1-3
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Jakarta
ABSTRAK
Persaingan pada dunia bisnis yang ada pada saat ini sangatlah tinggi. Persaingan tersebut menuntut para pelaku di
bidang sektor industri untuk senantiasa meningkatkan kualitas dari setiap produk yang diproduksinya. CV. Sarach
Cake and Snack memproduksi produk makanan yaitu Keripik olahan singkong. Salah satu permasalahan pada
perusahaan adalah masih terdapat produk cacat pada proses produksi Keripik singkong tawar yang menyebabkan
rata-rata persentase produk cacat periode Januari – Oktober 2020 sebesar 5,24% dengan nilai sigma 3,72, sementara
target persentase produk cacat sebesar 3,5% dan sigma sebesar 4. Jenis cacat yang mendominasi adalah Keripik
yang tebal. Keripik tebal menyebabkan Keripik terlalu keras dengan tingkat kerenyahan yang tidak sesuai, hal ini
dapat mengecewakan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dengan menggunakan Six
Sigma dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Penelitian ini menghasilkan informasi penyebab masalah produk
defect dengan didominasi faktor keripik singkong yang tebal. Dari tindakan perbaikan pada proses produksi Keripik
singkong tawar menghasilkan penurunan persentase produk cacat pada periode November 2020 sebesar 3,51% dan
Desember 2020 sebesar 3,22%, serta adanya penurunan dari tingkat Defect per Million Opportunity (DPMO) dari
sebanyak 13.104,45, maka turun pada periode November 2020 menjadi sebesar 8.773,91 dan periode Desember
2020 sebesar 8.070,51, serta dengan adanya peningkatan nilai sigma pada periode November 2020 sebesar 3,87 dan
periode Desember 2020 sebesar 3,91.
Kata kunci: Kualitas, Akar Permasalahan, Produk Cacat, Six Sigma, FMEA
ABSTRACT
Competition in the business world that exists today is very high. This competition requires players in the industrial
sector to constantly improve the quality of each product they produce. CV. Sarach Cake and Snack produces food
products, namely processed cassava chips. One of the problems in the company is that there are still defective products
in the production process of fresh cassava chips which causes an average percentage of defective products for the
January - October 2020 period is 5.24% with a sigma value 3.72, while the target percentage of defective products is
3.5. % and sigma of 4. The type of defect that dominates is thick chips. Thick chips may cause the Chips to be too hard
with an inappropriate level of crunch, this may disappoint customers. This study aims to improve quality by using Six
Sigma and Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). This study resulted in information on the causes of defect product
problems dominated by thick cassava chips. From the corrective action in the production process of fresh cassava
chips, it resulted in a decrease in the percentage of defective products in the period November 2020 by 3.51% and
December 2020 by 3.22%, as well as a decrease in the Defect per Million Opportunity (DPMO) level from 13,104.45,
then it decreased in the November 2020 period to 8,773.91 and the December 2020 period of 8,070.51, as well as an
increase in the sigma value in the November 2020 period of 3.87 and the December 2020 period of 3.91.
Keywords: Quality, Root of The Problem, Defective Product, Six Sigma, FMEA
Citation: Farach dan Prasetyani R., (2021). Analisis Six Sigma Dalam Upaya Mengurangi Produk Cacat Pada Bagian
Proses Produksi Kripik Singkong Tawar Di CV. Sarach Cake And Snack (SCS)Jurnal Rekayasa dan Optimasi Sistem
Industri, 03(1), 01-09, doi:xx.xxxxxx/jrosi.xx.x.xxx-xx
1
Jurnal Rekayasan dan Optimasi Sistem Industri (2021), 03 (1): 01-09, ISSN xxxx-xxxx
Produk cacat merupakan produk yang tidak statistik untuk pengukuran dan analisis variansi
dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan proses. Sasaran pengendalian proses statistik adalah
oleh perusahaan. mengurangi penyimpangan karena penyebab khusus
CV. Sarach Cake and Snack merupakan salah
dalam proses dan dengan cara mencapai stabilitas
satu perusahaan yang menghasilkan produk Keripik
Singkong. Salah satu bagian utama dari proses dalam proses [4]. Statistik adalah seni dengan belajar
produksi Keripik singkong adalah proses produksi berdasarkan data [5].
Keripik singkong tawar. Produk Keripik singkong
yang diproduksi oleh CV. Sarach Cake and Snack 2.3 Strategi Pengembangan dan Peningkatan
merupakan produk keripik yang masih memiliki Kinerja Six Sigma dengan Menggunakan DMAIC.
potensi untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut.
Target kualitas dapat diukur dengan melihat Metodologi yang dipakai pada metode Six Sigma
indikator nilai DPMO (Defects Per Million menggunakan alat statistik yang dapat dilakukan
Opportunities) yakni Cacat per Satu Juta untuk melakukan identifikasi terhadap beberapa
kesempatan. Indikator tingkat kualitas yang faktor yang sangat vital.
diharapkan dalam menerapkan Metodologi Six Six Sigma dicirikan oleh lima fase berurutan. Ini
Sigma adalah untuk meningkatkan Kapabilitas dijelaskan oleh akronim DMAIC [6].
Proses dengan mencapai 3,4 DPMO dalam proses
produksi. 2.3.1 Define
Dalam upada memahami kondisi dan rintangan
yang dihadapi oleh perusahaan dalam menurunkan Tahap define adalah tahapan pertama dalam
tingkat pemborosan dan produk cacat maka menerapkan metodologi DMAIC. Pada tahap ini baik
diperlukannya perhitungan dan pengukuran peneliti ataupun pihak manajemen akan melakukan
performa kualitas. Performa kualitas tersebut akan suatu identifikasi dan mencaoba untuk memahami
berupa nilai Sigma dengan skala Sigma 1 merupakan suatu pemasalahan yang sedang dihadapi secara
tingkat terendah sampai dengan Sigma 6 yang mendetil.
merupakan indikator performa kualitas tingkat Salah satu metode yang digunakan dalam
tertinggi. Nilai Sigma 6 memiliki arti bahwa sebanyak identifikasi tahan define adalah dengan diagram
3,4 produk cacat yang timbul dari setiap satu juta SIPOC. SIPOC adalah singkatan dari Suppliers, Inputs,
aktifitas atau peluang produksi. Process, Outputs, dan Customer [7]. Analisis SIPOC
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan pada fase Define, dengan tujuan utama
dilakukan untuk mengukur dan melakukan menangkap informasi yang berkaitan dengan proses
perbaikan proses dan kualitas produk agar dapat tersebut untuk ditingkatkan.
mengurasi produk cacat pada proses produksi
Keripik Singkong Tawar CV. Sarach Cake and Snack 2.3.2 Measure
Kelebihan dan Kekurangan Analisa banyak elemen dari metode Metode Six Sigma yang
Fishbone. Kelebihan Analisa Fishbone adalah meningkatkan pemahaman kita terhadap program
dapat menjabarkan setiap masalah yang Six Sigma [6].
terjadi dan setiap orang yang terlibat di
dalamnya dapat menyumbangkan saran 2.4 Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
yang mungkin menjadi penyebab masalah
tersebut. Kekurangan Analisa Fishbone Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
adalah opinion based on tool dan di design merupakan suatu pendekatan sistematik yang dapat
membatasi kemampuan tim / pengguna menerapkan suatu metode dengan sistem tabel
secara visual dalam menjabarkan masalah untuk membantu proses pemikiran yang digunakan
yang mengunakan metode “level why” yang oleh para engineers untuk mengidentifikasi mode
dalam, kecuali bila kertas yang digunakan kegagalan potensial dan efeknya. Frasa "mode
benar – benar besar untuk menyesuaikan kegagalan" mengacu pada ketidakmampuan untuk
dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya memenuhi spesifikasi teknik, diekspresikan
voting digunakan untuk memilih penyebab menggunakan kosakata kausal [12].
yang paling mungkin yang terdaftar pada
diagram tersebut [10]. 2.5 Strategi Pemasaran Produk
2.3.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode Six Sigma Gambar 1 Diagram SIPOC Proses Produksi Kripik
Singkong Tawar
Kelebihan Strategi Six Sigma menempatkan
suatu titik fokus yang jelas dalam rangka meraih Pada tahap ini juga akan dijelaskan bahwa
keberhasilan finansial yang terukur kepada tingkat elemen-elemen penting pada Proses Produksi.
bawah suatu organisasi. tidak akan ada suatu proyek Diagram SIPOC (Supplier-Inputs-Process -Outputs-
Six Sigma yang disetujui kecuali dampak tingkat Customer), dapat memberikan visualisai umum yang
bawah pada organisasi sudah terlihat jelas dan jelas tentang keterlibatan elemen-elemen pada
teridentifikasi [3]. bagian ini. SIPOC diagram menggambarkan proses
Kelemahan dari Six Sigma, biasanya terjadi
yang menjadi fokus dari penelitian. Diagram SIPOC
karena kekurangan elemen-elemen Six Sigma yang
proses produksi Kripik Singkong Tawar pada CV.
menjadi dasar di dalam metode Six Sigma. Salah satu Sarach Cake and Snack ditunjukan pada Gambar 1.
alasan kesalahan dalam penggunaan metode Six
Pelanggan pada penelitian ini merupakan
Sigma adalah karena adanya bagian bagian detail
internal, artinya pihak internal perusahaan yang
dari model Six Sigma saat penerapannya tidak tidak
menggunakan output ini. Pihak internal
tersedia. Literatur terakir menunjukkan bahwa menggunakannya untuk di olah menjadi barang jadi
3
© 2021, Program Studi Teknik Industri UNIVERSITAS PANCASILA
Jurnal Rekayasan dan Optimasi Sistem Industri (2021), 03 (1): 01-09, ISSN xxxx-xxxx
di pada bagian pengolahan bumbu dan perasa. Pada Berikut meruapakan perhitungan p-chart terhadap
bagian ini lah proses akhir kripik singkong sebelum produk cacat pada bagian produksi kripik singkong
di kirim ke customer. Pihak external tawar:
menggunakannya langsung adalah customer. Baik
bagian pengolahan bumbu dan perasa maupun Tabel 2 Perhitungan Peta Kendali P
customer menginginkan kripik singkong yang
dihasilkan berkualitas, artinya produk dengan
tingkat cacat yang rendah. Potensi terdapatnya
produk cacat ini juga dikarenakan terdapatnya Sumber : CV. Sarach Cake and Snack
banyak tahapan pada proses produksi kripik tawar
yang harus dilewati. banyaknya tahapan proses
memungkinkan untuk munculnya tingkat produk
cacat yang lebih banyak. Setelah banyak melakukan
pengamatan dan wawancara dengan bagian
Inspecting dan melakukan peringkasan mengenai
hal-hal yang menyangkut kualitas yang berhubungan Perhitungan peta kendali P menunjukkan indikasi
dengan produk cacat pada kripik tawar, maka secara bahwa nilai P berada diantara batas UCL dan LCL
umum dapat disusun CTQ diagram seperti di bawah maka kapabilitas proses berjalan baik, sehingga
ini : mampu menjelaskan bahwa kapabilitas proses
mampu memenuhi spesifikasi batas toleransi yang
diinginkan. Grafik Peta kendali P dapat dilihat pada
Tujuan Penentu Kebutuhan
Gambar 3
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛
DPU = Hasil perhitungan analisis Pareto data produk cacat
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
3.510
DPU = kripik singkong tawar menunjukkan bahwa jenis
66.962
DPU = 5.24% produk cacat yang didapat dari hasil proses
produksi keripik singkong tawar adalah keripik tebal
b. Defect per Million Oppurtunities (DPMO): dengan persentase sebesar 36,8%, keripik
menggumpal dengan persentase sebesar 27,2%,
𝐷𝑃𝑈 𝑥 1.000.000 keripik tipis mengkerut dengan persentase sebesar
DPMO =
𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐾𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 24,5%, keripik pecah dengan persentase sebesar
0.0524 𝑥 1.000.000
DPMO = 11,4%. dari data perhitungan analisis pareto tersebut
4
DPMO = 13.104,45 dapat disimpulkan bahwa produk cacat yang
mendominasi adalah keripik tebal. sementara data
tersebut dapat digambarkan dalam diagram Pareto
3.2.4 Menghitung Sigma Level yang ditunjukan pada gambar 4 sebagai sebagai
berikut.
Perhitungan Sigma level dapat memberikan
gambaran mengenai kemampuan proses produksi
yang terjadi. Sesuai dengan konsep Six Sigma,
dimana semakin tinggi nilai Sigma semakin baik
proses untuk menghasilkan produk dengan tingkat
cacat rendah. Selain menggunakan lampiran sebagai
acuan mencari tingkat Sigma, maka korelasi antara
DPMO dengan tingkat Sigma dapat didefinisikan
sebagai berikut :
Tabel 4 Tabel Data Produk Cacat Produksi Keripik Gambar 5 Diagram Fishbone Produk Cacat Kripik
Singkong Tawar Januari – Oktober. Singkong Tawar
5
© 2021, Program Studi Teknik Industri UNIVERSITAS PANCASILA
Jurnal Rekayasan dan Optimasi Sistem Industri (2021), 03 (1): 01-09, ISSN xxxx-xxxx
Pada tahap Improve berisi tentang perhitungan nilai Gambar 6 Persentase produk cacat periode Januari
RPN (Risk Priority Number) dalam analisi FMEA – Desember.
(Failure Mode & Effect Analysis). Dari hasil analisa
metode FMEA maka didapat tiga rating tertinggi Perhitungan persentase produk cacat
dengan rincian sebagai berikut : menunjukkan nilai sebesar 3,51% pada bulan
a. Prioritas peringkat pertama adalah pada
November, dan 3,22% pada bulan Desember, dengan
aspek potential failure penyetelan sudut
berdasarkan pengalaman. rata-rata persentase pada bulan November dan
b. Prioritas peringkat kedua adalah pada aspek Desember sebesar 3,37%. Tingkat persentase pada
potential failure sudut potong geser yang bulan November dan Desember mengalami
diakibatkan oleh pengaturan sudut potong penurunan hingga mencapai target yang diinginkan
tidak teratur . pihak manajemen yakni sebesar 3,5%. Perhitungan
c. Prioritas peringkat ketiga adalah pada aspek Defect per Million Opportunity pun dilakukan
potential failure Pengukuran sudut potong
yang tidak akurat. kembali setelah adanya perbaikan proses pada bulan
Penetapan prioritas pada faktor penyebab November dan Desember untuk melihat perubahan
produk cacat kripik tebal yakni pada aspek potential nilai Sigma.
failure sudut potong geser yang diakibatkan oleh Hasil perhitungan DPMO setelah adanya upaya
tidak adanya standar spesifikasi sudut potong, perbaikan prioritas penyebab produk cacat Keripik
pengaturan sudut potong tidak teratur, dan tebal maka didapatkan nilai pada bulan November
pengukuran sudut potong tidak akurat. Upaya
sebesar 8.773,91, serta pada bulan Desember
perbaikan yang akan dilakukan yakni membuat
Action Planning for Failure Modes yang dapat dilihat sebesar 8.070,51. Nilai pada bulan November dan
pada table 5. Desember menunjukkan adanya penurunan pada
Upaya peningkatan kualitas dengan target utama nilai DPMO atas upaya perbaikan yang dilakukan
mengurangi produk cacat kripik tebal pada proses terhadap performa nilai DPMO terhadap periode
produksi kripik tawar dengan melakukan perbaikan Januari – Oktober yang memiliki rata-rata sebesar
atas tiga prioritas penyebab cacat. dari hasil 13.104,45. Pengurangan nilai DPMO tersebut yang
perbaikan maka peneliti melakukan perhitungan
menunjukkan indikator bahwa adanya peningkatan
persentase jumlah produk cacat pada bulan
November dan Desember. Perhitungan presentase kualitas proses produksi yang lebih baik dari periode
produk cacat pada bulan November dan Desember sebelumnya yang menyebabkan berkurangnya
dapat dilihat pada gambar 7. potensi produk cacat yang dihasilkan. Selain dari
nilai Defect per Million Oppotunity indikator lain
yang perlu diperhatikan yakni nilai Sigma. Grafik
Tabel 5 Action Planning untuk analisis FMEA
nilai Sigma periode Januari – Desember 2020 dapat
dilihat pada gambar 9.
pada periode penjualan tahun 2019 dan tahun 2020. menentukan rangking RPN (Risk Priority
Nilai Break Even Point mengalami peningkatan Number) dalam rangka mengetahui prioritas
seiring dengan meningkatnya kapasitas serta penyebab terjadinya cacat pada bagian
peningkatan biaya variabel dan biaya tetap. proses produksi Keripik singkong tawar.
Perhitungan Break Even Point CV. Sarach Cake and Perusahaan memilih untuk fokus pada 3
Snack dapat dilihat pada table 3.6. rangking RPN tertinggi yakni:
a. Pada prioritas peringkat pertama adalah
Tabel 3.6 Tabel Perhitungan Break Even Point CV. pada aspek potential failure penyetelan
Sarach Cake and Snack. sudut berdasarkan pengalaman yang
diakibatkan oleh tidak ada standar
BEP 2019 2020 spesifikasi sudut potong, dengan nilai
BEP (unit) 3.741 5.891 rating 576. Aspek ini dapat diatasi
dengan upaya penetapan standar sudut
BEP (Rp) 39.279.463 61.855.645
potong sesuai dengan spesifikasi
tingkat ketipisan Keripik yang
Sumber : CV. Sarach Cake and Snack diinginkan konsumen dan membuat
SOP untuk mengidentifikasi dan
4.1 KESIMPULAN melakukan penyetelan sudut potong.
b. Prioritas peringkat kedua adalah pada
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat aspek potential failure sudut potong
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: geser yang diakibatkan oleh pengaturan
sudut potong tidak teratur, dengan nilai
1. Hasi analisa identifikasi permasalahan rating 504. Aspek ini dapat diatasi
kualitas dengan sistem pengendalian dengan upaya penetapan jadwal
kualitas Six Sigma untuk produk akhir pengaturan sudut potong dan membuat
Keripik singkong tawar didapati 4 jenis daftar riwayat perubahan sudut potong.
penyebab produk cacat yakni, cacat tebal, c. Prioritas peringkat ketiga adalah pada
cacat menggumpal, cacat tipis mengkerut aspek potential failure pengukuran
dan cacat pecah. Dari hasil analisa pareto sudut potong yang tidak akurat yang
didapat 3 penyebab produk cacat tertinggi, diakibatkan oleh penggunaan alat ukur
Nilai persentase untuk tingkat cacat pada yang tidak sesuai, dengan nilai rating
jenis cacat tebal sebanyak 36,8%, pada jenis 378. Aspek ini dapat diatasi dengan
cacat menggumpal sebanyak 27,2%, serta upaya penggunaan alat ukur yang
pada jenis cacat tipis mengkerut sebanyak sesuai agar proses kontrol sudut potong
24,5%. Upaya perusahaan untuk berjalan dengan baik.
meningkatkan produksi yang berkualitas Hasil perhitungan nilai Sigma
yakni dengan melakukan perbaikan yang setelah adanya upaya perbaikan prioritas
berfokus pada faktor penyebab potensi penyebab produk cacat Keripik tebal maka
produk cacat tertinggi. didapatkan nilai Sigma pada bulan
2. Dari hasil perhitungan terhadap data November sebesar 3,88, serta pada bulan
produksi dan cacat pada periode Januari- Desember sebesar 3,91. Nilai sigma pada
Oktober 2020 maka didapatkan nilai Sigma periode November – Desember 2020
sebesar 3,72. Setelah dilakukannya upaya mengalami peningkatan yang signifikan
perbaikan pada Mode of Failure keripik terhadap rata-rata nilai Sigma periode
tebal, maka didapat nilai Sigma pada bulan Januari – Oktober 2020 sebesar 3,72, namun
November sebesar 3,88, serta pada bulan belum mencapai target yang diinginkan
Desember sebesar 3,91. Nilai sigma pada sebesar 4 Sigma. Untuk mendapatkan
periode November – Desember 2020 performa kualitas lebih baik maka
mengalami peningkatan yang signifikan diperlukan perbaikan pada faktor potensi
terhadap rata-rata nilai Sigma periode penyebab produk cacat lainnya.
Januari – Oktober 2020 sebesar 3,72, namun
belum mencapai target yang diinginkan 4.2 SARAN
sebesar 4 Sigma.
3. Target nilai sigma yang dimiliki oleh Saran yang dapat peneliti berikan dalam rangka
perusahaan yakni sebesar 4 Sigma. Dalam melengkapi penelitian terkait upaya perbaikan
rangka melakukan peningkatan menuju 4 tingkat kualitas proses produksi Keripik tawar
sigma maka perusahaan melakukan upaya dengan hasil penelitian antara lain:
perbaikan pada proses produksi Keripik 1. Agar upaya proyek Six Sigma dapat
singkong tawar. Berdasarkan analisa memberikan dampak yang besar, maka
diagram pareto terhadap data cacat maka perlunya penekankan pada proses
perbaikan yang dilakukan pada tahap ini dokumentasi dan penyebarluasan dari
difokuskan pada tingkat cacat tertinggi tindakan yang telah dilakukan meliputi:
yakni produk cacat Keripik tebal. Hasil a. Melakukan perawatan dan perbaikan
Fisbone Analysis menghasilkan potensi- mesin secara berkala.
potensi masalah pada kategori Material, b. Melakukan pengawasan bahan baku
Mesin, Manusia, Metode, dan Lingkungkan oleh bagian karyawan produksi agar
yang dilanjutkan pada analisa FMEA (Failure mutu barang yang dihasilkan
Mode and Effect Analysis) untuk berkualitas.