Tinjauan Pustaka
Six sigma adalah suatu metode atau teknik kontrol dan peningkatan suatu kualitas
yang telah digunakan oleh Motorola sejak 1986. Menurut banyak ahli manajemen
metode six sigma yang dilakukan oleh Motorola dapat diterima oleh dunia industri
secara luas karena banyak manajemen industri merasa gagal dalam peningkatan
kualitas ke tingkat kegagalan nol [5].
Amerika Serikat melakukan survei dan memiliki beberapa hasil yang menunjukan
bahwa aplikasi program six sigma diperusahaan yang beroperasi pada tingkat 3-
sigma dapat memperoleh peningkatan kualitas sigma sebesar 1-sigma yaitu pada
tingkat 4-sigma. Beberapa manfaat rata-rata yang diperoleh pertahun setelah
beroperasi pada tingkat 4-sigma adalah :
1. Peningkatan keuntungan (contibution margin improvement) rata-rata: 20%.
2. Peningkatan kapasitas sekitar: 12%-18%.
3. Penghematan biaya tenaga kerja sekitar: 12%.
4. Penurunan biaya penggunaan modal operasional sekitar: 10%-30%.
6
7
Hasil dari peningkatan kualitas dramatik yang terjadi di atas, diukur berdasarkan
persentase antara COPQ (cost of poor quality) terhadap penjualan ditunjukkan
dalam tabel 2.1 dibawah ini:
Keterangan: DPMO adalah defects per million opportunities (kegagalan per sejuta
kesempatan).
8
Dalam istilah six sigma, ketidak cocokan atau offgrade adalah kesalahan dan
kekeliruan yang didapat oleh konsumen. Kualitas output diukur dalam DPMO
atau tingkat keoffgradean per sejuta kesempatan.
𝐷𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡
DPMO = x1 Million .....................................(2.1)
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝐼𝑛𝑠𝑝𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑥 𝑑𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡 𝑜𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡𝑢𝑛𝑖𝑡𝑦
Dimana:
Deffect adalah Jumlah cacat yang ditemukan
Unit inspected adalah Jumlah unit yang diperiksa
Deffect opportunity adalah Kemungkinan kesalahan
DPMO
Sigma = normsinv 1 − 100000
+ 1.5 = ........................................................ (2.2)
2.3.1. Define
Untuk merupakan langkah awal dalam proses operasional program peningkatan
kualitas six sigma, define bertujuan untuk mengidentifikasi produk atau proses
yang yang akan diperbaiki dan menentukan sumber yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan proyek. Untuk dapat memperoleh suatu tingkat kualitas dari hasil
yang diinginkan perusahaan bisa mengukur, mengkaji dan mengendalikan faktor-
faktor yang akan mempengaruhi terhadap hasilnya tersebut. Beberapa tahapan
dalam pelaksanaan define adalah: [5].
1. Mengidentifikasi kriteria pada pemilihan proyek six sigma.
Secara umum setiap proyek six sigma harus dapat memperoleh hasil-hasil
bisnis, manfaat dari bisnis, kelayakan serta dapat memberikan dampak yang
postif.
2. Mengidentifiaksi peran orang-orang yang mendukung dalam proyek six sigma.
Terdapat beberapa orang atau suatu kelompok orang dengan nama umum yang
biasa digunakan dalam program six sigma. Berikut contoh dari peran generic
proyek six sigma.
a. Dewan kepemimpinan
b. Champions
c. Master black belts
d. Black belts
e. Green belts
f. Anggota tim
3. Mendefinisikan kebutuhan pelatihan dalam proyek six sigma.
Menciptakan sistem terstruktur dan sistematis berupa program pelatihan untuk
mempeljari six sigma yang disediakan oleh kelompok orang yang berpartisipasi
dalam program six sigma.
4. Mendefinisikan proses kunci dalam proyek six sigma beserta pelanggannya.
10
Langkah awal dalam setiap proyek six sigma yang di pilih harus di identifikasi,
serta interaksi mereka dan pelanggan yang terlibat dalam proses ini. Klien
dapat berupa pelanggan internal atapun eksternal.
5. Mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan yang terlibat dalam proyek
six sigma.
Dalam menentukan kebutuhan spesifik pelanggan langkah pertama adalah
membedakan dan memahami dua kategori persyaratan kritis yaitu persyaratan
output dan pelayanan.
6. Mendefinisikan pernyataan tujuan dalam proyek six sigma.
Pernyataan proyek harus ditetapkan untuk setiap proyek six sigma yang dipilih,
kita perlu mengidentifikasi masalah, nilai dan tujuan atau sasaran proyek.
Pernyataan tujuan berdasarkan pada prinsip SMART (specific, measurable,
achievable, result-oriented).
2.3.2. Measure
Measure merupakan operasional kedua dalam program lanjutan atau program
peningkatan kualitas six sigma. Langkah-langkah dalam manajemen kualitas akan
menghasilkan data atau memberikan informasi yang akurat setelah data dianalisis
dengan benar. [5].
Tiga hal penting yang harus dilakukan dalam tahap measure :
1. Memilih atau menentukan karakterristik kualitas (CTQ) kunci.
Perlu melakukan evaluasi data yang sudah ada sebelum masuk pada tahap
mengukur karakteristik kualitas (CTQ) agar dapat memastikan evektivitas
sepanjang waktu.
2. Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data.
Pengukuan terhadap proses perbandingan pada spesifikasi karakteristik yang
diinginkan oleh pelanggan. Pengukuran pada tingkat ini berupa jumlah produk
yang tidak memenuhi spesifikasi pelanggan.
3. Mengukur baseline kinerja.
Sebelum menerapkan proyek six sigma kita harus dapat mengetahui current
performance yang didapat atau yang disebut juga dengan baseline kinerja
untuk sebagai tolak ukur untuk penrapan six sigma kedepan nya.
2.3.3. Analzye
Analyze adalah langkah operasional ketiga dalam proses peningkatan kualitas six
sigma. Berikut adalah tahapan yang harus dilakukan :
1. Tentukan stabilitas dan kapasitas dalam proses.
2. Tentukan tujuan kinerja berdasarkan karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang
akan ditingkatkan dalam proyek six sigma.
3. Mengidentifikasi sumber sumber masalah dan keoffgradean atau kegagalan
12
2.3.4. Improve
Setelah diidentifikasi faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi variabel
respon yang dianalisis, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi solusi untuk
kedepannya dan bisa di implementasikan. Untuk melakukan perbaikan kualitas
produk dengan menggunakan 5W + 1H dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:
[8].
Tabel 2.2 Identifikasi 5W+1H
5W + 1H Keterangan
What (Apa) Apa yang terjadi?
Why (mengapa) Mengapa itu dapat terjadi?
Where (dimana) Dimana terjadinya tersebut?
When (kapan) Kapan kejadianya terjadi?
Who (siapa) Siapa yang menyebabkan?
How (bagaimana) Bagaimana cara untuk memperbaiki?
Sumber: (Vincent Gaspersz) [5]
2.3.5. Control
13
Control adalah operasional terakhir dalam proyek peningkatan kualitas six sigma.
Pada fase ini, karena proses dapat ditingkatkan atau diperbaiki, hasil peningkatan
kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktik terbaik yang berhasil
dalam meningkatkan proses distandarisasi dan dijadikan pedoman kerja.
Pengukuran baru telah diperoleh dan dapat berfungsi sebagai dasar untuk
peningkatan kualitas berkelanjutan [2]. Menurut yang lain control adalah
tantangan sebenarnya dari metodologi six sigma bukanlah dalam membuat
perbaikan pada proses tetapi dalam memberikan peningkatan berkelanjutan untuk
optimasi. Ini membutuhkan standarisasi dan pemantauan konstan dan kontrol dari
proses yang dioptimalkan [9].