan sampai lembab.
2. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian.
Pada hari ke 15-25 setelah semai, bibit disemprot dengan
pupuk daun, tanah bedengan di antara alur/larikan dengan larutan
10 gram NPK/10 liter air dan semprot bibit yang diserang hama
dengan pestisida pada konsentrasi rendah (30-50% dosis anjuran).
3.1.5. Pemindahan Bibit Bibit dipindahkan setelah berumur 1
bulan atau memiliki 3-4 daun.
3. Pengolahan Media Tanam
3.1 Pengolahan lahan
a. Tanah dicangkul/diolah sedalam 30-40 cm biarkan selama 15
hari.
b. Jika pH tanah kurang dari 6.5 campurkan kapur kalsit atau
dolomit dengan tanah olahan. Dosis kapur 1-2 ton/ha
tergantung dari pH tanah dan jumlah Alumunium di dalam
tanah.
3.2 Pembuatan Bedengan
a). Membuat bedengan dengan lebar 80-90 cm biarkan selama
15 hari.
22
b). Jika pH tanah kurang dari 6.5 campurkan kapur kalsit atau
dolomit dengan tanah olahan. Dosis kapur 1-2 ton/ha
tergantung dari pH tanah dan jumlah Aluminium di dalam
tanah.
3.3 Pembentukan Bedengan
a).Buat bedengan dengan lebar 80-100 cm, tinggi 30 cm,
panjang sesuai dengan panjang lahan, jarak antar bedengan
30-40 cm. Buat parit keliling
b) Campurkan 10-20 ton/ha pupuk kandang dengan tanah
bedengan.
c) Ratakan dan rapikan bedengan.
3.4 Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanaman Untuk tujuan komersil, seledri
ditanam secara monokultur (tanaman tunggal).
b. Pembuatan lubang tanam Lubang tanam dibuat di dalam
bedengan dengan jarak tanam 25 x 30 cm. 3.3.3. Perlakuan
Bibit
Penanaman
1. Tanamkan hanya satu bibit di lubang tanam, padatkan
tanah disekitar batang.
2. Siram bedengan dengan air bersih sampai lembab c) c)
Pasang mulsa jerami padi kering setebal 3-5 cm menutupi
23
gulma
dilakukan
bersama
dengan
Di
awal
masa
atau
tergenang
(becek).
Pengairan
seledri
potong
dengan
memotong
porduktif.
3.6.3.
Perkiraan
Produksi
25
yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Sedangkan Kusnadi (2006 : 168) bahwa biaya adalah manfaat yang
dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat (barang
dan jasa) yang dikorbankan diukur dalam Rupiah melalui pengurangan
aktiva atas pembebanan utang pada saat manfaat itu diterima.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa biaya adalah
pengorbanan yang dikeluarkan saat sekarang dan diharapkan dapat
memperolisileh hasil tertentu pasa masa yang akan datang. Untuk tujuan
yang berbeda, biaya dapat dibedakan dalam berbagai cara, sebagaimana
Supriyono (2002 : 18) mengemukakan bahwa : Penggolongan biaya adalah
proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang
ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat
memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting. Mulyadi
(2007:14) menggolongkan biaya kedalam 5 (lima) cara penggolongan,
menurut :
Objek peneluaran dalam suatu perusahaan yang terdiri atas :
1. Biaya bahan baku, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
bahan baku yang akan diubah menjadi bentuk baru.
2. Biaya tenaga kerja, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
karyawan yang bekerja dalam proses produksi.
3. Biaya overhead pabrik, yaitu biaya yang dikeluarkan selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja lansung untuk membiayai
kegiatan produksi.
Fungsi pokok perusahaan yang terdiri atas :
1. Biaya produksi, yakni biaya yang dikeluarkan untuk mengolah
bahan baku menjadi bahan jadi.
2. Biaya pemasaran, yaitu biaya
yang
dikeluarkan
untuk
26
27
2.4.1
T Ri=Y i . P y
Keterangan:
2.4.1
TR
Py
= Harga Y (Rp)
total (biaya tunai dan tidak tunaiatau biaya tetap & tidak tetap atau fixed
cost & variable cost). Untuk melakukan perhitungan tinkat pendapatan yang
diperoleh suatu usaha pertanian, maka sangat perlu dilakukan identifikasi
biaya-biaya yang dikeluarkan sekaligus menetahi tingkat pendapatan,
28
29
Pd =TRT
Dimana:
Pd
TR
TC
= total (Rp)
PQ .Q
(TFC+TVC)
Keterangan :
R
= penerimaan
= biaya
PQ
= harga output
= output
TFC
30
TVC
TFC
TVC
P
Q
Keterangan :
BEP = Break Even Point (titikimpas)
Q
= Quantities (produksi)
TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)
TVC = Total Variable Cost (biaya variabel)
P
= HargaProduk
b. BEP Penerimaan (Rupiah)
Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk
dengan kuantitas produk pada saat BEP.
BEP Penerimaan (Rp) =
TFC
TVC
1
TR
Keterangan :
BEP
TR
TFC
TVC
31
Break Even Point harga menggambarkan harga produk per satuan unit
pada saat BEP, atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan produk
(ATC / Average Total Cost)
TC
BEP harga (Rp) = Q
Keterangan :
BEP
Q
TC
bercocok
tanam
dimulai
dari
pengolahan
tanah
dengan
32
33
pepaya,
ramuan
nanas+pisang+terasi+tetes
tebu,
ramuan
air
kelapa+antonik.
perawatan gulma dilakukan 3-4 kali dalam satu musim panen dengan menggunakan
3 orang pekerja selama 4 Perawatan gulma dilakukan 3-4 x dalam satu musim panen
dengan menggunakan 3 orang pekerja selama 4 hari dan kadang responden bersama
istri juga ikut melakukan kegiatan ini. Setelah 30 hari bawang daun dapat di panen,
pemanenan dilakukan sendiri oleh Bapak Hartono.
34
besarnya biaya tetap tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi yang
dijalankan.
n
TFC= xi . Pxi
i=1
Keterangan :
TFC
Xi
PxI
N
Sewa Lahan
Sewa Alat
(Pengolaha
unit
1
1
Luas
1500 m
-
Satua
Harga
Biaya/musim
sewa/ha/tahu
tanam
Ha
Unit
n
-
Rp 1.500.000
n lahan
awal)
Total
Rp 1.500.000
35
Keterangan
unit
Satuan
Harga awal
Harga akhir
Tahun
Cangkul
Sabit
Sekop
Sprayer
1
2
1
1
Buah
Buah
Buah
Buah
per unit
Rp 100.000
Rp 50.000
Rp 150.000
Rp 450.000
per unit
Rp 25.000
Rp 10.000
Rp 50.000
Rp 100.000
ekonomis
10
10
10
15
Cangkul
Sabit
Sekop
Sprayer
Harga awal
Harga akhir
Tahun
Biaya
Biaya
per unit
per unit
ekonomis
penyusutan/
penyusutan/
Rp 100.000
Rp 50.000
Rp 150.000
Rp 450.000
Rp 25.000
Rp 10.000
Rp 50.000
Rp 100.000
10
10
10
15
tahun
Rp 7.500
Rp 4.000
Rp 10.000
Rp 23.333
musim
Rp 2.500
Rp 1.333
Rp 3.333
Rp 7.778
Biaya penyusutan/Tahun
3 (terdapat 3 musim tanamdalam 1 tahun)
unit
Biaya
Biaya
penyusutan/
Cangkul
Sabit
Sekop
Sprayer
Keterangan
1
2
1
1
Total
unit
Sewa Lahan
musim
Rp 2.500
Rp 1.333
Rp 3.333
Rp 7.778
Biaya/
Rp 2.500
Rp 2.666
Rp 3.333
Rp 7.778
Rp 16.277
Biaya
musim tanam
-
36
Sewa Alat
1
Rp 1.500.000
Total
Total Biaya Tetap / TFC
Rp 1.500.000
Rp 1.500.000
Rp 1.516.277
unit
Satuan
Harga/unit
Total biaya
sarana produksi
A. Sarana Produksi
Benih/bibit:
1.Bibit Bawang Daun
1
Bungkus
2.Bibit Seledri
2
Bungkus
Pupuk:
1. Pupuk Petroganik
40
Kg
2. Pupuk Petrobio
10
Kg
3. Pupuk ZA
40
Kg
4. Pupuk NPK Organik
20
Kg
5. Pupuk Urea
20
Kg
Obat obatan
1.Ramuan EM4
1
Paket
2.Antonic
1
Botol
3.Ripcor
1
Botol
4.Clopindo
1
Botol
5.Antracol
1
Botol
6.Pelekat
1
Botol
Total Biaya Sarana Produksi
Tenaga Kerja
Jumlah
Jumlah
Rp 400.000
Rp 125.000
Rp 400.000
Rp 250.000
Rp 500
Rp 8.000
Rp 12.000
Rp 2.500
Rp 2.000
Rp 20.000
Rp 80.000
Rp 480.000
Rp 50.000
Rp 40.000
Rp 30.000
Rp 2.500
Rp 7.500
Rp 5.000
Rp 14.000
Rp 8.000
Rp 30.000
Rp 2.500
Rp 7.500
Rp 5.000
Rp 14.000
Rp 8.000
Rp 1.387.000
HOK
Upah/HOK
Tenaga kerja
Jumlah
laki - laki
orang
hari
jam/hari
Pengolahan
Penanaman
Perawatan &
4
0
6
2
0
4
8
4
4
8
0
12
Rp 30.000
Rp 30.000
Rp 30.000
Pemupukan
Pemanenan
Rp 30.000
37
3
4
4
4
4,5
20
Pemupukan
Pemanenan
0
0
0
0
Keterangan: Standarkerja per hariadalahpukul 08.00-16.00 (8 jam)
Tenaga
kerja HOK
laki laki
Pengolahan
8
Penanaman
0
Perawatan & 12
Pemupukan
Pemanenan
Penanaman
Perawatan
pemupukan
Pemanenan
Total
Rp 30.000
Rp 30.000
Rp 30.000
Rp 240.000
Rp 0
Rp 360.000
Rp 30.000
Rp 0
Tenaga kerja perempuan
4,5
Rp 25.000
Rp 112.500
& 20
Rp 25.000
Rp 500.000
0
Rp 25.000
Rp 0
Rp 1.212.500
6.4.2
Upah Harian
Rp 25.000
No Keterangan
1
Sarana Produksi
2
HOK
Total Biaya Variabel
Upah/HOK
Rp 25.000
Rp 25.000
Total Biaya
Rp 1.516.277
Rp 2.599.500
Rp 4.115.777
Penerimaan
Penerimaan usahatani merupakan jumlah yang diterima petani dari suatu
produksi, dimana penerimaan tersebut didapatkan dengan mengalikan
produksi dengan harga yang berlaku saat itu. Jumlah produksi yang dihasilkan
38
Keterangan
Bawang preh
Seledri
Satuan
Kg
Kg
= P.Q
= 6500 x 2000
= 13.000.000
Keuntungan
Keuntungan usahatani merupakan keuntungan yang didapatkan dari
penerimaan dikurangi dengan biaya totalnya. Dengan penerimaan sebesar Rp
13.000.000 dan total biaya sebesar Rp 4.115.777 maka keuntungan yang
didapatkan oleh Bapak Hartono sebesar Rp 8.884.223,Keterangan
Penerimaaan (TR)
Total Biaya (TC)
Keuntungan
6.5
Jumlah (Rp)
Rp 13.000.000
Rp 4.115.777
Rp 8.884.223
39
Menurut Mulyadi (1997 : 232) Break Even Point adalah suatu usaha yang
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi dengan kata lain suatu usaha
dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya,
atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap
saja.
Untuk BEP unit dari usahatani Bapak Hartono adalah sebesar 291,57 kg,
untuk BEP rupiahnya adalah sebesar Rp 2057,88 dan untuk BEP penerimaan
Rp 1.888.265,255
adalah sebesar
Biaya
Total Biaya Tetap (TFC)
Total Biaya Variabel (TVC)
Total Biaya
BEP Unit =
TFC
TVC
P
Q
1.516 .277
2.599.500
6500
2000
1.516 .277
6.5001299,75
Total Biaya
Rp 1.516.277
Rp 2.599.500
Rp 4.115.777
1.516 .277
5200,25
= 291,57 kg
BEP Harga
TC
Q
4.115 .777
2000
40
= 2057,88
BEP Penerimaan =
TFC
TVC
1
TR
1.516.277
2.559 .500
1
13.000 .000
1.516 .277
10,197
1.516 .277
0,803
1.888.265,255
41