Anda di halaman 1dari 5

Failure mode and effect

analysis (FMEA) adalah salah satu tool yang


paling sering digunakan dalam praktek business
performance improvement, dan merupakan teknik
yang pertama diciptakan untuk menganalisa
kesalahan (failure) pada proses.
Pertama dirumuskan pada tahun 1950-an, FMEA melibatkan sebanyak
mungkin komponen, sub-sistem, dan perangkat untuk mengidentifikasi
kesalahan, termasuk penyebab dan efek yang ditimbulkannya dalam
proses. Setiap komponen, kesalahan, dan efek yang ditimbulkan dalam
sistem akan dituliskan dalam lembar kerja khusus FMEA. Metode ini
diterapkan dalam product development, system engineering dan
manajemen operasional.

Beberapa Tipe FMEA

Terdapat tiga tipe utama FMEA yaitu:

 System FMEA – Digunakan untuk menganalisa keseluruhan


sistem atau sub-sistem pada saat penyusunan konsep di fase Design
(dalam siklus DMAIC)
 Design FMEA – Digunakan untuk menganalisa rancangan
produk sebelum dirilis/diproduksi oleh manufaktur.
 Process FMEA – Jenis yang paling sering digunakan, dan di
banyak kasus merupakan metode yang paling mudah diterapkan
dibanding dua jenis lainnya.

10 Langkah FMEA
Untuk melakukan FMEA, sangat disarankan untuk membuat tabel yang
akan membantu analisa anda. Format tabel dapat bervariasi. Anda dapat
menemukan salah satu templateFMEA pada tautan di akhir artikel ini.

1. Tulis semua langkah utama pada proses dalam kolom pertama.


Langkah-langkah inilah yang menjadi kerangka proses.
2. Buat daftar potensi kesalahan (failure mode) untuk setiap langkah
proses. Analisa dan temukan titik-titik kesalahan yang mungkin
terjadi di setiap tahapan proses.
3. Buat daftar mengenai efek dari failure mode yang ada dalam daftar
sebelumnya. Jika terjadi kesalahan, perkirakan efek yang akan
dirasakan oleh process owner (anda) dan oleh pelanggan anda.
4. Buatlah rating, efek mana yang paling besar hingga yang paling
kecil. Beri angka 1 untuk yang efeknya paling kecil, dan 10 untuk
yang efeknya paling besar. Pastikan tim memahami dan menyetujui
rating tersebut sebelum anda memulai. Masukkan angka pada kolom
‘SEV’ (severity).
5. Identifikasi penyebab dari failure mode (kesalahan) sehingga
menimbulkan efek tersebut. Buatlah rating seperti yang anda
lakukan pada daftar efek diatas yang mengidentifikasi penyebab
mana yang paling mungkin dan mana yang paling tidak mungkin.
Beri angka 1 untuk yang paling rendah kemungkinannya dan 10
untuk yang paling tinggi kemungkinannya. Masukkan dalam kolom
‘OCC’ (occurence).
6. Identifikasi kontrol yang ada untuk mendeteksi isu-isu kesalahan
yang ada dalam daftar anda, dan buat rating berdasarkan
efektifitasnya dalam mendeteksi dan mencegah kesalahan. Nilai 1
artinya anda memiliki kontrol yang dapat dibilang sempurna, dan
angka 10 berarti anda tidak memiliki kontrol apapun
terhadap failure, atau memiliki kontrol namun sangat lemah.
Masukkan dalam kolom ‘DET’ (detection). Jika ada SOP yang
teridentifikasi, catatlah nomor SOP tersebut.
7. Kalikan angka-angka pada
kolom severity (SEV), occurence (OCC), dan detection (DET) dan
masukkan hasilnya pada kolom ‘risk priority number’ (RPN). Kolom
ini akan menghasilkan angka-angka yang akan membantu tim anda
untuk menetapkan prioritas fokus. Jika, misalnya, anda memiliki
poin severity 10 (paling besar efeknya), occurence 10 (terjadi setiap
waktu), dan detection 10 (tidak terdeteksi), nilai RPN menjadi 1000.
Ini berarti kondisi telah sangat serius.
8. Sortir nilai pada RPN dan identifikasi isu yang paling kritikal dan
mendesak untuk segera ditangani. Tim harus membuat prioritas
fokus.
9. Tetapkan tindakan spesifik yang akan dilakukan dan delegasikan
kepada orang yang bertanggung jawab di area tersebut. Jangan lupa
untuk menentukan deadline tanggal, kapan tindakan ini harus
mulai/selesai dilakukan.
10. Setelah tindakan dilakukan, hitung ulang
nilai occurence dan detection. Dalam banyak kasus,
nilai severity tidak perlu diubah kecuali jika pelanggan memutuskan
bahwa hal tersebut bukanlah isu yang penting.

Kesalahan dalam Pembuatan FMEA

Satu kesalahan besar yang sering dilakukan dalam


pembuatan FMEA adalah menghabiskan waktu membuat dokumentasi
dan kemudian hanya menyimpannya dalam laci atau
lemari.FMEA adalah dokumen yang dinamis, yang tetap diperlukan dan
harus digunakan selama proses atau produk yang terkait dengannya
masih berjalan/diproduksi. Maka, gunakanlah!
RoHS
Restriction of Hazardous Substances Directive 2002/95/EC (Bahasa Indonesia: Pedoman
Pembatasan Bahan Berbahaya) atau dikenal RoHS adalah sebuah pedoman yang disepakati
pada Februari 2003 oleh negara-negara Uni Eropa. Pedoman ini mulai berlaku mulai pada
tanggal 1 Juli 2006, namun hanya berlaku sebagai pengarahan atau instruksi ataupun pedoman,
dan tidak digunakan sebagai hukum yang mengikat.
Untuk produk otomotif, segala perangkat penerbangan, dan peralatan militer tidak diatur oleh
regulasi RoHS.
Pedoman ini pada intinya membatasi penggunaan enam bahan berbahaya di dalam produksi
pembuatan berbagai jenis komponen peralatan elektronik. Keenam substansi tersebut adalah:

1. Timbal (Pb)
2. Air raksa (Hg)
3. Kadmium (Cd)
4. Hexavalent chromium (Cr6+)
5. Polybrominated biphenyl (PBB)
6. Polybrominated diphenyl eter (PBDE)

Penggunaan RoHS[sunting | sunting sumber]


Peraturan atau pedoman industri yang mengacu pada prinsip RoHS digunakan pada jenis-jenis
produk sebagai berikut:

1. Peralatan rumah tangga besar


2. Peralatan rumah tangga kecil
3. Peralatan Telekomunikasi (adapula peralatan infrastruktur yang dikecualikan di beberapa
negara) 
4. Peralatan konsumen 
5. Peralatan penerangan termasuk bola lampu 
6. Peralatan elektronik dan kelistrikan 
7. Mainan fisik, rekreasi, dan peralatan olahraga 
8. Perangkat medis (dihapus pada bulan Juli 2011) 
9. Peralatan kontrol dan pengawasan (dihapus pada bulan Juli 2011) 
10. Dispenser otomatis 
11. Perangkat semikonduktor
Pedoman RoHS ini berhubungan erat dengan Waste Electrical and Electronic
Equipment (WEEE) 2002/96/EC yang mengatur tentang pengumpulan, daur ulang dan
pengolahan kembali untuk peralatan elektronik dan menjadi bagian dari inisiatif
badan legislatif untuk mengurangi dan memecahkan masalah sampah beracun dari peralatan
elektronik.

Tanda RoHS yang digunakan pada produk lingkupan pedoman


Efek dari zat yang berbahaya yang terdapat dalam RoHS adalah:

1. Kadmium (Cd): Kejang otot, gangguan pencernaan, kerusakan ginjal, tekanan darah
tinggi, kerusakan hati, kerusakan saraf & otak.
2. Timbal (Pb): Kerusakan sistem saraf, lemah pada jaringan tangan dan kaki, tekanan
darah tinggi, anemia, kerusakan ginjal dan otak, keguguran, kerusakan produksi
sperma.
3. Raksa (Hg): Gusi bengkak, berat badan turun, sakit perut melilit, otot kejang, kerusakan
ginjal.
4. Hexavalent chromium (Cr6+): Hidung basah, bersin-bersin, gatal-gatal, hidung berdarah,
perut mulas, kerusakan ginjal dan hati, kanker paru-paru, cacat lahir.
5. Polybrominated biphenyl (PBB): Sakit kulit, rambut rontok dan bercabang.
6. Polybrominated diphenyl ether (PBDE): Berkurangnya berat badan, kerusakan sistem
saraf, kerusakan ginjal dan hati, sakit kelenjar gondok, kekebalan tubuh berkurang.

Anda mungkin juga menyukai