Anda di halaman 1dari 37

KONSEP SIX SIGMA

DALAM PROYEK KONSTRUKSI

UTAMI DEWI ARMAN,ST.,MT


PENDAHULUAN
 Strategi penerapan Six Sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan
Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough
Strategy. Strategi ini merupakan metode sistematis yang
menggunakan pengumpulan data dan analisis statistik untuk
menentukan sumber-sumber variasi dan cara-cara untuk
menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000).

 Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk
mengganti TQM, sangat terfokus terhadap pengendalian mutu dengan
mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Memiliki
tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu
pembuatan produk, dan menghemat biaya.

 Six Sigma disebut strategi karena terfokus pada meminimalisir produk


cacat/tidak sesuai dengan spesifikasi, dengan mengikuti tahapan
proses, yaitu DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control ).
Six sigma dapat dijelaskan dalam dua pendekatan, yaitu
pendekatan sistem manajemen dan pengukuran yakni ;

1.Pendekatan Manajemen
Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua
anggota perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai dengan
visi dan misi perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi
proses bisnis dan memuaskan keiginan pelanggan, sehingga
meningkatkan nilai perusahaan.

2.Pendekatan Sistem Pengukuran


Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau
penyebaran (variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses atau
prosedur. Six sigma diterapkan untuk memperkecil variasi
/sigma.
Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per Million
Opportunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran.
DPMO merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses,
sebab berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang.
Dengan menggunakan tabel konversi ppm berikut, akan dapat diketahui
tingkat sigma. Cara menentukan DPMO adalah sebagai berikut:
Tabel Konversi Sigma
Dalam penerapan Six Sigma,
target atas kecacatan atau
kegagalan proses dikontrol
dalam target 3,4 DPMO
(Defects per Million
Opportunities), yang artinya
dalam 1 x Juta produksi
hanya ada 3,4 unit yang
cacat. Berarti, perusahaan
memproduksi produk
dengan tingkat kepuasan
pelanggan mencapai
99,9997%.
KELEBIHAN SIX SIGMA
• Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk
pemecahan masalah. Six sigma menekankan aplikasi tool ini
secara metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan
terobosan dalam peningkatan kualitas. Metodologi yang
sistematis ini bersifat generik sehingga dapat diterapkan baik
dalam industri manufaktur maupun jasa konstruksi.

• Six
Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada
proses dan pencegahan cacat (defect) (Snee,1999).
Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi
yang ada di dalam setiap proses dengan menggunakan teknik-
teknik statistik yang sudah dikenal secara umum.
• Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap
perusahaan yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang
dijalankannya.

Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-hal berikut


ini (Pande, Peter. 2000):
 Penghematan biaya produksi
 Perbaikan produktivitas sumber daya
 Pertumbuhan pangsa pasar
 Pemeliharaan pelanggan
 Pengurangan waktu siklus
 Pengurangan cacat
 Pengembangan produk/jasa
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain
adalah:
1. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan
statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja
mulai dari perencanaan strategi sampai operasional hingga
pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.
2. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau
non manufaktur disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti
bidang manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran,
logistik, teknologi informasi dan sebagainya.
3. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang
dapat dimonitor dan direspon balik dengan cepat.
4. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah,
kinerja sigma akan berubah.
Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan khususnya Black
Belt yang dilatih, juga alat-alat yang digunakan dapat memberikan kekuatan
pada proses usaha perbaikan dan usaha pembelajaran. Metode atau alat-alat
tersebut antara lain:
1. SPC (Statistical Process Control) atau pengendalian proses secara
statistik, berguna untuk mengidentifikasi permasalahan.
2. Pengujian tingkat signifikan statistik (Chi-Square, T-Test dan ANOVA),
untuk mendefinisikan masalah dan analisa akar penyebab permasalahan,
3. Korelasi dan Regresi, berguna untuk menganalisa akar penyebab masalah
dan memprediksi hasilnya.
4. Desain Eksperimen, untuk menganalisa solusi optimal dan validasi hasil.
5. FMEA (Failure Modes and Effect Analysis), berguna untuk mencari
prioritas masalah dan pencegahannya.
6. Mistake – Proofing, berguna untuk pencegahan cacat dan perbaikan
proses.
7. QFD (Quality Function Deployment), untuk mendesain produk, proses
dan jasa.
Terminologi yang menjadi kunci utama konsep six sigma adalah sebagai
berikut:
• CTQ (Critical to Quality) = atribut utama dari kebutuhan konsumen. CTQ
dapat diartikan sebagai elemen dari proses/ kegiatan yang berpengaruh
langsung terhadap pencapaian kualitas yang diinginkan.
• Defect = kegagalan untuk memuaskan pelanggan
• Process Capability = kemampuan proses untuk bekerja dan menghasilkan
produk yang berkualitas
• Variation = sesuatu yang dirasakan dan dilihat oleh pelanggan. Six
sigma berfokus untuk mengetahui apa penyebab variasi dan mencegah
terjadinya variasi itu, sehingga dapat meningkatkan kapabilitas dari proses.
• Stable Operation = menjaga konsistensi dari proses yang telah diprediksi
sehingga dapat meningkatkan kapabilitas proses.
• Design For Six Sigma (DFSS) = suatu desain untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dan kemampuan proses.
• DPMO (Defect Per Million Opportunity) = ukuran kegagalan dalam level six
sigma yang menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan.
• DMAIC = merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju six
sigma.
PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM IMPLEMENTASI SIX
SIGMA
Brue (2002) mencatat pihak-pihak yang harus bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan six sigma di dalam perusahaan. Pihak-pihak tersebut meliputi:
a. Executive Leaders
Pimpinan puncak dari perusahaan yang komit untuk mewujudkan six
sigma, memulai dan memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi,
departemen dan cabang-cabang perusahaan.
b. Champions
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan
penerapan six sigma. Mereka merupakan pendukung utama yang berjuang
demi terbentuknya black belts dan berupaya meniadakan berbagai
rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial, ataupun
pribadi agar black belts berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa
dikatakan Champions menyatu dengan proses pelaksanaan proyek, para
anggotanya berasal dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung jawab
terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan perkembangan
hasil kepada executive leaders sembari mendukung tim pelaksana.
Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi memilih calon-calon anggota black
belt, mengidentifikasi wilayah kerja proyek, menegaskan sasaran yang
dikehendaki, menjamin terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal, dan
memastikan bahwa tim pelaksana telah memahami maksud/tujuan proyek.
c. Master Black Belt
Orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat (mentor) dan
pemandu. Master black belt adalah orang-orang yang sangat menguasai
alat-alat dan strategi six sigma, dan merupakan sumber daya yang secara
teknis sangat berharga. Mereka memusatkan seluruh perhatian dan
kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspek-aspek kunci dari
peranan master black belt terletak pada kepiawaiannya untuk memfasilitasi
penyelesaian masalah tanpa mengambil alih proyek/tugas/pekerjaan.

d. Black Belts
Dipandang sebagai tulang punggung dan pusat keberhasilan six sigma,
mengingat mereka adalah orang-orang yang: memimpin proyek dengan
perbaikan kinerja perusahaan; dilatih untuk menemukan masalah,
penyebab beserta penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke dalam
tindakan; wajib memilah-milah data, opini dengan fakta, dan secara
kuantitatif menunjukkan faktor-faktor potensial yang menimbulkan
masalah produktivitas serta profitabilitas; bertanggung jawab
mewujudnyatakan six sigma.
Para calon anggota black belts wajib memenuhi syarat-syarat seperti:
memiliki disiplin pribadi; cakap memimpin; menguasai ketrampilan teknis
tertentu; mengenal prinsip-prinsip statistik; mampu berkomunikasi dengan
jelas; mempunyai motivasi kerja yang memadai.

3. Green Belts
Adalah orang-orang yang membantu black belts di wilayah fungsionalnya.
Pada umumnya green belts bertugas: secara paruh waktu di bidang yang
terbatas; mengaplikasikan alat-alat six sigma untuk menguji dan
menyelesaikan problema-problema kronis; mengumpulkan/menganalisis
data, dan melaksanakan percobaan-percobaan; menanamkan budaya six
sigma dari level atas ke bawah.
TAHAPAN IMPLEMENTASI DMAIC

Ada lima tahap atau langkah dasar


dalam menerapkan strategi Six
Sigma ini yaitu Define-Measure–
Analyze-Improve-Control (DMAIC),
dimana tahapannya merupakan
tahapan yang berulang atau
membentuk siklus peningkatan
kualitas dengan Six Sigma.
1.Define (D)
Tahap Define yakni “Define the project goals and customer
deliverables (including internal and external factors)”
a. Tender
Pemilihan proyek biasanya dilihat dari faktor-faktor penting
dalam bisnis (biaya, keuntungan dll). Proyek akan
diaktualisasikan dilihat dari seberapa besar pentingnya
proyek terhadap perusahaan dan klien.
b. Pembuatan proposal proyek
Proposal proyek yang berisi Dokumen penawaran
mencakup harga penawaran dan metode kerja.
c. Menentukan ruang lingkup proyek
Ruang lingkup proyek digunakan untuk mengidentifikasi
pihak-pihak penyelenggara proyek.
d. Mengumpulkan data mengenai VOC (Voice of Customers)
Pengumpulan data VOC (Voice of Customers) atau persyaratan
klien/Pemberi Tugas
e. Peninjauan ulang tahap Define
Tools yang digunakan dalam tahapan Define:
1. Brainstorming
Suatu tools yang digunakan untuk menghasilkan ide dalam jangka waktu
yang pendek, brainstorming juga merangsang kreativitas dalam berpikir
tetapi tetap mempertimbangkan semua ide yang telah didapat.
2. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer)
SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Costumer) digunakan untuk
menunjukkan aktivitas mayor, atau subproses dalam sebuah proses bisnis
konstruksi, bersama-sama dengan kerangka kerja dari proses, yang disajikan
dalam Supplier, Input, Process, Output, Costumer. Dalam mendefinisikan
kegiatan utama beserta pihak yang terlibat dalam suatu proses yang
dievaluasi dapat didekati dengan model SIPOC (supplier-Inputs-Process-
Output-Costumer).
SKEMA SIPOC
• Suppliers adalah pihak yang menyediakan sumber daya lain untuk
kebutuhan proses konstruksi (missal : Subkontraktor, pemasok)
• Inputs adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok
(suppliers) kepada proses (cth material konstruksi, alat, metode
dan manusia)
• Process adalah sekumpulan kegiatan yang mentransformasikan
sumber saya proyek menjadi output proyek. Suatu proses
biasanya terdiri dari beberapa sub-proses.
• Outputs adalah produk (barang atau jasa) dari suatu proses.
Dalam industri manufaktur ouputs dapat berupa barang setengah
jadi maupun barang jadi (final product). Tetapi dalam industri
konstruksi, output adalah bangunan/fasilitas beserta
dokumentasinya
• Customers adalah orang atau kelompok orang yang menerima
outputs.
2.MEASURE
Mengukur proses-proses yang sedang berlangsung, memonitoring kecepatan
proses, biaya dan jadwal yang akan direncanakan sehingga dapat dievaluasi
kinerja proyek.
a. Menentukan output dan input dari proses
Pada tahap ini input dan output proses diidentifikasi secara jelas. Hal ini
diperlukan untuk mempermudah dalam pembuatan value stream map.
b. Membuat value stream mapping
Pembuatan value stream map, yaitu peta yang memperlihatkan proses nyata
secara lebih rinci, mengandung informasi yang lengkap seperti tahapan proses,
lead time, antrian dll
c. Menentukan ukuran performansi yang dipakai
Pada tahap ini dilakukan penentuan ukuran performansi yang akan dipakai
dalam melakukan analisa proses. Ukuran performansi ini akan digunakan untuk
memperlihatkan performa sistem baik sistem sebelum perbaikan maupun
setelah perbaikan.
d. Melakukan pengumpulan data untuk perhitungan
Pengumpulan semua data yang akan dibutuhkan untuk
melakukan perhitungan
e. Menghitung kapabilitas proses
Penghitungan kapabilitas awal proses atau biasa disebut
dengan baseline capability. Kapabilitas ini akan menjadi
patokan atau dasar dilakukannya perbaikan.
f. Peninjauan ulang tahap Measure
Tools yang digunakan dalam tahapan Measure :
1. Value Stream Map
Peta yang menggambarkan semua aliran yang terjadi pada
suatu proses baik itu informasi maupun fisik. Peta ini
sangatlah kompleks bila dibandingkan dengan peta yang
lain tetapi peta ini paling lengkap dalam memberikan
informasi mengenai proses dan biasayan digunakan untuk
mengidentifikasi pemborosan.
2. Value add and non value add analysis
Adalah suatu analisa yang bertujuan untuk mengidentifikasi
dan mengeliminasi proses yang tidak dibutuhkan dan tidak
memberikan nilai tambah untuk pelanggan.
3.ANALYZE
Analyze and determine the root causes of the defects.
a. Menentukan input kritis
Identifikasi kecacatan yang terjadi selama berlangsungnya
proses konstruksi
b. Melakukan analisa data dan analisa proses
Pada tahap ini dilakukan analisa mengenai data yang sudah
didapat serta proses yang terjadi dengan lebih terperinci.
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui akar penyebab cacat
yang sebenarnya.
c. Menentukan akar penyebab masalah
Penentuan akar penyebab masalah yang terjadi dalam proses
dilakukan untuk setiap permasalahan yang terjadi.
d. Menyusun prioritas akar penyebab permasalahan
Satu permasalahan bisa mempunyai beberapa penyebab
permasalahan. Pada tahap ini dilakukan pemilihan akar penyebab yang
akan menjadi target perbaikan.
e. Melakukan peninjauan ulang terhadap tahap Analyze
Tools yang digunakan dalam tahapan Analyze :

1. Cause and Effect Diagram


Cause Effect Diagram adalah suatu tools yang membantu tim untuk
menggabungkan ide-ide mengenai penyebab potensial dari suatu
masalah. Diagram ini juga biasa disebut dengan diagram fishbone
karena bentuknya yang seperti tulang ikan. Masalah yang terjadi
dianggap sebagai kepala ikan sedangkan penyebab masalah
dilambangkan dengan tulang-tulang ikan yang dihubungkan menuju
kepala ikan. Tulang paling kecil adalah penyebab yang paling spesifik
yang membangun penyebab yang lebih besar (tulang yang lebih
besar).
2. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)

Yaitu suatu pendekatan yang bertujuan untuk


mengidentifikasi kegagalan suatu produk, jasa atau proses
sehingga bisa memperkecil akibat yang terjadi. FMEA ini bisa
digunakan saat mendesign suatu sistem baru, merubah suatu
sistem dll. FMEA digunakan sebagai alat untuk mengetahui
jenis kegagalan yang paling kritis sehingga memerlukan
penanganan terlebih dahulu.
Cara melakukan FMEA :
• Melakukan peninjauan terhadap proses atau produk yang
akan diteliti.
• Melakukan brainstorming atau survey untuk mengidentifikasi
risiko kegagalan yang mungkin tejadi.
• Tulis risiko kegagalan yang sudah dirumuskan
• Hitung nilai Severity dan Occurence dari risiko kegagalan tersebut.
Severity (tingkat keparahan) merupakan rating yang mengindikasikan
akibat/dampak dari risiko kegagalan, Occurrence yaitu rating yang
berhubungan dengan probabilitas terjadinya kegagalan. Detection
adalah rating yang berhubungan dengan kemungkinan bahwa control
proses yang ada akan mendeteksi suatu jenis kegagalan pelayanan
sebelum sampai kepada pelanggan.
• Buatrencana untuk mengurangi atau menghilangkan akibat yang
muncul jika kegagalan tersebut terjadi

3. Pareto Chart
Pareto adalah tipe diagram batang, diagram ini biasanya digunakan
untuk menggolongkan beberapa kategori dan dilengkapi dengan
persentase masing-masing kategori. Kategori tersebut dilambangkan
dengan batang-batang (bar) yang tersusun dari yang paling kecil ke
besar. Diagram Pareto sangat membantu untuk menentukan kategori
yang paling berpengaruh terhadap suatu masalah.
4. IMPROVE
Tujuan tahap Improve adalah menemukan solusi yang tepat
untuk mengatasi masalah. Tahapan yang dilakukan pada
Improve :
1) Mencari solusi potensial
2) Memilih dan menyusun prioritas terhadap solusi
3) Mengaplikasikan praktik Lean six sigma
4) Melakukan pengujian terhadap solusi
5) Melakukan implementasi solusi
6) Melakukan penjauan ulang terhadap tahapan yang
diperbaiki
5. CONTROL
Bertujuan untuk melengkapi semua kerja proyek dan
menyampaikan hasil proses perbaikan kepada top
management dan memastikan bahwa setiap orang bekerja
telah dilatih untuk melakukan prosedur perbaikan yang baru.
Tahapan pada Control :
1. Mengadakan pemantauan terhadap hasil implementasi
2. Mendokumentasikan standard operating procedure baru
3. Membuat rencana pengendalian proses
4. Membuat peta perjalanan/ histori proyek
5. Melakukan proses transisi dan pengalihan tanggung
jawab pada pemilik proses
6. Melakukan peninjauan ulang tahap control
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1.Hasil implementasi proses secara menyeluruh. Data chart


sebelum dan sesudah proyek yang menunjukkan adanya
perbaikan, rencana pengendalian proses lanjutan
2.Dokumentasi dan pengukuran untuk mempersiapkan tindakan
lanjutan yang akan diambil. Dokumentasi proses yang telah
diperbaiki, prosedur yang digunakan untuk memonitor proses,
prosedur yang akan mempertahankan proses tetap dalam
keadaan yang baik dan dokumenkan peta proses.
3.Bukti kinerja. Dokumentasi dari pihak yang terlibat dalam proyek,
pemberi tugas, pelajaran yang bisa diambil dari proyek, dan risiko-
risiko baru yang teridentifikasi dari proyek.
ADOPSI METODOLOGI DMADV
DALAM PROYEK KONSTRUKSI
Tahap DMADV dalam proyek konstruksi

• Laporan Kemajuan Pekerjaan kontraktor (CCS) adalah dokumen


penting digunakan selama tahap konstruksi. Ini digunakan untuk
merencanakan, memantau, dan mengendalikan kegiatan dan
sumber daya proyek. Dokumennya banyak dan penting. Itu harus
dipersiapkan dengan akurat untuk mengikuti kemajuan pekerjaan
tanpa penyimpangan dari milestone yang ditetapkan dalam dokumen
kontrak.
• Pembayaran metode termyn kepada kontraktor akan mendapatkan
persetujuan jika CCS nya diterima dan disetujui. Kontraktor tidak
dibayar jika CCS tidak disetujui oleh pemberi tugas/konsultan
pengawas.
• Dalam kebanyakan kasus, kontraktor mengalami masalah dengan
CCS yang disetujui, pada pengajuan pertama biasanya ditolak oleh
Konsultan Pengawas karena belum tercapai kemajuan kerja
(% bobot) yang dibolehkan.
Tahap dmadv dalam proyek konstruksi

Berikut ini adalah contoh prosedur untuk mengembangkan CCS


menggunakan Six Sigma:

DMADV adalah singkatan dari


1. Define—Apa yang penting?
2. Measure—Apa yang dibutuhkan?
3. Analyse—Bagaimana kita akan memenuhinya?
4. Design—Bagaimana kita membangun?
5. Verification—Bagaimana kita tahu itu akan berhasil?
1. Tahap Define
Tujuan dari fase ini adalah untuk menentukan tujuan proyek dan persyaratan
pelanggan.Hasil utama dari fase ini adalah tetapkan tujuan, identifikasi manfaatnya,
pilih tim proyek, mengembangkan rencana proyek.

Tujuan: Mengembangkan CCS menggunakan alat Six Sigma.


Manfaat: Manfaat terukur dalam mengadopsi proses ini akan menghasilkan CCS
yang akan memenuhi semua persyaratan spesifikasi dan harus disetujui oleh
Manajer Konstruksi/Konsultan pada pengajuan pertama itu sendiri. Ini akan
mengurangi pengulangan dan membantu mengimplementasikan jadwal sejak tahap
awal proyek.
Pemilihan tim: Tim harus terdiri dari sebuah.
Sponsor = Manajer Proyek
Champion = Manajer Konstruksi
Team Leader= Manajer Perencanaan dan Kontrol
Team Member = Anggota Tim—Planner, Cost Engineer, dan satu orang perwakilan
dari setiap subkontraktor
Rencana proyek: Time Schedule dalam bentuk Gantt chart harus disiapkan untuk
memenuhi target jadwal penyerahan akhir proyek
2. Tahap MEASURE

Tujuan dari fase ini adalah untuk mengukur dan menentukan


spesifikasi dan kebutuhan pelanggan
1. Identifikasi persyaratan dan spesifikasi
• Kontraktor harus menyerahkan Time Schedule dalam bentuk gant
chart atau S-Curve.
• Kontraktor menggunakan metode jalur kritis (CPM) dalam
penyusunan jadwal pelaksanaan. Jadwal tersebut harus mencakup :
-tata letak situs proyek
-deskripsi singkat tentang pekerjaan
-milestones (tolak ukur waktu atau kendala kontraktual)
-jumlah hari kerja,
-rincian kerja/WBS
-tahapan dan urutan kegiatan proyek
-Tabel jadwal dengan metode gantt chart
-Daftar kuantitas Pekerjaan (BoQ)
-Tanggal awal mulai kegiatan hingga selesai
-Jadwal pelaksaaan yang melewati jalur kritis
-Jaringan perencanaan jadwal yang dilengkapi dengan kegiatan,
durasi, hubungan antar kegiatan, total float, dsb
-Total float pada masing-masing aktivitas
-Bobot pekerjaan berbasis biaya
-Laporan kemajuan Pekerjaan dalam bentuk S-curve
-Jadwal alokasi personil
-Jadwal kedatangan material
-Jadwal penggunaan alat/mesin
-Jadwal persetujuan revisi gambar shopdrawing
-Jadwal testing and commissioning
-Jadwal pelaksanaan aktual
-Jadwal serah terima proyek awal dan akhir (PHO dan FHO)
3. Tahap analyse

Tujuan dari fase ini adalah untuk menganalisis proses konstruksi


dimulai dari awal hingga serah terima akhir proyek untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.

Data-data yang dibutuhkan seperti :


1.Pencapaian tolak ukur waktu yang berpengaruh atas
kelangsungan Pekerjaan berikutnya (milestone)
2. Rincian kerja/WBS
3. Jadwal pelaksanaan
4. spesifikasi umum
5. Sumber daya (biaya, material, alat dan manusia)
6. Metode kerja/Spesifikasi teknik
7. Bobot biaya pekerjaan
4. Tahap desain

Tujuan dari fase ini adalah untuk merencanakan apa-apa


yang dibutuhkan dalam pelaksanaan sehingga dapat
tercapainya persyaratan dan kebutuhan pelanggan.

Hasil utama dalam fase ini adalah menyiapkan dokumen


perencanan seperti Time Schedule Kontraktor, RAB
kontraktor, rencana mutu, rencana keselamatan konstruksi,
rencana pengelolaan lingkungan dan lalu lintas proyek.
4. Tahap VERIFIKASI

Tujuan dari fase ini adalah untuk memverifikasi kinerja


proyek.

Hasil utama dalam fase ini adalah


 Memonitor kemajuan pekerjaan proyek oleh manajer
proyek untuk memastikan bahwa kinerja proyek telah
sesuai dengan biaya, jadwal dan mutu yang ditetapkan
(pelaksanaan sesuai dengan perencanaan)
 Menyerahkan semua laporan progress kerja, laporan
pelaksanaan mutu, pelaksanaan keselamatan konstruksi,
dsb kepada Konsultan Pengawas untuk diverifikasi agar
dilakukan persetujuan pembayaran kepada kontraktor.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai