Anda di halaman 1dari 10

Mengenal Konsep Dasar Six Sigma

Oleh: Kasno Abd. Rachman

Salah satu pertanyaan penting yang selama ini mengusik kalangan bisnis adalah how to
maintain the succession? Apakah jawaban yang paling tepat? Jawabannya terletak pada
konsep Six Sigma. Tulisan ini mengajak Anda untuk mengenali konsep tersebut. Namun,
sebelum melangkah lebih jauh, simak dulu mutiara kata dari Peter Drucker yang
berbunyi:

"Bila kita melihat suatu bisnis sukses, seseorang pasti pernah mengambil keputusan yang
berani"

Itulah konsep Six Sigma

Tantangan Abad ini

Isunya bukanlah, "Bagaimana kita sukses?" melainkan, "Bagaimana kita tetap sukses?"
Melakukan perbaikan dan pengembangan yang berkelanjutan adalah sebuah perjalanan
yang menuntut komitmen tinggi untuk menghindari kekeliruan yang menjadi sebuah
pemborosan. Kekeliruan dan pemborosan yang sebenarnya banyak terjadi pada proses
operational sering tersembunyi.

Dua Kategori Pemborosan


Kekuatan

Mengenali dan mengetahui secara baik tentang kekeliruan dan pemborosan yang
tersembunyi adalah kekuatan dari manajemen yang disebut Konsep Six Sigma. Kekuatan
konsep terletak pada perbaikan proses, perancangan ulang proses dan mengolah ulang
proses, terhadap apa saja yang telah merugikan baik secara waktu, uang, peluang dan
terhadap pelanggan.

Sebuah metode teknis tingkat tinggi untuk menyelaraskan produk dan proses, ukuran dan
statitsik adalah materi kunci dari perbaikan atau peningkatan six sigma, tapi bukanlah
penentu keseluruhan. Jadi, apa itu Six Sigma? Sebuah sistim yang komprehensif dan
fleksibel untuk mencapai dan mempertahankan, serta memaksimalkan sukses bisnis, yang
dikendalikan oleh kekuatan pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan, melalui
penggunaan fakta dan data, untuk mengelola, memperbaiki dan menanamkan kembali ke
dalam proses bisnis.

Atau, secara lebih teknis dan rinci, Six Sigma adalah cara mengukur proses, yang
tujuannya mendekati sempurna, disajikan dengan 3,4 DPMO atau sama dengan 6 SIGMA
(Defect per Million Opportunities). Sebuah pendekatan mengubah budaya organisasi,
agar posisi perusahaan ada pada kepuasan pelanggan, profitabilitas dan daya saing yang
besar.

Tabel Konversi Six Sigma


Tiga Strategi Six Sigma

Target Utama Six Sigma

1. Meningkatkan kepuasan pelanggan

2. Mengurangi Waktu Siklus

3. Mengurangi Defect ( Cacat)

Dari Mana dan Bagaimana Memulai?

Fokus pada hal-hal yang mempengaruhi: biaya, ukuran, kecepatan potential dari Return
of Investment (ROI). tentukan skala dan urgensi. Nilai tentang kekuatan dan kelemahan
kompetensi inti (proses inti) atau apa yang menjadi aktivitas kritis serta struktur sistem
dari bisnis Anda.

Inisiatif menggunakan Six Sigma artinya sebuah keputusan bahwa organisasi akan
berubah.
Selanjutnya, tentukan apa yang Anda inginkan untuk dicapai dengan menggunakan Six
Sigma, dari tiga alternatif pilihan sasaran Six Sigma:

Sasaran transformasi bisnis: Perubahan utama dalam bagaimana organisasi berjalan, alias
perubahan kultur. Contoh: menciptakan sikap berfokus pada pelanggan; melepaskan
struktur lama atau cara menjalankan bisnis lama. Sasaran perbaikan strategis:
memperbaiki kelemahan dan memanfaatkan peluang operational. Contoh: memacu
pengembangan produk; mempertinggi efisiensi rantau suplai. Sasaran pemecahan
masalah: memperbaiki area spesifik atau biaya tinggi, pekerjaaan ulang atau penundaan.
Contoh: memperpendek waktu pemrosesan aplikasi; menurunkan volume pengembalian.

Tolok Ukur Keberhasilan Penerapan Six Sigma

1. Tingkat keberhasilan kepuasan pelanggan.

2. Tingkat perubahan pola lama dengan pola baru.

3. Keputusan untuk berubah.

4. Tingkat akurasi atas semua Standar Operating Procedure (SOP).


[sunting] Apa itu Six Sigma
Six Sigma adalah usaha yang terus menerus untuk mengurangi waste, menurunkan
variance dan mencegah defect. Six sigma merupakan sebuah konsep bisnis yang berusaha
untuk menjawab permintaan customer terhadap kualitas yang terbaik dan proses bisnis
yang tanpa cacat. Kepuasan pelanggan dan peningkatannya menjadi prioritas tertinggi,
dan Six sigma berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian tujuan bisnis.
Untuk lebih mudahnya, Six sigma dapat dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif
statistik dan perspektif metodologi.

[sunting] Perspektif Statistik

sigma dalam statistik dikenal sebagai standar deviasi yang menyatakan nilai simpangan
terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakn baik apabila berjalan pada suatu rentang
yang disepakati. rentang tersebut memiliki batas, batas atas atau USL (Upper
Specification Limit) dan batas bawah atau LSL (Lower Specification Limit) proses yang
terjadi diluar rentang disebut cacat (defect). Proses Six Sigma adalah proses yang hanya
menghasilkan 3.4 DPMO (defect permillion opportunity).

Yield
DPMO
(probabilitas tanpa Sigma
(defect permillion opportunity)
cacat)

30.9 % 690.000 1

69.2 % 308.000 2

93.3 % 66.800 3

99.4 % 6.210 4

99.98 % 320 5

99.9997 3.4 6
[sunting] Perspektif Metodologi

Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan


peningkatan proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).
DMAIC merupakan jantung analisis six sigma yang menjamin voice of costumer berjalan
dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan.
 Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan
pelanggan, mengetahui CTQ (Critical to Quality).
 Measure adalah fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y).
 Analyze adalah fase menganalisis faktor-faktor penyebab masalah/cacat (X).
 Improve adalah fase meningkatkan proses (X) dan menghilangkan faktor-faktor
penyebab cacat.
 Control adalah fase mengontrol kinerja proses (X) dan menjamin cacat tidak
muncul.

[sunting] Sejarah
Adalah Carl Frederick Gauss (1777-1885) yang pertama kali memperkenalkan konsep
kurva normal dalam bidang statistik. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Walter
Shewhart di tahun 1920 yang menjelaskan bahwa 3 sigma dari nilai rata-rata (mean)
mengindikasikan perlunya perbaikan dalam sebuah proses.
Pada akhir tahun 1970, Dr. Mikel Harry, seorang insinyur senior pada Motorola’s
Government Electronics Group (GEG) memulai percobaan untuk melakukan problem
solving dengan menggunakan analisa statistik. Dengan menggunakan cara tsb, GEG
mulai menunjukkan peningkatan yang dramatis: produk didisain dan diproduksi lebih
cepat dgn biaya yg lebih murah. Metoda tsb kemudian ia tuliskan dalam sebuah makalah
berjudul ”The Strategic Vision for Accelerating Six Sigma Within Motorola”. Dr. Mikel
Harry kemudian dibantu oleh Richard Schroeder, seorang mantan executive Motorola,
menyusun suatu konsep change management yang didasarkan pada data. Hasil dari kerja
sama tersebut adalah sebuah alat pengukuran kualitas yg sederhana yg kemudian menjadi
filosofi kemajuan bisnis, yg dikenal dengan nama Six Sigma.

[sunting] Perbedaan Six Sigma dan Total Quality


Management (TQM)
Thomas Pyzdek, seorang konsultan implementasi Six Sigma dan penyusun buku "The
Six Sigma Handbook", pada bulan Februari 2001, menjelaskan adanya perbedaan penting
antara Six Sigma dan TQM yaitu, TQM hanya memberikan petunjuk secara umum
(sesuai dengan istilah manajemen yg digunakan dalam TQM). Petunjuk untuk TQM
begitu umumnya sehingga hanya seorang pemimpin bisnis yg berbakat yg mampu
menterjemahkan TQM dalam operasional sehari-hari. Secara singkat, TQM hanya
memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan kualitas, tetapi sukar
untuk membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas.
Kemudian konsep Total Quality Control, di tahun 1950, menunjukkan bahwa kualitas
produk bisa ditingkatkan dengan cara memperpanjang jangkauan standar kualitas ke arah
hulu, yaitu di area engineering dan purchasing. Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang
muncul pada pelaksanaan Total Quality Control yaitu:
1. Terlalu fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis yg kritikal lainnya
2. Implementasi Total Quality Control menciptakan pemahaman bahwa masalah
kualitas adalah masalahnya departemen Quality Control, padahal masalah kualitas
biasanya berasal dari ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yg
sama
3. Penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada
bagaimana meningkatkan kinerja produk

Six Sigma dalam pelaksanaannya menunjukkan hal-hal menjadi solusi permasalahan di


atas:
1. Menggunakan isu biaya, cycle time dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yg harus
diperbaiki
2. Six sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria tetapi
fokus pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yg terukur
3. Six sigma memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas
hanyalah salah satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis
lainnya
4. Six sigma menciptakan change agent yg bukan bekerja di Quality Department.
Green Belt adalah para operator yg bekerja pada proyek Six Sigma sambil
mengerjakan tugasnya

[sunting] Faktor Penting dalam Implementasi Six


Sigma
1. Dukungan dari Top level. Six sigma menawarkan pencapaian yg terukur yg tidak
akan mampu ditolak oleh pemimpin perusahaan, yang dikerjakan oleh seorang
super star yg sangat tahu apa yg harus dilakukan di bidangnya (Black Belt, Project
Champion, Executive Champion).
2. Tim yang hebat. Para Executive Champion, Deployment Champions, Project
Champions, Master Black Belts, Black Belts, dan Green Belts adalah orang-orang
yg terlatih dengan baik untuk mengerjakan proyek Six Sigma.
3. Training yg berbeda dgn yg pernah ada. Anggota proyek Six Sigma adalah
mereka yg pernah ditraining secara khusus dengan biaya antara $15,000-$25,000
per Black Belt, yg akan dibayar melalui saving yg didapat dari setiap proyek Six
Sigma
4. Alat ukur yg baru, dengan menggunakan DPMO (Defects Per Million
Opportunities) yang berhubungan erat dgn Critical to Quality (CTC) yg diukur
berdasarkan persepsi customer, yg bisa dibandingkan antar departemen atau divisi
dalam satu perusahaan
5. Tradisi perusahaan yg baru, yaitu mempromosikan usaha untuk melakukan
peningkatan kualitas secara terus menerus.

[sunting] DMAIC
DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) merupakan tahapan/fase-fase
dalam proses six sigma.

[sunting] Define

Define adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan,


dan membangun tim. fase ini tidak banyak menggunakan statistik, tools statistik yang
sering dipakai pada fase ini adalah diagram cause & effect dan diagram pareto. kedua
tool statistik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan
prioritas masalah.

[sunting] Menentukan Masalah

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan masalah adalah


 Spesifik, menjelaskan secara tepat apa yang salah, bagian proses mana yang salah
dan apa salahnya.
 Dapat diamati, menjelaskan bukti-bukti nyata suatu masalah. bukti-bukti tersebut
dapat diperoleh baik melalui laporan internal maupun umpan balik pelanggan.
 Dapat diukur, menunjukkan lingkup masalah dalam suatu ukuran.
 Dapat dikendalikan, masalah harus dapat diselesaikan dalam rentang waktu
tertentu. Apabila masalah terlalu besar maka dapat dipecah-pecah sehingga dapat
lebih dikendalikan.

[sunting] CTQ (Critical to Quality)

Setelah semua varibel yang dipandang penting oleh pelanggan didapatkan dan diberi nilai
terukur (varibel terukur tersebut disebut CTQ). dengan kata lain CTQ adalah sebuah
karakteristik dari sebuah produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan
(pelanggan internal atau eksternal)

[sunting] Measure

Measure adalah fase mengukur tingkat kinerja saat ini, sebelum mengukur tingkat kinerja
biasanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap sistem pengukuran yang digunakan.

[sunting] Analisis Sistem Pengukuran

Masalah yang muncul dalam pengukuran adalah variabilitas pengukuran yang dinyatakan
dalam variance. varian total suatu pengukuran berasal dari varian yang ditimbulkan
produk (part to part) dan varian akibat kesalahan pengukuran (gage).

[sunting] Analisis Kapabilitas Proses

Kapabilitas suatu proses menggambarkan seberapa uniform proses tersebut. analisis


kapablitas proses memperbandingkan kinerja suatu proses dengan spesifikasinya, suatu
proses memiliki kapabilitas bila semua nilai variabel yang mungkin jatuh dalam batas
spesifikasi.

[sunting] Analyze

Fase analyze merupakan fasemencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah.
masalah-masalah yang timbul terkadang sangat kompleks sehingga membuat kita
bingung mana yang akan kita selesaikan.

[sunting] Diagram Pareto

Diagram pareto digunakan untuk memprioritaskan masalah yang harus ditangani dengan
aturan pengelompokan 80-20. 20% dari kecacatan akan menyebabkan 80% masalah.

[sunting] Diagram Cause & Effect

Diagram Cause & Effect digunakan untuk mengorganisasi informasi hasil brainstorming
sebab-sebab suatu masalah. diagram ini sering disebut juga dengan diagram fishbone
karena bentuknya yang mirip dengan tulang ikan, atau diagram ishikawa untuk
menghormati sang penemu.

[sunting] Uji Hipotesis Rata-rata

Umumnya uji hipotesis rata-rata digunakan untuk menetapkan faktor kausatif (x) dengan
cara menginformasikan sumber-sumber variasi. disamping itu juga untuk menunjukan
perbedaan yang signifikan antara data baseline dengan data yang diambil setelah
improvement dilakukan.

[sunting] Improve

Improve adalah fase meningkatkan proses(x) dan menghilangkan sebab-sebab cacat. pada
fase measure anda telah menetapkan variabelfaktor (x) untuk masing-masing variabel
respons(y). pada fase improve banyak melibatkan uji Design of Experiment (DoE). DoE
merupakan suatu uji dengan mengubah-ubah variabel faktor sehingga penyebab
perubahan pada variabel respon diketahui.

[sunting] Taguchi

Desain taguchi merupakan desain parameter robust, yaitu metode atau teknik mendesain
produk atau proses yang fokus pada minimalisasi variasi dan sensitivitas noise.

[sunting] Control

Control adalah fase mengendalikan kinerja proses (x) dan menjamin cacat tidak muncul
kembali. tool yang umum digunakan adalah diagram kontrol. fungsi umum diagram
kontrol adalah sebagai berikut :
 Membantu mengurangi variabilitas
 Memonitor kinerja satiap saat
 Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah penolakan

Anda mungkin juga menyukai