MODUL 5
SIX SIGMA
A. Tujuan Praktikum
1. Praktikan dapat memahami konsepsi tentang Six Sigma
2. Praktikan dapat memahami Six Sigma sebagai salah satu metode dalam
perbaikan kualitas yang dramatis.
3. Praktikan dapat mengaplikasikan langkah-langkah Six Sigma ( D-M-A-I-
C ) dengan bantuan alat bantu (tools) yang biasa digunakan .
B. Landasan Teori
1. Six Sigma
Six sigma dimulai oleh Motorola ditahun 1980-an dimotori oleh salah
seorang engineer disana yang bernama Bill Smith atas dukungan penuh CEO-nya
Bob Galvin. Motorola menggunakan statistics tools diramu dengan ilmu
manajemen menggunakan financial metrics (yaitu return on investment, ROI)
sebagai salah satu metrics/ alat ukur dari quality improvement process. Konsep ini
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mikel Harry dan Richard Schroeder
yang lebih lanjut membuat metode ini mendapat sambutan luas dari petinggi
Motorola dan perusahaan lain.
Six sigma merupakan metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang
difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus
mengurangi cacat (produk/ jasa yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan
statistik dan problem solving tools secara intensif.Secara harfiah, six sigma (6σ)
adalah suatu besaran yang bisa kita terjemahkan secara gampang sebagai sebuah
proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity) sebanyak 3,4 buah
dalam satu juta produk/ jasa. Ada banyak kontroversi disekitar penurunan angka
six sigma menjadi 3,4 dpmo (defects per million opportunities). Namun yang
terpenting intinya adalah six sigma sebagai metrics merupakan sebuah refernsi
untuk mencapai suatu keadaan yang nyaris bebas cacat. Dalam perkembangannya,
6σ bukan hanya sebuah metrics, namun telah berkembang menjadi sebuah
metodologi dan bahkan srategi bisnis.
Menurut Peter Pande,dkk dalam bukunya The Six Sigma Way : Team
Fieldbook, ada enam komponen utama six sigma sebagai strategi bisnis :
1. Benar-benar mengutamakan pelanggan ; seperti kita sadari bersama bahwa
pelanggan bukan hanya berarti pembeli, tapi bisa juga berarti rekan kerja
kita,team yang menerima hasil kerja kita, pemerintah, masyarakat umum
pengguna jasa,dll
2. Manajemen yang berdasarkan data dan fakta; bukan berdasarkan opini,
atau pendapat tanpa dasar.
3. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan; six sigma sangat tergantung
kemampuan kita mengerti proses yang dipadu dengan manajemen yang
bagus untuk melakukan perbaikan.
4. Manajemen yang proaktif; peran pemimpin dan manajer sangat penting
dalam mengarahkan keberhasilan dalam melakukan perubahan.
5. Kolaborasi tanpa batas ; kerjasama antar tim yang harus mulus.
6. Selalu mengejar kesempurnaan.
Selain enam hal di atas, ciri lain penerapan six sigma adalah waktu untuk
perbaikan yang ditargetkan bisa dielesaikan dalam 4 sampai 6 bulan.
Istilah sigma diambil dari huruf abjad Yunani (σ) yang digunakan untuk
menggambarkan variabilitas, di mana pertimbangan pengukuran unit secara klasik
dalam program tersebut adalah defect per unit. Level kualitas sigma menawarkan
sebuah indikator untuk menunjukkan seberapa sering defect (cacat) yang terjadi.
Di mana level kualitas sigma yang lebih tinggi mengindikasikan sebuah proses
yang memiliki peluang yang kecil untuk menyebabkan terjadinya cacat, yaitu
sebesar 3,4 Defects Per Million Opportunities (DPMO). Nilai pergeseran 1.5-
sigma ini diperoleh dari hasil penelitian Motorola atas proses dan sistem industri,
di mana menurut hasil penelitian bahwa sebagus-bagusnya suatu proses industri
(khususnya mass production) tidak akan 100 persen berada pada satu titik nilai
target tapi akan ada pergeseran sebesar rata-rata 1.5 sigma dari nilai tersebut. (
Breyfogle III, 1999 )
Gambar 5.1 Konsep Six Sigma Dengan Distribusi Normal Bergeser 1,5-Sigma
Nilai DPMO atas suatu sigma tanpa pergeseran diperoleh dengan cara
menggunakan perhitungan distribusi normal. Misalnya untuk 3 sigma, maka
dilihat pada tabel distribusi normal, maka diperoleh nilai 0.998650. Karena ingin
mencari yang tidak berada di bawah kurva (di atas spesifikasi) tersebut maka 1-
0.998650 = 0.001350. Dengan nilai mean di tengah-tengah distribusi maka
disimpulkan juga bahwa jumlah kemungkinan kegagalan di bawah spesifikasi
sama dengan jumlah yang di atas spesifikasi, sehingga kemungkinan kegagalan
adalah 0.002700 dan dengan menggunakan satuan per sejuta diperoleh nilai 2700
persejuta pada level 3-sigma dan seterusnya.
Strategi Penerapan Six Sigma / DMAIC
Ada banyak strategi yang diterapkan pada proses selama bertahun-tahun
sejak gerakan kualitas dimulai. Sebagian besar dari model tersebut didasarkan
pada langkah-langkah yang diperkenalkan oleh W. Edwards Deming, yaitu Plan –
Do – Check – Action, atau PDCA – menggambarkan logika dasar dari perbaikan
proses berbasis data. Namun selain itu terdapat juga beberapa model struktur
dalam peningkatan kualitas Six Sigma. Salah satu yang paling banyak dipakai
adalah model D-M-A-I-C (Define – Measure – Analyze – Improve – Control).
Ada banyak variasi yang dapat digunakan sesuai keinginan perusahaan sendiri
yang dianggap cocok seperti IDOV (Identify – Design – Optimize – Validate).
Sedangkan pada GE, diterapkan model M-A-I-C.
DMAIC adalah proses untuk peningkatan terus menerus menuju target Six
Sigma. Proses closed-loop ini menghilangkan langkah-langkah proses yang tidak
3. Analyze (A)
Merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu melakukan beberapa hal berikut:
a. Menentukan stabilitas (stability) dan kapabilitas/kemampuan
(capability) dari proses
b. Menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kunci (CTQ) yang
akan ditingkatkan dalam proyek Six Sigma
c. Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab kegagalan atau
kecacatan
d. Mengkonversikan banyak kegagalan ke dalam biaya kegagalan
kualitas (cost of poor quality)
4. Improve (I)
Merupakan langkah operasional keempat dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita menetapkan suatu rencana tindakan
(action plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six Sigma. Pada
dasarnya rencana-rencana tindakan (action plan) akan mendeskripsikan
tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas dan alternatif yang
dilakukan dalam implementasi dari rencana itu.
Dalam tahap ini tim peningkatan kualitas Six Sigma dapat menggunakan
metoda 5W+2H dalam pengembangan rencana tindakan. 5W+2H adalah
what (apa), why (mengapa), where (dimana), when (bilamana), who (siapa),
how (bagaimana), dan how much (berapa). Selain metode 5W+2H juga dapat
digunakan metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) dalam
mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas
sekaligus memonitor efektifitas dari rencana tindakan yang dilakukan
sepanjang waktu.
5. Control (C)
Merupakan tahap operasional terakhir dalam program peningkatan kualitas
Six Sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan
dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam
meningkatkan proses distandarisasikan dan disebarluaskan, prosedur-
2. Cost of Quality
Cost of Quality atau biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan
dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pembetulan produk
yang berkualitas rendah dan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi.
Biaya kulitas yang digunakan adalah preventive, appraisal, internal failure,
external failure.Biaya kualitas dikategorikan menjadi enam yaitu sebagai
berikut:
• Prevention Costs (Biaya Pencegahan)
Biaya kegiatan yang secara khusus dirancang untuk mencegah kualitas
yang buruk.
• Appraisal Costs (Biaya Penilaian)
Biaya kegiatan yang dirancang untuk menemukan masalah kualitas, seperti
pemeriksaan atau inspeksi dan setiap jenis pengujian untuk menemukan
masalah.
• Failure Costs (Biaya Kegagalan)
Biaya yang dihasilkan dari kualitas buruk, seperti biaya memperbaiki
produk dan biaya menangani keluhan pelanggan.
• Internal Failure Costs(Biaya Kegagalan Internal)
Kegagalan biaya yang timbul sebelum perusahaan memasok produk
kepada pelanggan.Biaya ini melampaui biaya yang jelas untuk
menemukan dan memperbaiki produk.
• External Failure Costs (Biaya Kegagalan Eksternal)
Kegagalan biaya yang timbul setelah perusahaan memasok produk kepada
pelanggan, seperti biaya jasa pelanggan, atau biaya patching produk dirilis
dan mendistribusikan produk
Studi Kasus:
Dari hasil perhitungan di atas, tampak DPMO yang cukup tinggi yaitu:
101584 yang dapat diinterpretasikan bahwa dari satu juta kesempatan yang ada
akan terdapat 101584 kemungkinan bahwa proses produksi pembuatan kayu lapis
tidak memenuhi spesifikasi ketebalan 2.40 + 0.05 mm dan memiliki kapabilitas
proses yang rendah untuk memenuhi spesifikasi ketebalan produk yaitu sebesar
2.77-sigma.
Dalam terminology Six Sigma, kita menyatakan bahwa CTQ potensial yang
menimbulkan kegagalan adalah empat, jadi CTQ potensial = 4. Data hasil
inspeksi yang dilakukan selama 15 periode produksi ditunjukkan dalam tabel
berikut :
Tabel 5.4 Data Atribut/produk manufaktur
Banyak
11 130 15 4
12 150 26 4
13 100 9 4
14 120 11 4
15 125 12 4
Jumlah 1800 207 4
Dari hasil perhitungan di atas, tampak DPMO yang cukup tinggi yaitu:
28750 yang dapat diinterpretasikan bahwa dari satu juta kesempatan yang ada
akan terdapat 28750 kemungkinan bahwa proses produksi akan menghasilkan
produk boneka yang cacat dan memiliki kapabilitas proses yang masih rendah
yaitu sebesar 3.40-sigma.
12 580 15 10
13 575 12 10
14 585 10 10
15 580 12 10
16 610 13 10
17 615 12 10
18 618 10 10
19 621 13 10
20 605 10 10
Dari hasil perhitungan pada tabel di atas, tampak DPMO yang cukup
tinggi yaitu: 2382 yang dapat diinterpretasikan bahwa dari satu juta kesempatan
yang ada akan terdapat 2382 kemungkinan bahwa proses pelayanan perawatan
menginap pada rumah sakit itu akan menimbulkan keluhan dari pasien dan
memiliki kapabilitas proses yang cukup yaitu sebesar 4.32-sigma.
Tugas Pendahuluan
1. Six sigma dimulai oleh siapa, tahun berapa?
2. Pengertian dari six sigma adalah?
3. Berdasarkan peter pande, dkk ada enam komponen utama six sigma
sebagai strategi bisnis,sebutkan enam komponen tersebut?
4. Sebutkan Langkah-langkah operasional DMAIC?
5. Sebutkan tahap-tahap yang ada dalam tahap define?
6. Sebutkan tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam tahap Measure (M)?
7. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dalam tahap analyze?
8. Metode-metode apa saja yang dapat dipakai dalam tahap improve?
C. Apa yang dimaksud cost of quality?